#Reportase — Sabtu, 14 Juni 2025 berkumpul para guru muslimah dari berbagai sekolah se-Jakarta Utara. Sebuah diskusi terbatas dipandu Ibu Yuni Martanti, M.Pd., yang mengangkat tema "Pendidik Visioner: Kunci Sukses Mewujudkan Generasi Berkualitas". Acara diawali dengan tilawah dan pembacaan hadis Rasulullah saw. oleh Ananda Dzakiyah Rafifah.
Acara inti dimulai dengan penyampaikan materi oleh Ustazah Fatikah, S.Ag.. Mengupas tentang selayang pandang pendidikan dari masa ke masa. Beliau selanjutnya memberikan gambaran buah konsep pendidikan dalam Islam yang mampu melahirkan sosok-sosok terbaik seperti Bilal bin Rabbah r.a. di masa Rasulullah, Ali bin Abi Thalib di masa Khulafaur Rasyidin hingga lahirnya para imam mazhab pada abad ke-2 dan 3 Hijriyah.
Ustazah Fatikah selanjutnya menguraikan bahwa kunci sukses pendidikan dalam Islam terletak pada: 1) pendidik yang beriman dan berilmu; 2) metode talaqqiyan fikriyyan dan talaqqiyan lafdziyyan; 3) materi yang terintegrasi dari aqidah, syariah, dan ilmu terapan di berbagai bidang; 4) dukungan pemerintah yang ada.
Ustazah Fatikah juga membagikan kiat menjadi pendidik visioner kepada para peserta yang hadir.
Penyampaian materi kedua oleh Ibu Ratna Dewi Putika Sari, M.Pd., menggambarkan tentang realitas pendidik yang berada di persimpangan jalan. Ada keinginan untuk menjadi pendidik visioner, tapi dihadapkan pada berbagai tantangan.
Beliau menguraikan profil pendidik dalam sistem hari ini mulai dari tuntutan menyelesaikan materi ajar, beban tugas dan administrasi yang berat, minimnya penghargaan dan perlindungan, kurangnya fasilitas serta sarana prasarana pendidikan, hingga kurikulum yang terus berganti dan terjebaknya para guru dalam arus kehidupan yang jauh dari Islam seperti tingginya kasus kekerasan melibatkan guru maupun banyaknya guru yang terjerat pinjol.
Ibu Ratna Dewi lalu menguraikan bahwa akar masalah dari kondisi ini bersumber pada cara pandang sekularisme yang menjadi asas kehidupan hari ini termasuk dalam dunia pendidikan. Pandangan sekulerisme kapitalisme menempatkan pendidikan sebagai komoditas ekonomi sehingga pendidikan dipandang dengan kacamata untung rugi, bukan pelayanan. Para pendidik pun diposisikan sebatas tenaga kerja yang dinilai hanya dari sisi kinerja. Hal ini berakibat pada rusaknya tata kelola pendidikan. Para guru tidak mendapatkan penghargaan, penghormatan, serta perlindungan sebagaimana mestinya. Beliau pun menegaskan bahwa mustahil pendidik visioner lahir dari sistem sekuler kapitalisme hari ini.
Selanjutnya, Ibu Ratna Dewi mengupas sistem pendidikan Islam sebagai wadah lahirnya pendidik visioner. Dalam kitab Usus at-Ta’lim fi Daulah al-Khilafah hlm. 9, yang ditulis oleh Syekh Abu Yasin rahimahullah, digambarkan bahwa sistem pendidikan Islam memiliki keunikan yakni: Pertama, kurikulum pendidikan wajib berlandaskan akidah Islam. Kedua, strategi pendidikan adalah membentuk pola pikir islami (aqliyyah islamiyyah) dan jiwa yang islami (nafsiyyah islamiyyah). Ketiga, tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam (syakhshiyyah Islam) dan membekalinya dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan.
Keempat, tsaqofah Islam merupakan materi utama dalam semua jenjang pendidikan. Adapun ilmu terapan dan apa yang terkait dengannya seperti matematika diajarkan sesuai dengan kebutuhan dan tidak terikat dengan tingkatan mana pun dalam jenjang pendidikan. Kelima, negara wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan apa yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan. Keenam, negara menyediakan sarana dan fasilitas penunjang pendidikan secara merata, semisal perpustakaan, laboratorium, gedung sekolah, dan kampus. Ketujuh, Islam menetapkan pembiayaan pendidikan diberikan secara gratis.
Acara berlanjut ke sesi diskusi yang berlangsung hangat dengan antusiasme dari para guru muslimah. Berbagai pertanyaan diajukan antara lain bagaimana menjaga kewarasan dan bersikap benar sebagai guru di tengah tantangan hari ini; mungkinkah mewujudkan pendidikan bagus sesuai islam dan gratis saat ini; dan bagaimana mengambil peran dalam upaya melakukan perubahan sistem pendidikan hari ini?
Kedua pembicara menanggapi semua pertanyaan peserta secara gamblang dengan menggambarkan bahwa sistem pendidikan Islam sejatinya tidak terpisahkan dari sistem yang lain baik sistem ekonomi, sistem sosial, sistem hukum, maupun sistem politik. Alhasil, yang dibutuhkan adalah Islam kafah dan hadirnya peran negara.
Peserta diingatkan kembali mengenai peran strategis pendidik dalam perubahan dan hendaknya para guru muslimah bersabar dalam menjalankan tugas mulia ini. Peserta juga diajak untuk mendalami Islam dan hadir kembali dalam diskusi terbatas selanjutnya sebagai bagian dari ikhtiar untuk menjaga kewarasan dan komitmen sebagai pendidik visioner.
Acara ditutup dengan lantunan doa syahdu oleh Ustazah Nurliswianti dan dilanjutkan dengan ramah tamah.[]
0 Komentar