#Reportase — Puluhan aktivis pelajar muslimah Kabupaten Bogor
mengikuti Forum Diskusi Aktivis (Fordisa) di Kota Bogor, Ahad (27-04-2025).
Diskusi ini bertajuk "Grow & Glow: Level Up Together with Islam
Kafah" yang diselenggarakan hybrid dan diikuti pelajar aktivis dari
berbagai daerah di Indonesia.
Acara ini menghadirkan sosok Inspirator Nasional, Kak Citra Amalia,
M.Pd., yang menyampaikan gaya hidup remaja saat ini ditentukan oleh kepuasan
individu sehingga membuat remaja muslim terseret tren tanpa ada nilai filter.
Akhirnya, orientasi hidup hanya mengejar materi dan eksistensi diri.
Kak Citra menekankan bahwa remaja harus memiliki filter dunia dan
akhirat, yakni Islam. Islam mengenalkan nilai sejati yaitu takwa, ilmu, dan
amal salih. Remaja akan menjadi pemimpin peradaban dengan pribadi yang tangguh,
visioner, dan beradab. Hal ini bisa diwujudkan dengan kerja sistemik yang
melibatkan keluarga, sekolah, dan negara. Maka, remaja tidak hanya growing
dan glowing, tetapi bangkit dengan Islam.
Setelah mendengarkan insight dari Kak Citra, diskusi
dilanjutkan bersama moderator dan dua aktivis pelajar, yaitu Aqilah Fauziyyah
Lubnaa dan Aqilah Hafidzah.
Duo Aqilah ini berbagi pengalaman awal mula tertarik belajar Islam.
Aqilah Lubnaa mengaku tertarik belajar Islam karena konsep uqdatul kubro
yang mengharuskan menjawab tiga pertanyaan besar tentang manusia, alam semesta,
dan kehidupan. Sedangkan Aqilah Hafidzah tertarik mengkaji Islam karena ilmu
yang didapat ternyata mampu menjawab problematika saat ini sebagai seorang
remaja.
"Setelah mengkaji Islam kita jadi berubah pemikirannya,
terutama dalam hal pergaulan laki-laki dan perempuan sampai tata cara
berpakaian muslimah, " ujar Aqilah Hafidzah. Tantangan saat ini adalah
kita hidup dalam sistem sekuler kapitalisme sehingga standar remaja saat ini
adalah glowing secara fisik. Untuk bertahan dari tantangan itu, remaja
harus punya standar baik dan buruk, yaitu rida Allah. Lingkungan pertemanan
yang saling support juga membantu terbentuknya pola pikir dan pola sikap
islami.
Aqilah Hafidzah menekankan pentingnya personal branding di
sekolah, seperti istikamah berpakaian syar'i. Memulai obrolan dengan
teman-teman sekolah melalui isu viral di sosial media dan mengaitkan dengan
pandangan Islam. Senada dengan Aqilah, Lubnaa mengajak teman-temannya untuk
hadir kajian di tempat makan untuk mensuasanakan kajian itu seru.
Antusias peserta tampak jelas saat sesi tanya jawab. Hilda, seorang pelajar
menyampaikan apresiasinya kepada dua pembicara karena pengalaman berdakwah di
sekolah membuat dirinya termotivasi. Tanggapan senada juga disampaikan Syifa
yang juga seorang pelajar. Berlanjut dengan pertanyaan mengahadapi respon
negatif dakwah Islam di sekolah beserta tips memupuk percaya diri dalam
berdakwah.
Aqilah Lubnaa memberikan tanggapan bahwa sebagai pengemban dakwah
harus memiliki mindset diri yang kuat, caranya dengan memperbanyak ilmu
sehingga makin yakin dengan apa yang kita lakukan. Sistem saat ini tidak sesuai
Islam, wajar ketika banyak pemikiran dan peraturan yang berbelok dari syariat.
Justru, itu adalah tantangan bagi seorang muslim untuk terus berjuang
menyampaikan Islam kafah kepada teman-teman. Bahkan menurut Lubna, berdakwah
itu tidak harus menunggu percaya diri. Maka teruslah maju, jangan berhenti
bergerak.
Diskusi Forum Diskusi Aktivis (Fordisa) ditutup dengan doa dan
ajakan kepada seluruh peserta untuk bersama-sama mendakwahkan Islam kafah
karena remaja sebagai agent of change dan khairu ummah (umat
terbaik).[Mitri]
1 Komentar
masyaAllah memang kita sebagai anak muda haruslah sadar akan peran kita sebagai agent of change yg mana sangatlah berpengaruh untuk membuktikan bahwa umat islam sejatinya adalah khoiru ummah, Ummat terbaik yg mengemban islam, agama rahmatan lil'alamin
BalasHapus