Bulan Ramadan merupakan bulan yang mulia dan bulan ampunan. selain itu juga menjadi bulan introspeksi diri atas segala khilaf. Tahun ini merupakan Ramadan ke dua di saat pandemi.
Sungguh sebuah musibah luar biasa yang Allah berikan. Semata-mata karena Allah Swt sayang pada kita.
Allah ingin meruntuhkan kesombongan manusia yang selalu menjalani kehidupan dengan aturan yang dibuatnya. Faktanya dengan pandemi ini hampir semua lini kehidupan lumpuh total.
Dari sini sejatinya bagi kita seorang muslim harus menyadari setiap kelemahan diri. Tak pantas bagi kita menyombongkan segala apa yang Allah Swt karuniakan.
Kita adalah makhluk lemah tak berdaya di hadapan-Nya.
Momen Ramadan ini maka seharusnya kita melakukan kesungguhan untuk berbenah diri dalam meraih rida-Nya. Bahkan bagi para aktivis dakwah momentum ini dijadikan untuk lebih taat kepada syariat bukan justru mundur teratur dari jalan dakwah.
Pandemi memang menyisakan penderitaan yang luar biasa. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah saat ini, terutama di bulan Ramadan telah menambah derita yang tak berujung. Harga sembako yang terus naik, adanya peraturan THR dicicil, larangan mudik kepada rakyat serta pemberian sanksi kepada mereka yang nekad mudik.
Rakyat memang selalu dikorbankan dengan berbagai kebijakan tersebut. Alibinya memang untuk menuntaskan pandemi, tetapi nyatanya sektor pariwisata terus dibuka, sektor industri terus berjalan apalagi banyaknya pekerja aseng terus berdatangan yang notabene mereka berasal dari negeri pembawa virus Covid-19. Namun entah mengapa kebijakan tersebut dinilai membela para kapitalis.
Sejatinya Ramadan telah memberitahu bahwa manusia memang amat sangat membutuhkan kasih sayang Sang Pencipta. Ramadan menjadi tempaan bagi setiap muslim untuk lebih dekat pada Allah Swt.
Ramadan menjadi training bagi setiap muslim yang beriman agar lebih dekat dengan Sang Pembuat Syariat. Lebih giat berdakwah beramar makruf nahi mungkar tanpa ada sedikitpun keluar dari aktivitas tersebut.
Hal ini karena dengan tempaan shaum seorang muslim maupun muslimah, para pejuang kebenaran memahami bahwa akan meraih takwa dan tentu surga menjadi tempat terakhirnya.
Dari sinilah ia akan lahir menjadi manusia yang kembali kepada fitrahnya. Sebuah kebahagiaan yang luar biasa masuk Ramadan keluar Ramadan senantiasa dalam taat dan ketakwaan yang istikamah.
Giat berdakwah Dengan Senantiasa Istikamah Dalam Ketakwaan
Ramadan bagi sebagian orang hanya sekadar menahan lapar, haus dan dahaga. Bahkan ada juga Ramadan dijadikan sebagai penebus dosa lepas Ramadan kembali bermaksiat. Nauzubillah.
Oleh karenanya agar Ramadan jadi lebih bermakna adalah dengan memahami tentang hakikat saum Ramadan. Di antaranya memelihara takwa.
Sebagaimana dalam hadis Rasulullah SAW
Katakanlah "Aku beriman kepada Allah. "Kemudian beristiqamahlah. (HR Muslim). Bagi seorang aktivis dakwah khususnya agar senantiasa istiqamah dalam ketakwaan ada beberapa tips di antaranya;
Pertama, Harus menjaga amalan rutin Ramadan seperti shalat berjamaah, tilawah, mengkaji Alquran, infak sadaqah, zikir pagi dan petang serta berbagai amalan sunah lainnya.
Kedua, Banyak mengikuti kajian keislaman yang didalamnya membahas hukum-hukum syariat. Semua ini dilakukan sebagai amunisi untuk menjelaskan kepada umat tentang luas, indah, adilnya hukum - hukum Allah, sehingga umat semakin rindu terhadap syariat.
Ketiga, lebih giat berdakwah. Di masa pandemi bukan berarti kita lantas mandeg dalam berdakwah. Namun justru dakwah harus tetap jalan dengan cara memposting setiap tulisan yang bermanfaat dan menjelaskan tentang hukum syariat secara utuh. Patut dipahami bahwa orang kafir, munafik siang dan malam mereka terus menebarkan kebatilan dengan menguasai media. Tentu kita tidak boleh berdiam diri caranya kita melawan dengan menyampaikan ide-ide Islam kepada masyarakat.
Keempat, taubat nasuha setiap waktu harus dilakukan. Mengapa? Karena terjadinya pandemi ini selain memang sudah qada tetapi merupakan teguran dari Allah SWT. Bahkan banyak nya bencana alam di berbagai daerah merupakan sebuah sentilan agar kita kembali kepada Allah.
Semua ini karena saat ini kita tidak dalam aturannya. Sistem yang menguasai umat Islam justru sistem yang menghinakan aturan Allah. Akibatnya kita bisa merasakan penderitaannya.
Kelima, Berkumpul dengan orang saleh. Agar senantiasa istikamah dalam dakwah adalah kita harus mencari komunitas yang senantiasa dalam taat, zuhud, qona'ah. Bukan justru kita terjerumus dengan para hubuddunya.
Insya Allah dengan Ramadan ini kita akan terus semakin dekat dengan Allah. Selain itu juga dengan menerapkan kelima tips tersebut kita akan senantiasa istiqamah dalam dakwah. Maka sejatinya bagi seorang muslim agar senantiasa dalam ketakwaan adalah dengan memperjuangkan syariat-Nya. Sebab dalam naungan institusi negara khilafah akan tercipta manusia-manusia yang bertakwa. []
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar