Antara Citra Pemerintah dan Derita Rakyat: Kemiskinan Samar

 



Refi Oktapriyanti

 

#Wacana — Ada keganjalan pada data statistik dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada kehidupan masyarakat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai angka 23,85 juta orang per Maret 2025. Dibandingkan September tahun 2024, jumlah itu turun 0,2 juta orang dan diklaim menjadi yang terendah dalam dua dekade. Dalam persentasenya, jumlah penduduk miskin terhadap total populasi pada Maret tahun 2025 mencapai angka 8,47%. Persentasi itu turun menjadi 0,1% , jika dibandingkan dengan September 2024.

 

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), sekaligus peneliti senior LPEM FEB UI Teguh Dartonto mengungkapkan bahwa banyak angka-angka statistik itu menjadi sebuah kosmetik, yang artinya antara angka dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat itu berbeda. Berdasarkan catatan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Mei 2025, memperlihatkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia turun menjadi 4,76% pada Februari 2025. Jumlah penurunannya sekitar 0,06% poin dibanding Februari 2024 yang mencapai 4,82%. Sedangkan disisi lain, kalangan pengusaha dan organisasi buruh mencatat jumlah PHK terus meningkat pada tahun ini.

 

Kapitalisme Gagal Mengurus Rakyat

Terjadinya kemiskinan yang tiada hentinya ini merupakan bukti bahwa gagalnya sistem yang sedang diterapkan saat ini, bahkan sampai terjadi beragam kemiskinan. Dalam kapitalisme, kemiskinan hanya dilihat berdasarkan angka pada data, bukan melihat berdasarkan fakta. Sedangkan jika acuannya hanya berdasarkan angka, pihak yang membuat standar bisa merubah sesuai target yang ingin diraihnya.

 

Negara sibuk memperbaiki citra rezim cukup dengan memainkan angka statistik supaya terlihat positif, nyatanya pada faktanya negara abai terhadap apa yang dirasakan masyarakat. Pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan kini hanya dengan memberikan bansos seolah-olah pemerintah sangat berperan dengan memberikan bansos itu telah menyelesaikan kemiskinan, padahal itu bukan solusi tuntas dalam menyelesaikan kemiskinan karena tidak menyentuk akar masalahnya.

 

Padahal dalam menuntaskan kemiskinan ini, pemerintah cukup turun tangan melihat apa yang sedang terjadi ke berbagai tempat yang masih banyak terjadi kemiskinan dan memenuhi kebutuhan rakyatnya untuk menyejahterakan. Bahkan, seharusnya menyediakan banyak lapangan pekerjaan supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun sayangnya, selama sistem kapitalisme diterapkan semua itu hanya menjadi utopis.

 

Islam Mampu Mensejahterakan Umatnya

Islam mempunyai aturan untuk mengentaskan kemiskinan, yaitu mengatur hak kepemilikan dalam harta pada setiap individu. Negara dalam Islam juga berperan dalam mensejahterakan umatnya, dipenuhi setiap kebutuhan hidupnya secara merata sehingga tidak ada lagi kesenjangan ekonomi. Umat benar-benar diperhatikan dalam pemenuhan hidupnya, bahkan diriayah untuk menjadi  orang yang bertawakal kepribadiannya.

 

Dalam Islam, negara akan bertanggung jawab terhadap perannya sebagai pemimpin dengan keimanannya karena semua akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Rasulullah saw. bersabda, “Imam/khalifah adalah raa’in (pengurus) dan dialah yang bertanggungjawab terhadap yang diurusnya (rakyat).” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

         

Posting Komentar

0 Komentar