JP. Dunggio
#Wacana — Hari
Keanekaragaman Hayati Internasional, sejak tahun 2000, diperingati setiap
tanggal 22 Mei. Peringatan ini adalah bentuk kampanye kepada masyarakat dunia
agar menyadari pentingnya merawat, menjaga, dan melestarikan keanekaragaman
hayati di bumi. Hari Keanekaragaman Hayati tahun 2025 mengangkat tema "Harmoni
dengan Alam dan Pembangunan Berkelanjutan".
Keanekaragaman
hayati atau biodiversitas adalah mencakup semua bentuk kehidupan di planet bumi,
tak hanya kehidupan manusia tetapi termasuk hewan, tumbuhan, mikroorganisme, dan
ekosistem yang mendukung keseimbangan alam dan keberlanjutan tempat mereka hidup.
Secara sederhana, keanekaragaman hayati adalah semua bentuk kehidupan di planet
bumi, dari gen terkecil hingga ekosistem terbesar.
Akan tetapi, dengan
meningkatnya berbagai ancaman terhadap bumi seperti deforestasi, eksploitasi
sumber daya alam yang ugal-ugalan, dan perubahan iklim, maka Hari
Keanekaragaman Hayati Internasional menjadi sebuah peringatan untuk masyarakat
dunia agar berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Peringatan ini
digelar oleh para aktivis lingkungan dari berbagai organisasi perlindungan
lingkungan internasional, pemerintah, dan ilmuwan. Mereka kerap mengadakan
berbagai seminar, diskusi, dan kampanye yang membahas pentingnya menjaga dan
melestarikan ekosistem dan keragaman makhluk hidup di bumi. Akan tetapi
berbagai agenda dalam peringatan tersebut tidak membawa efek besar bagi
terjaganya biodiversitas dunia saat ini.
Berdasarkan data
dari Coral Reef Watch, sejak Januari 2023 atelah terjadi pemutihan terumbu
karang diberbagai belahan dunia. Termasuk terumbu karang yang ada di Raja
Ampat, Indonesia, telah mengalami pemutihan juga. Pemutihan sekitar 80 persen
populasi terumbu karang di dunia tidak boleh dianggap remeh. Ini adalah tanda
bahaya dan harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Dalam ekosistem,
terumbu karang memiliki banyak peran seperti melindungi pantai dari abrasi,
menyaring air laut, menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjadi habitat
bagi berbagai biota laut, dan mampu menyerap karbon dioksida. Terumbu
karang juga memiliki peran penting dalam menjaga rantai makanan dan menyediakan
sumber makanan bagi banyak spesies di laut.
Memutihnya
terumbu karang (coral bleaching) disebabkan oleh banyak faktor. Faktor
alami seperti adanya badai El Nina. Akan tetapi, masifnya terumbu karang yang
memutih karena faktor yang disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti
pencemaran laut akibat limbah industri, pembangunan pesisir pantai yang
berlebihan, pemanasan global, perubahan iklim, dan aktivitas perikanan yang
tidak berkelanjutan. Semua aktivitas tersebut dilakukan secara sadar oleh
manusia tetapi manusia tidak menyadari bahwa aktivitasnya dapat merusak terumbu
karang.
Benarlah Firman
Allah Swt. dalam Al-Qur’an surah ar-Rum ayat 41, yang mengatakan bahwa
kerusakan yang terjadi di daratan dan lautan tak lain karena ulah dari
perbuatan tangan manusia dan karena itulah Allah Swt. membuat manusia merasakan
efek dari apa yang telah dilakukannya agar manusia kembali ke jalan yang benar.
Dalam Islam,
manusia diperbolehkan menjalankan berbagai aktivitas, akan tetapi aktivitas itu
tidak boleh melanggar syariat termasuk merusak lingkungan. Peradaban Islam
telah memberi contoh bagaimana Islam menjaga kelestarian lingkungan hidup
termasuk keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Hima adalah sebuah konsep
pelestarian lingkungan ala Islam yang sudah dipraktikkan sejak zaman Nabi
Muhammad saw. dan dilanjutkan pada masa kekhilafahan.
Hima adalah
sebuah wilayah yang khusus dipergunakan sebagai konservasi. Fungsi hima untuk
menjaga keseimbangan alam, sehingga wilayah yang sudah ditentukan menjadi hima
tidak boleh dipergunakan untuk apa pun kepentingan manusia. Hima menjadi tempat
perlindungan berbagai jenis Binatang, tumbuhan, dan kehidupan liar di dalamnya.
Hima atau hutan lindung adalah usaha Islam
untuk melindungi keterjagaan berbagai aneka ragam hayati termasuk sumber-sumber
alam lainnya.
Keseriusan Islam
menjaga keanekaragaman hayati tidak dilakukan oleh penguasa hari ini. Mereka
memang menyediakan wilayah seperti hima, akan tetapi para penguasa saat ini
juga mengeluarkan aturan yang bisa mengancam keberlangsungan biodiversitas dan
hima di muka bumi. Faktor-faktor yang membuat terumbu karang memutih bukan
sekadar rusak karena aktivitas manusia biasa. Kerusakan ini terjadi karena
adanya aturan dan dukungan dari para penguasa. Manusia bebas melakukan berbagai
aktivitas mengeksploitasi lingkungan hidup tanpa peduli terhadap akibat dari
aktivitasnya terhadap lingkungan alam dan biodiversitas.
Inilah tabiat
penguasa dalam sistem kapitalisme, mereka mengedepankan keuntungan daripada
terjaganya lingkungan dan kelestarian alam. Memutihnya terumbu karang yang ada
diberbagai belahan dunia adalah tanda kegawatdaruratan yang harus segera
diatasi. Jika ini dibiarkan terus berlangsung, maka manusia sendiri yang akan
menerima kerugian. Peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional hanya
akan sampai pada perayaan semata. Penguasa saat ini lebih memilih menutup mata
pada solusi paripurna yang sering ditawarkan dalam mencegah kerusakan alam dan
biodiversitas. Jikapun dikeluarkan aturan, aturan tersebut tetap tidak boleh
mengacaukan kepentingan-kepentingan mereka dalam menjalankan aktivitas yang
bisa menambah pundi-pundi keuangan.
Hanya penguasa dalam sistem Islam kafah yang mau dan mampu menerapkan solusi paripurna dalam menjaga kelestarian alam dan kenanekaragaman hayati, termasuk mengatasi kerusakan terumbu karang.[]
0 Komentar