Alin F.M.
#Jaktim — Dilansir dari kemenpppa.go.id,
Jakarta (18/09/2025), Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(PPPA), Arifah Fauzi menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya
seorang siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Cipayung Jakarta Timur. Menteri PPPA
menekankan pentingnya peran dari orang-orang terdekat seperti orang tua, guru,
dan pengasuh dalam memberikan pengawasan sekaligus menciptakan kedekatan dan
lingkungan yang dirasa aman dan nyaman bagi anak-anak.
Tragedi meninggalnya seorang siswi Madrasah
Tsanawiyah (MTs) di Jakarta Timur adalah duka bagi kita semua. Lebih dari
sekadar cerita, ini adalah cermin yang menunjukkan kerapuhan sistem
perlindungan anak di era sekularisme. Pernyataan Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi, yang menekankan pentingnya peran
orang terdekat—orang tua dan guru—bukanlah sekadar seruan biasa, melainkan
sebuah panggilan darurat yang harus direspon oleh seluruh pemangku kepentingan,
termasuk negara.
Ancaman krisis mental pada
anak dan remaja makin nyata. Sebuah insiden tragis, seorang siswi MTs di
Jakarta Timur mengakhiri hidupnya, menjadi pengingat yang menyakitkan.
Peristiwa ini, sebagaimana diulas oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (KPPPA), menyoroti stres berkepanjangan dan kurangnya
lingkungan yang aman bagi anak untuk berkeluh kesah. Masalahnya, solusi yang
ditawarkan seringkali bersifat parsial dan individual, padahal akarnya jauh
lebih dalam dan sistemik.
Khilafah sebagai Perisai
Mental Komprehensif
Dalam sistem Khilafah,
perlindungan mental anak tidak hanya diserahkan pada keluarga atau sekolah,
tetapi menjadi tanggung jawab negara. Negara memiliki peran sentral dalam
menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan anak, baik secara fisik
maupun mental. Ini berbeda dengan pendekatan saat ini yang cenderung reaktif
dan terfragmentasi.
Pilar-pilar penting dalam
Khilafah untuk melindungi mental anak:
1. Pendidikan Berbasis Iman dan Takwa
Sistem pendidikan Khilafah
tidak hanya berfokus pada kecerdasan intelektual tetapi juga pada pembentukan
kepribadian Islam. Kurikulumnya dirancang untuk menanamkan konsep tauhid dan
keimanan yang kuat, mengajarkan bahwa hidup ini adalah amanah dari Allah Swt.
Ketika seorang anak memiliki pemahaman ini, ia akan lebih tangguh menghadapi
tantangan hidup. Stres dan tekanan tidak akan dianggap sebagai akhir segalanya,
tapi sebagai ujian yang harus dihadapi dengan kesabaran dan tawakal.
Allah Swt. berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ
مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ ١٨
"Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh,
Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (Surah Al-Hasyr Ayat 18)
Rasulullah Saw. bersabda, "Pendidikan seorang anak adalah hak
anak atas orang tuanya dan hak orang tua atas anak-anaknya. Dan yang paling
utama dari hak anak atas orang tuanya adalah diajarkan ilmu Al-Qur'an dan
dibiasakan berakhlak mulia."
(Hadis Riwayat Muslim)
2. Sistem Ekonomi Islam
Salah satu penyebab utama
stres pada anak dan keluarga adalah tekanan ekonomi. Kemiskinan,
ketidaksetaraan, dan kesulitan hidup bisa menciptakan lingkungan yang tidak
stabil dan penuh kecemasan. Khilafah, dengan sistem ekonominya yang berbasis
syariat (seperti larangan riba dan penerapan zakat), berusaha menciptakan
ekonomi berbasis akidah Islam bagi seluruh rakyat. Kesejahteraan yang merata
akan mengurangi beban mental yang dialami oleh keluarga, sehingga mereka bisa
lebih fokus dalam memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya.
Allah SWT berfirman tentang zakat:
خُذْ مِنْ
اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ
اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
"Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan
mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Surah At-Taubah Ayat 103)
Rasulullah Saw. bersabda, "Tidaklah
suatu kaum memiliki harta yang berlimpah, melainkan ada di dalamnya hak-hak
orang-orang miskin. Maka barangsiapa yang menunaikan hak mereka, niscaya Allah
akan melapangkan harta mereka. Dan barangsiapa yang menahan hak mereka, niscaya
Allah akan menimpakan kesempitan pada harta mereka." (Hadis Riwayat
At-Tirmidzi)
3. Sistem Pergaulan Islam
Khilafah menciptakan
masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islam, perilaku maksiat dan hiburan
yang merusak dibatasi. Dengan demikian, anak-anak terlindungi dari paparan
negatif yang bisa merusak moral dan psikis mereka. Lingkungan yang islami akan
mendorong terbentuknya komunitas yang saling mendukung, anak-anak merasa aman,
dihargai, dan tidak terasing. Perilaku-perilaku seperti perundungan (bullying)
dan depresi akan lebih mudah dicegah karena masyarakatnya saling peduli dan
mengingatkan.
Allah Swt. berfirman tentang persaudaraan
(ukhuwah):
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ
وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih)
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (Surah Al-Hujurat Ayat 10)
Rasulullah Saw. bersabda,
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, saling
menyayangi, dan saling menolong adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu
anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit dengan demam dan
tidak bisa tidur." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Solusi Parsial vs. Solusi
Akar Masalah
Meskipun saran dari KPPPA
tentang peran orang tua, guru, dan lingkungan aman itu penting, solusi ini
seringkali tidak cukup untuk menyelesaikan masalah hingga ke akarnya. Keluarga
dan sekolah pun hidup dalam sistem sekularisme yang tidak ideal, mereka sendiri
mungkin juga mengalami tekanan ekonomi, sosial, atau mental.
Khilafah sebagai perisai
mental yang komprehensif karena ia bekerja pada tiga tingkatan: individu,
keluarga, dan masyarakat. Negara bertindak sebagai "pelindung" yang
memastikan setiap tingkatan ini berfungsi sebagaimana mestinya, menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi pertumbuhan anak secara menyeluruh.
Dengan demikian, Khilafah
bukanlah sekadar sistem pemerintahan, melainkan sebuah kerangka hidup islami
yang mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan mental. Ia
menyediakan perisai yang kokoh, bukan hanya sekadar obat penenang. Wallahualam
bissawab.[]
0 Komentar