#Reportase — Tahun baru Muharam menjadi momen bagi umat Islam untuk memperingati satu peristiwa besar, yaitu hijrahnya Rasulullah saw. dari Mekah ke Madinah. Sajian spesial Dialog Muharam yang disaksikan secara Live di One Ummah TV membawa kesadaran baru bahwa hijrah tak hanya tentang perubahan kualitas diri tetapi juga mengubah pola tatanan hidup dari yang buruk ke yang baik. Acara ini bertajuk "Hijrah, Merajut Ukhuwah, Merangkai Peradaban Islam Kafah" yang diselenggarakan hybrid dan diikuti berbagai kalangan di seluruh Indonesia. (Sabtu, 29/06/2025)
Acara dipandu oleh seorang pembawa acara kondang, yakni Ir. M. Karebet Widjajakusuma, M.A., yang memandu diskusi dengan dinamis. Keynote Speech disampaikan oleh K.H. Rokhmat S. Labib, M.E.I., yang mengaitkan makna hijrah, ukhuwah, dan Islam kafah. Allah mensyariatkan ukhuwah islamiah yang hanya ada pada orang-orang muslim. Ikatan persaudaraan dilandaskan atas akidah Islam, bukan karena kesamaan bahasa, daerah, profesi, maupun yang lainnya. Bentuk ukhuwah di antaranya saling mencintai, saling menolong, tidak menzalimi, tidak menelantarkan, tidak menyerahkan kepada musuh, dan saling melindungi.
Ia menegaskan bahwa ukhuwah tidak hanya ada dalam kehidupan pribadi, tetapi secara nyata pada seluruh umat muslim di dunia. Sebagaimana saudara seiman di Palestina yang membutuhkan pertolongan umat Islam. Namun, penguasa negeri-negeri muslim membiarkan, tidak membantu bahkan bersekutu dengan musuh Islam. Ukhuwah tidak bisa terwujud secara nyata karena umat Islam tercerai berai menjadi 54 negara.
Ukhuwah secara nyata hanya terjadi apabila Islam diterapkan secara keseluruhan (kafah). Islam mengharuskan sistem negara untuk mewujudkannya sebagaimana Rasulullah hijrah dari Mekah ke Madinah sebagai kepala negara.
"Hasil paling penting dalam hijrah adalah berdirinya negara," pungkasnya.
Selanjutnya host mempersilakan pembicara pertama, Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum., yang menyampaikan persoalan mengenai ketidakadilan di dunia internasional. Semenjak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah lalu berdiri organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dunia tidak serta merta menjadi aman dan damai. Hal ini karena para anggotanya saling tersandera dengan kepentingan negaranya masing-masing, sehingga keadilan sulit diwujudkan. Profesor Suteki mencontohkan Amerika yang menggunakan 49 hak veto nya untuk melindungi Israel. Ketidakadilan muncul karena pengadilan internasional mandul, tidak mampu menangkap penjahat perang dan agresi seperti Benyamin Netanyahu. Hal ini dikarenakan PBB kurang memiliki kekuatan militer.
Kelembagaan PBB tidak mampu mewujudkan keamanan dan perdamaian dunia karena baik dari substansi, lembaga, maupun budaya hukum internasional tidak mampu mewujudkan kepatuhan hukum negara-negara besar. Berbeda dengan Piagam Madinah yang dibentuk Rasulullah yang memiliki world view menciptakan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Keadilan baru terjadi secara signifikan jika umat Islam bersatu menerapkan hukum Islam secara kafah.
Pemaparan kedua dari Dr. Abdullah Hehamahua, S.H., M.M., yang berbicara tentang kondisi korupsi di Indonesia. Korupsi adalah kejahatan transnasional dan sulit dibuktikan. Beberapa motif korupsi seperti untuk bertahan hidup, keserakahan, faktor peluang menunjukkan bahwa korupsi bisa terjadi di masyarakat sampai pejabat negara. Ia berpesan secara pribadi untuk meninggalkan perilaku korupsi dan kembali berpegang teguh pada ajaran Islam.
Pemaparan ketiga oleh Ustaz Ir. M. Ismail Yusanto, M.M., menjelaskan langkah konkret yang harus dilakukan umat Islam agar terjadi perubahan secara sistemik, bukan sekadar tataran individu. Di antaranya individu harus meningkatkan pemahaman tsaqafah Islam agar langkah perubahan tidak sebatas fikih ibadah tetapi juga mencakup fikih siyasah, uqubat, muamalah, dan seterusnya. Sehingga terjadi hijrah dari pemikiran sekuler individual menuju pemikiran islami.
Umat Islam wajib membentuk komunitas dakwah ideologis, yang memperjuangkan Islam sebagai solusi sistemik. Kelompok Islam ini harus melawan opini global yang memojokkan Islam. Kemudian membangun solidaritas umat Islam tanpa sekat bangsa maupun madzhab, serta waspada terhadap politik belah bambu antarsesama muslim. Karena kesatuan umat adalah syarat utama kebangkitan Islam.
Umat Islam tidak bisa sepenuhnya mengandalkan politik global (demokrasi) sebab demokrasi dilakukan untuk melanggengkan dominasi negara-negara besar sebagai alat intervensi dan membatasi ruang bagi Islam. Islam dipaksa sebagai moral pribadi, bukan sebagai aturan kehidupan. Demokrasi mempromosikan nasionalisme padahal Islam menganjurkan ukhuwah islamiyah.
Ia mengajak umat Islam terlibat dalam kegiatan politik untuk menegakkan risalah Islam. Menginginkan peradaban Islam rahmatan lil alamin yang hanya dapat diwujudkan dengan penerapan Islam kafah dalam institusi politik, yakni Khilafah.
Antusias peserta tampak jelas saat sesi diskusi. Dari peserta yang mengikuti secara online menanyakan tentang urgensi Islam kafah diterapkan saat ini—umat Islam di Indonesia sudah merasa nyaman dalam ibadah. Ustaz Ismail memberikan tanggapan bahwa risalah Islam mengatur kehidupan manusia bukan sebatas kehidupan pribadi tetapi masyarakat dan negara. Maka, penting menyampaikan pemahaman ini ke tengah masyarakat bahwa saat ini pengaturan masyarakat jauh dari hukum-hukum Allah. Akibatnya korupsi merajalela, ketimpangan sosial terjadi di mana-mana, syariat tentang ekonomi diabaikan, keamanan masyarakat tidak terjamin, dan seterusnya.
Tidak kalah antusias peserta di dalam ruangan yang menyampaikan kegelisahan dan kekhawatiran terkait masalah demi masalah yang terus bermunculan di negeri ini. Kekecewaan yang peserta rasakan akibat negeri ini dipimpin oleh pejabat tidak amanah yang membuat kebijakan menyengsarakan rakyat. Mereka berharap solusi dan perubahan di momentum tahun baru Hijriah ini. Maka, solusi tuntasnya adalah umat Islam wajib berhijrah secara menyeluruh dan berjuang nyata teguh dalam dakwah.
Sesi terakhir pembacaan inspirasi hijrah oleh Ustaz Ir. M. Ismail Yusanto, M.M., dan peluncuran One Ummah App untuk men-support perjalanan dakwah ideologis. Acara ditutup dengan doa yang berlangsung khidmat. [Mitri]
0 Komentar