Ida Farida Thabrani
#Wacana — Terjadi lagi tes ombak sebagai upaya untuk memancing respon umat Islam dan menguji sejauh mana keberhasilan makna toleransi ala Liberal yang diinginkan Barat. Setelah berhasil Salam lintas Agama, Salawatan di Gereja, Azan di Gereja, sekarang diuji coba lagi dengan diadakannya Maulidan yang selama ini dianggap sakral bagi umat Islam (radartv.disway.id).
Maulid yang di laksanakan oleh Kemenag sumsel, Pemrov Sumsel di Asrama Haji Sumsel (04/09/2025), dihadiri oleh tokoh-tokoh penting: Gubernur Sumsel, Ketua DPD, Dubes Republik Seychelles Nico Barito, Wakil ketua DPD RI Papua Yorrys Raweyai, para tokoh lintas agama dari 6 agama dan ribuan peserta. Menariknya, Maulid ini ditutup dengan doa kebangsaan yang dipimpin oleh Romo Yohanes yang kemudian menimbulkan kontroversi.
Klarifikasi dari Kakanwil Kemenag Sumsel mengatakan bahwa Romo tidak memimpin doa dalam sesi Maulid, tetapi dalam sesi Doa Kebangsaan yang bertujuan mendoakan Indonesia agar tetap damai dan bersatu. Padahal secara fakta acara Maulid tersebut berada dalam satu majelis.
Bukankah kegiatan seperti ini justru akan memancing kritik dan suasana yang semula damai menjadi tidak harmonis? Mirisnya lagi, ketika umat Islam kritis, dituduh emosional intoleran dan radikal.
Ini adalah upaya pluralisasi dan leberalisasi agama sebagai buah dari penguatan moderasi beragama. Padahal sebelumnya, kita umat Islam di Indonesia damai dan harmonis. Fakta bahwa negeri ini jika ingin harmonis dan cinta damai bukan karena toleransi agama, tapi karena ulah para penguasa negeri dan oligarki yang makin korup, rakus dan pamer kekayaan, sementara rakyat jelata makin susah dan menderita, gampang tersulut emosi, amarah, dan anarkis.
Doa lintas agama bertentangan dengan akidah Islam, bahkan di dalam Al-Qur'an Surah Ghafir Ayat 50, Allah berfirman:
وما دعاء الكافرين الا في ضلال
"...dan doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka."
Jumhur ulama juga berpendapat bahwa yang namanya doa lintas agama adalah haram dan kita tidak boleh mengamini atau mengucapkan amin atas doa orang kafir karena ia tidak akan diterima. Lantas kenapa hal seperti ini makin marak dilakukan?
Saat ini kaum muslimin berada dalam perang pemikiran—ide-ide kebebasan dan moderasi beragama makin diaruskan di tengah-tengah kaum muslimin. kaum muslimin tidak lagi memiliki junnah yang menjaga mereka dan sudah hilangnya pemikiran-pemikiran Islam yang bersih, terkotori oleh pemikiran-pemikiran Barat yang terus di masifkan dari segala sisi, salah satunya adalah ide moderasi beragama dengan dalih toleransi beragama.
Oleh karenanya, sudah saatnya kaum muslimin menjauhkan pemikiran-pemikiran asing yang membelenggu dan terus berupaya untuk mewujudkan junnah (pelindung) kaum muslimin, yaitu agar Islam kembali diterapkan secara sempurna atau secara totalitas, sehingga akan menjaga akidah kaum muslimin juga menjaga pemikiran-pemikiran mereka dari segala serangan-serangan Barat yang menyesatkan. Hal ini tidak bisa tidak, kecuali dengan tegaknya sistem Islam, yaitu Khilafah Islamiah yang telah terbukti selama 13 abad menjaga akidah umat, memberikan kesejahteraan, kedamaian tanpa perlu adanya sikap ataupun perbuatan yang terjadi seperti halnya doa lintas beragama ini yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw., para sahabat maupun generasi-generasi yang salih.
Saatnya juga ulama kritis terhadap berbagai upaya toleransi kebablasan ini dan tidak melupakan bahwa ada persoalan bangsa yang lebih besar, yakni menyelamatkan SDA dan menata SDM sesuai dengan aturan Allah. Wallahualam.[]
0 Komentar