Rakyat Jengah Atas Kezaliman dan Ketidakadilan Sitem Kapitalisme

 



Siti Rima Sarinah

 

#Bogor — Bulan Agustus identik dengan pengibaran sang merah putih di seantero negeri. Pasalnya, bulan Agustus menjadi bulan yang sangat bersejarah bagi bangsa ini. Pada bulan Agustus, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945, negeri ini dinyatakan secara de facto terbebas dari penjajahan alias merdeka. Pengibaran sang merah putih ini sebagai simbol memperingati hari kemerdekaan yang sudah menginjak 80 tahun.

 

Setiap bulan Agustus, pemerintah senantiasa menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengibarkan bendera merah putih, mengingatkan betapa besar pengorbanan para pahlawan bangsa mengusir penjajah hingga rakyat Indonesia dapat menghirup udara kebebasan. Hal serupa dilakukan oleh Pemkot Bogor yang mengajak masyarakat untuk mengibarkan bendera merah putih selama sebulan penuh, dan diharapkan masyarakat turut memeriahkan dengan membuat berbagai kegiatan dan acara di lingkungan masing-masing. Sebagai bentuk memperkuat persatuan, kebangsaan, semangat kemerdekaan dan jiwa nasionalisme agar senantiasa menjasad dalam benak masyarakat. (radarbogor, 01/08/2025)

 

Di balik kemeriahan pengibaran bendera merah putih, bersamaan dengan itu pula menyusul massifnya tren bendera One Piece berwarna hitam bergambar tengkorak bertopi jerami viral di dunia maya. Dalam kisahnya, cerita One Piece merupakan bentuk perlawanan terhadap penguasa, kebebasan, persatuan, dan solidaritas bajak laut. Hal inilah yang membuat pemerintah melayangkan surat edaran ke seluruh masyarakat untuk mengibarkan bendera merah putih bukan bendera One Piece. Tidak dipungkiri, masyarakat lebih memilih mengibarkan bendera One Piece yang sedang viral, ketimbang bendera merah putih. Pasalnya, para pedagang bendera merah putih mengaku sepi peminat, dan banyak warga terutama anak-anak muda yang justru mencari bendera One Piece untuk dipasang di depan rumah mereka masing-masing.

 

Fenomena pengibaran bendera One Piece ini disinyalir sebagai bentuk ekspresi sosial masyarakat atas kekecewaan yang teramat dalam atas kondisi pemerintah saat ini. Karena faktanya begitu banyak kezaliman dan kekecewaan yang sering kali dialami oleh masyarakat, terkait berbagai kebijakan dan undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah. Kita bisa melihat, kebijakan demi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah nyatanya bukan untuk kepentingan rakyat semata.

 

Sebagai contoh, berbagai pungutan pajak yang terus menghantui kehidupan rakyat hari ini. Di tengah massifnya gelombang PHK dan makin sempitnya lapangan pekerjaan, nyatanya tak membuat rakyat terbebas dari pajak. Negara terus memeras rakyat untuk tetap membayar pajak. Alih-alih negara menciptakan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya, justru pemerintah bersikap acuh tak acuh dan abai dengan nasib rakyat yang kesulitan mendapatkan kerja. Namun, tatkala rakyat memiliki pekerjaan dengan seenaknya pemerintah memalak rakyat atas nama pajak.

 

Bukan hanya itu, mahalnya biaya kuliah menunjukkan tidak sedikit pun uluran tangan pemerintah untuk membantu rakyat agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan generasi bangsa. Sekuat tenaga anak bangsa berusaha untuk bisa mengenyam pendidikan di bangku kuliah, tapi setelah lulus mereka justru menjadi pengangguran berpendidikan. Ironisnya, tatkala mereka mendapat pekerjaan dari hasil jerih payahnya, negara pun memaksanya untuk membayar pajak.

 

Inilah bentuk kezaliman dan ketidakadilan pemerintah dan penguasa yang bernaung dalam sistem kapitalisme. Maka sangatlah wajar massifnya pengibaran bendera One Piece tidak lain sebagai bentuk sikap rakyat atas kesewenang-wenangan penguasa negeri ini. Walaupun hidup di negeri yang kaya, tapi rakyat tidak menikmati kekayaan alam yang notabene mereka hidup di dalamnya.

 

Jika dikatakan bahwa pengibaran bendera One Piece melanggar undang-undang, bukankah negeri ini menerapkan demokrasi yang menyatakan suara rakyat adalah suara Tuhan? Seharusnya rakyat tidak boleh dilarang, bahkan seharusnya difasilitasi untuk mengemukakan aspirasinya karena mereka tidak mendapatkan haknya sebagai rakyat untuk dilayani, dijamin, dan dipenuhi kebutuhannya. Rakyat hanya dipertontonkan sikap zalim dan tidak amanahnya para penguasa, yang tega terus-menerus memalak rakyat, sementara penguasa beserta kroni-kroninya hidup bergelimang kemewahan dari hasil kekayaan alam yang merupakan milik rakyat.

 

Negeri ini sudah 80 tahun merdeka, tetapi pada faktanya tetap terjajah dalam bentuk yang lain, bahkan lebih parah dibandingkan penjajahan fisik di masa lalu. Penjajahan politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan lain sebagainya telah menguasai negeri ini. Rakyat pun tetap mengalami penderitaan dan kemiskinan ekstrem di negeri yang bernama Zamrud Khatulistiwa.

 

Oleh karena itu, jika kita benar-benar ingin merdeka dari segala bentuk penjajahan dan bukan hanya sekedar simbol berupa bendera, maka kita harus keluar dari sistem yang menjajah seluruh lini kehidupan kita. Selanjutnya, mengganti sistem rusak dan batil ala kapitalisme dengan sistem yang membawa manusia pada kehidupan yang makmur dan sejahtera, yakni sistem Islam (Khilafah).

 

Momen bulan Agustus menjadi momen terbaik untuk menyadarkan masyarakat bahwa tidak sepantasnya kita hidup dalam sistem buatan penjajah. Sudah saatnya berjuang bersama untuk mewujudkan sistem yang menerapkan syariat pemilik bumi ini. Yakni sistem Khilafah yang menerapkan syariat Islam kafah di seluruh lini kehidupan umat manusia. Hidup sejahtera dalam naungan Khilafah telah terbukti dalam tinta emas sejarah peradaban Islam. Hanya negara Khilafah yang mampu menegakkan keadilan, menghilangkan kezaliman, dan menjadikan kehidupan rakyatnya aman, sejahtera, dan penuh keberkahan serta diridai oleh Sang Pemilik bumi dan jiwa manusia. Wallahualam.[]

Posting Komentar

0 Komentar