Tren Bunuh Diri Meningkat: Bukti Kondisi Rakyat yang Sakit

 



Siti Rima Sarinah

 

#Bogor — Kasus bunuh diri seakan menjadi tren kehidupan saat ini. Betapa tidak, hampir setiap hari kita disuguhi dengan berbagai kasus bunuh diri dengan beragam alasan, terutama karena faktor ekonomi. Bunuh diri akhirnya menjadi solusi tuntas untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang menghimpit individu rakyat. Begitu beratnya beban ekonomi dan beban kehidupan, seakan tak menemui satu jalan keluar serta tak ada satu pun orang yang dapat menolongnya. Akhirnya, mengakhiri hidup menjadi jalan terakhir untuk melepaskan diri dari beratnya beban kehidupan.

 

Seorang pria di Kelurahan Katulampa Bogor ditemukan tak sadarkan diri setelah  berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan nekat loncat dari jembatan yang tinggi. Aksi nekat tersebut dipergoki oleh warga yang segera menghubungi damkar untuk melakukan penyelamatan. Beruntung korban hanya mengalami luka di kaki saat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan medis. (detiknews, 12/09/2025)

 

Kisah seorang ibu yang melakukan bunuh diri setelah membunuh kedua anaknya yang berusia 9 tahun dan 11 bulan terjadi di Kabupaten Bandung, juga diduga karena tekanan ekonomi. Faktor ekonomi menjadi motif utama maraknya kasus bunuh diri yang telah menjadi fenomena sosial yang tengah menjangkiti masyarakat. Tidak dimungkiri, himpitan ekonomi yang makin sulit dan tuntutan hidup yang harus dipenuhi membuat beban hidup masyarakat makin berat. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa kondisi masyarakat saat ini sedang tidak baik-baik saja. 

 

Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia atau World Suicide Preventor Day diperingati setiap tanggal 10 September. Peringatan ini bekerjasama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini dilakukan sebagai langkah perhatian global pada pencegahan bunuh diri yang makin parah, dengan melibatkan semua pemerintah, komunitas, dan organisasi agar kasus bunuh diri bisa dicegah. Namun, berbagai upaya yang dilakukan untuk mencegah kasus bunuh diri, belum membuahkan hasil yang signifikan. Bahkan kasus bunuh diri terus meningkat. Karena berbagai program dan upaya yang dilakukan tidak menyentuh pada akar persoalan maraknya kasus bunuh diri.

 

Fakta ini menunjukkan kegagalan pemerintah dan negara untuk mengatasi tren bunuh diri di kalangan masyarakat. Disebabkan negara gagal mewujudkan kesejahteraan di tengah masyarakat, akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler. Karena sistem ini telah menciptakan kesenjangan sosial yang mengakibatkan si kaya makin kaya dan si miskin makin terpuruk dalam kemiskinannya. Tidak ada yang murah dalam kondisi saat ini. Pendidikan, kesehatan, keamanan, dan hajat hidup masyarakat harus dibayar mahal untuk memperolehnya. Hajat hidup hanya dijadikan ajang bisnis dan menjadikan rakyat sebagai pangsa pasarnya, dan jelas siapa yang diuntungkan dalam kondisi seperti ini.

 

Himpitan ekonomi inilah yang mengakibatkan masyarakat mengalami gangguan kesehatan mental yang berujung pada maraknya kasus bunuh diri. Sakit mental yang dialami masyarakat adalah buah dari abainya negara untuk mengurusi urusan rakyat yang menjadi tanggung jawabnya. Terjadinya pergeseran peran negara ini karena menjadikan sistem kapitalisme sekuler sebagai asas lahirnya berbagai aturan dan hukum-hukum yang diberlakukan di tengah masyarakat. 

 

Kondisi ini tak akan kita jumpai dalam sistem yang berkhidmat kepada rakyat dan menjadikan rakyat sebagai prioritas utama untuk dilayani dan diurusi semua kebutuhannya. Adalah sistem Khilafah yang hadir ke tengah masyarakat untuk menerapkan hukum syariat yang berasal dari Sang Pencipta manusia. Khilafah menghadirkan pemimpin dan para pejabat bervisi akhirat, yang menjadikan tugasnya sebagai amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

 

Dengan landasan inilah, negara menjadi garda terdepan yang selalu hadir di tengah rakyat untuk memenuhi dan menjamin semua kebutuhan rakyatnya. Memberikan pelayanan pendidikan, kesehatan, keamanan, dan semua hajat hidup rakyat dengan semaksimal mungkin tanpa ada pungutan sedikit pun alias gratis. Rakyat menjadi pihak yang dilayani karena negara adalah pelayan bagi rakyat. Rakyat pun tidak terbebani untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga masyarakat mampu menjalani hidupnya dengan layak dan bahagia. Potret rakyat sehat secara akal dan fisik terlihat nyata, karena negara senantiasa peduli dan peka terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh rakyat. Bak seorang ibu yang paling mengetahui apa yang dibutuhkan oleh anaknya, walaupun anaknya tidak mengatakan apa yang dibutuhkannya.

 

Untuk menjamin dan memenuhi kebutuhan pokok rakyat, negara memiliki sumber-sumber pemasukan negara, di antaranya dari pengelolaan kekayaan alam yang notabene milik rakyat. Hasil pengelolaan kekayaan ini dikembalikan kepada rakyat untuk memenuhi semua kebutuhan pokok rakyatnya, sehingga tidak membebani rakyat dengan berbagai pungutan seperti yang terjadi dalam sistem kapitalisme sekuler.

 

Negara bukan hanya mampu menyelesaikan persoalan ekonomi, tetapi juga mampu menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan lainnya. Karena syariat Islam yang melandasi semua aturan yang diterapkan di seluruh lini kehidupan, bak obat mujarab yang mengobati berbagai penyakit yang muncul di tengah masyarakat. Landasan akidah dan senantiasa menanamkan ketakwaan dari diri individu rakyat, masyarakat dan negara, menjadi fondasi yang kokoh mampu menyelesaikan persoalan dengan cara pandang yang benar dan melahirkan ketenangan dalam kehidupan.

 

Tatkala kemakmuran dan kesejahteraan telah terwujud nyata dalam kehidupan rakyat, maka bisa dipastikan tidak akan pernah terjadi kasus bunuh diri. Karena bunuh diri adalah  perbuatan yang diharamkan oleh Allah Swt. Rakyat pun mampu menyelesaikan setiap persoalan hidupnya dengan cara pandang syariat Allah Swt., agar kehidupan ini senantiasa mendapatkan keridaan dan keberkahan dari Sang Pemilik jiwa manusia, bumi dan seisinya. Wallahualam.

Posting Komentar

0 Komentar