Balada sang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

 



 

Siti Rima Sarinah

 

#Wacana — Peran seorang guru sangat dibutuhkan untuk mendidik dan mentransfer ilmu kepada generasi bangsa. Tanpa kehadiran guru, kita bukanlah siapa-siapa. Seseorang bisa menjadi penguasa, pejabat, ilmuwan, teknokrat, ulama, dan lain sebagainya, dikarenakan jasa seorang guru. Guru mendidik dan mengajar berbagai ilmu kepada anak didiknya dengan sepenuh hati. Dengan harapan kelak anak didiknya mampu menjadi generasi yang akan berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan negara.

 

Begitu besar jasa seorang guru bagi generasi, maka sudah selayaknya mereka mendapatkan kedudukan mulia dan terhormat di tengah masyarakat. Namun sayangnya, berbagai kisah pilu perjuangan seorang guru sangat lekat dengan kehidupannya. Tak terlihat sedikit pun peran mereka dihargai apalagi dimuliakan. Bahkan tak jarang seorang guru terpaksa berada di balik jeruji besi akibat tingkah polah anak didik mereka.

 

Peraturan Daerah (Perda) tentang perlindungan guru disahkan oleh DPRD Kota Bogor. Tujuan dari Perda ini untuk menciptakan sistem dan lingkungan pendidikan yang adil serta memberi perlindungan terhadap guru. Yang menjadi landasan lahirnya Perda tersebut adalah realitas yang terjadi di lapangan yang menunjukkan banyak kasus ancaman, kekerasan, dan diskriminasi terhadap guru. Sehingga diperlukan pelayanan bantuan hukum, pembinaan, dan pengawasan, sebagai upaya untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi guru. (radarbogor, 15/11/2025)

 

Dikutip dari Detik Sulsel (13/11/2025), kasus viral dua guru di Luwuk Utara yang harus berurusan dengan pihak kepolisian karena diduga melakukan pungutan sebesar Rp20 ribu kepada orang tua siswa untuk membantu membayar gaji guru honorer. Apa yang dilakukan oleh kedua guru tersebut bukanlah tindakan pidana, tetapi hanya  untuk membantu guru honorer agar bisa mendapatkan gaji yang layak.

 

Dini Fitri seorang guru yang juga kepala sekolah SMAN 1 Cimarga, terpaksa harus dinonaktifkan dari jabatannya. Penonaktifan ini dilakukan karena diduga sang guru menampar siswa yang ketahuan merokok di sekolah. Kasus ini sempat viral di media sosial. Padahal apa yang dilakukan sang guru dalam rangka untuk mendisiplinkan siswanya yang telah melakukan pelanggaran tata tertib sekolah dan sebelumnya sudah diingatkan, tapi siswa tersebut tetap melakukan pelanggaran.

 

Fakta-fakta di atas menambah daftar panjang kasus diskriminasi dan ancaman  yang  menimpa sang pahlawan tanpa tanda jasa di negeri ini. Belum lagi kasus guru yang tidak digaji berbulan-bulan sehingga mereka harus mencari kerja sambilan menjadi ojek online dan pemulung untuk bisa menafkahi keluarga mereka. Di sisi lain, negara justru membuat kebijakan yang makin meminggirkan peran guru. Dari status kepegawaian antara guru honorer dan PPPK, penundaan gaji dan perubahan aturan rekrutmen guru PPPK serta proses sertifikasinya yang kerap kali mengalami perubahan di tengah jalan membuat nasib guru berada dalam ketidakpastian dan kebingungan.

 

Menyelesaikan persoalan guru yang demikian pelik tentu tidak cukup hanya dengan membuat Perda. Seharusnya, perlindungan seorang guru tak ada bedanya dengan perlindungan yang diberikan kepada individu masyarakat. Lahirnya berbagai Perda untuk menyelesaikan setiap persoalan yang muncul, membuktikan lemahnya penerapan dan penegakkan hukum di negeri ini. Sehingga rentan sekali terjadi perubahan sesuai dengan waktu, tempat, dan kepentingan. Hal ini tidak lagi mengherankan karena negeri ini bernaung dalam sistem kapitalis sekuler, sistem buatan akal manusia yang lemah, yang hanya mengejar kemanfaatan dan berbagai kepentingan segelintir orang yang berada di baliknya.

Maka wajarlah, nasib guru di dalam sistem kapitalisme bak di ujung tanduk. Jasa mulia seorang guru tidak dihargai sama sekali, apalagi dihormati dan dimuliakan. Justru kita melihat kondisi guru yang miskin, tapi mereka tetap berjuang mendedikasikan diri untuk mendidik dan mentransfer ilmu kepada generasi bangsa. Inilah bentuk komitmen mereka sebagai pendidik yang memiliki tanggung jawab besar bahwa di tangan merekalah nasib generasi dan bangsa ini dipertaruhkan.

Kisah pilu seorang guru tak pernah kita jumpai dalam sistem Islam (Khilafah) karena Islam sangat fokus pada pendidikan dan generasi. Islam juga memerintahkan setiap muslim untuk menuntut ilmu. Sehingga dibuatlah seperangkat aturan agar kewajiban untuk menuntut ilmu bisa ditunaikan oleh setiap individu rakyat.

 

Dalam proses pendidikan, guru memiliki peran yang sangat penting. Sebab, merekalah ujung tombak peradaban untuk membentuk generasi yang berkualitas dan memiliki kepribadian Islam sebagai output-nya. Bukan hanya siswa yang memiliki kepribadian Islam, melainkan seorang guru pun harus memiliki kepribadian Islam. Karena guru yang berkualitas akan mampu mencetak generasi emas.

 

Penghormatan dan kemuliaan yang diberikan Islam kepada seorang guru salah satunya dengan memerintahkan peserta didiknya takzim dan berakhlak mulia serta beradab. Bukan hanya peserta didik yang menghormati dan memuliakan guru, melainkan negara pun melakukan hal yang sama. Atas jasa mereka yang telah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada generasi, negara memberikan gaji yang tinggi. Sehingga guru bisa hidup sejahtera dan makmur serta fokus dalam mendidik generasi.

Dalam sistem pendidikan Islam, negara memastikan kualitas seorang guru dengan menetapkan kriteria yang tinggi. Karena seorang guru bukan hanya seorang pengajar melainkan juga pendidik yang harus memiliki ketakwaan, berakhlak mulia, dan mumpuni dalam bidang keilmuan. Sehingga dari guru-guru berkualitas inilah akan lahir generasi emas. Didukung oleh sistem pendidikan berbasis akidah Islam dan prasarana pendidikan yang memadai oleh negara, sehingga akan mampu mencetak generasi yang tidak hanya faqih dalam bidang agama, tapi juga mumpuni dan terdepan dalam sains dan teknologi.

 

Peran guru bisa berjalan maksimal karena negara hadir menjadi garda terdepan untuk memberikan fasilitas pendidikan terbaik untuk guru dan peserta didik. Dengan mekanisme seperti inilah berbagai persoalan guru bisa diatasi dan mengakhiri kisah pilu sang pahlawan tanda jasa akibat sistem buatan manusia. Guru bahagia dan sejahtera, generasi pun bahagia dan optimal dalam menuntut ilmu. Wallahua'lam.[]

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar