Siti Rima Sarinah
#MutiaraAl-Qur'an — Setiap manusia yang diciptakan diberikan rezeki (harta) oleh Allah Swt.. Harta kekayaan yang Allah berikan tersebut merupakan titipan sementara yang bisa kapan saja diambil oleh-Nya. Maka seorang muslim tentu akan berhati-hati dengan harta titipan tersebut, karena kelak ia akan dimintai pertanggungjawaban terkait perolehan harta, pengelolaan harta—digunakan untuk apa saja harta yang dititipkan kepadanya.
Sebagai seorang muslim tentu kita menginginkan mendapatkan harta yang berkah. Harta yang berkah adalah harta yang memberikan manfaat dunia dan akhirat bagi pemiliknya, serta membawa kebaikan bagi orang lain. Keberkahan harta bukan dilihat dari besar atau kecilnya jumlah harta tersebut, tetapi kita dapat mengelola harta tersebut sesuai dengan syariat Allah Swt..
Allah Swt. berfirman, ”Andaikata penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.” (Surah Al-A’raf Ayat 96)
Di dalam Al-Qur’an, harta disebut sebagai perhiasan hidup. Harta sering menyebabkan seseorang itu menjadi angkuh, sombong, dan merasa bangga. Bahkan tak jarang kita banyak melihat banyak orang menumpuk-numpuk harta dan terobsesi memiliki harta yang banyak tetapi bukan untuk bersedekah ataupun membantu saudara muslim yang sedang kesulitan, melainkan harta menjadi unsur kebahagiaan mereka di dunia, sehingga mereka melakukan berbagai macam cara untuk bisa memiliki harta yang banyak.
Di negeri kita yang mayoritas muslim, banyak kita melihat orang-orang yang rakus dan serakah dengan harta. Sampai-sampai mereka mengambil atau merampas harta yang bukan miliknya. Sebagai contohmya, maraknya kasus korupsi yang menggurita di negeri ini menunjukkan kerakusan manusia yang menjadikan harta sebagai sesembahan mereka. Tak tanggung-tanggung para koruptor mengambil uang negara yang notabene uang rakyat, tanpa mempedulikan akibat dari perbuatannya tersebut kepada nasib rakyat.
Pernahkah terbersit dalam benak mereka bahwa harta yang mereka dapatkan dari korupsi, manipulasi anggaran, dan penggelapan dana tersebut bukan hanya dimintai pertanggujawaban di dunia melainkan juga di akhirat? Namun sayangnya, mungkin hal ini tak pernah terpikirkan oleh mereka, sebab paham sekularisme yang sudah menjasad dalam diri mereka—menjadikan mereka budak-budak harta.
Maka, wajarlah tidak terlihat sedikitpun keberkahan di negeri ini akibat penguasa dan para pejabat yang tidak amanah. Mereka adalah produk sistem sekuler-kapitalisme yang mengagung-agungkan harta di atas segala-galanya. Berbagai persoalan kehidupan yang tak kunjung berhenti datang silih berganti dan tak kunjung menemui solusi. Karena, solusi yang mereka usung adalah solusi yang berdasarkan sistem sekuler-kapitalisme yang merupakan biang kerok lahirnya berbagai persoalan kehidupan, termasuk mencetak para pejabat yang serakah pada harta rakyat.
Fakta ini seharusnya menyadarkan seluruh kaum muslim untuk segera kembali kepada aturan Islam, sebelum kebinasaan dan kegelapan akan menenggelamkan mereka. Setiap muslim harus menyadari bahwa tujuan penciptaan kita di dunia adalah untuk ibadah. Maksud ibadah di sini bukan hanya sekedar salat lima waktu, melainkan seluruh aktivitas kehidupan kita di dunia senantiasa terikat pada aturan Allah Swt..
Allah Swt. menciptakan kita dengan bentuk yang sempurna, dengan aturan yang menjaga kita agar kita tetap menjadi makhluk yang mulia karena dibekali akal. Maka sudah seharusnya dorongan keimanan dan ketakwaan yang menjadi landasan untuk menjalani aktivitas kehidupan, termasuk tatkala mencari harta harus dengan cara dan mekanisme yang ditetapkan oleh syariat Islam.
Rasulullah saw. dan para sahabat menjadi suri tauladan bagi setiap muslim dalam mencari, mengelola, dan mengeluarkan harta semata-mata untuk mendapatkan keridaan Allah Swt.. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan harta yang banyak untuk membantu saudara-saudara muslim yang kesulitan ekonomi. Mereka pun berlomba-lomba berinfak dan bersedekah di jalan dakwah untuk menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Bahkan mereka pernah menginfakkan seluruh harta bendanya untuk kepentingan dakwah. Semua itu mereka lakukan karena yang yang mereka miliki adalah titipan dan pemberian Allah Swt.. Harta juga menjadi salah satu amal jariyah yang tak pernah terputus. Inilah motivasi akidah para sahabat Rasulullah saw. yang harus kita ikuti—menjadi role kehidupan kaum muslim. Sehingga seluruh kaum muslim bisa merasakan keberkahan harta bukan pada saat mereka di dunia, melainkan di akhirat. Allah Swt. pun telah menyediakan surga bagi orang-orang yang dermawan yang senantiasa menginfakkan hartanya untuk dakwah Islam dan kaum muslim. Wallahualam.[]
0 Komentar