JP. Dunggio
#Wacana — Tak dapat dipungkiri bahwa majunya ilmu pengetahuan dan teknologi memudahkan kehidupan manusia. Kemajuan ini menciptakan dunia baru bagi manusia bernama dunia digital, sehingga manusia bisa menjelajah berbagai informasi dalam waktu cepat dan tanpa batas. Sayangnya, ini seperti pisau bermata dua. Di satu sisi menguntungkan tetapi di sisi lain merugikan manusia tak terkecuali generasi mudanya.
Dunia Kedua
Dunia digital adalah dunia kedua bagi generasi muda saat ini. Di dalamnya mereka bisa mempelajari segala sesuatu, menemukan hal baru dengan berbagai kreativitas yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, menjalin pertemanan tanpa batas ruang dan waktu, serta tumbuh dan bermimpi tentang masa depan. Banyak hal positif yang didapat tetapi hal negatif dan berbahaya ternyata juga mengintai di dalam dunia kedua mereka.
Konten rusak seperti pornografi, judi online, pinjaman online, predator seksual, hingga ide-ide yang berbahaya dan sesat bisa diakses begitu mudah, tak ada filter yang memadai. Banjir informasi tanpa filter akhirnya mempengaruhi generasi muda saat ini. Kerusakan yang dialami generasi muda saat ini tidak pernah terjadi di generasi-generasi sebelumnya. Ini sebuah tragedi besar bagi keberlangsungan peradaban manusia.
Cara mereka bertingkah laku, berbicara, berpikir, bahkan beragama ditentukan oleh konten-konten yang beredar begitu masif di dunia digital. Mereka meniru sedemikian rupa. Tak heran ini menggangu pertumbuhan fisik, mental, moral, dan spiritual mereka. Akhirnya, dunia digital hanya melahirkan generasi yang split personality, rapuh, dan tidak membutuhkan agama dalam kehidupannya (sekuler). Bahkan ada yang terang-terangan antiagama dan anti-Tuhan.
Gagal Menjaga
Menghindari kemajuan teknologi adalah hal mustahil karena teknologi telah membawa kemudahan bagi manusia secara luar biasa. Namun, jika kemajuan teknologi dibiarkan tanpa pengaturan, maka bukannya bermanfaat malah jadi bencana untuk manusia khususnya generasi muda.
Sistem kapitalisme sayangnya tidak peduli pada bencana yang mengintai generasi muda. Selama dunia digital bisa menghasilkan pundi-pundi kekayaan secara cepat dan mudah, maka kapitalisme akan membiarkan dunia digital terbuka bagi siapa pun dan membawa ide apa saja. Ideologi kapitalisme tidak akan menjadi penjaga bagi kelangsungan hidup dan moral generasi. Pengawasan lemah, regulasi longgar, dan orientasi pada ekonomi lebih dominan daripada melindungi generasi akibat paparan dunia digital. Ideologi ini telah gagal menciptakan dan membangun dunia digital yang aman bagi generasi muda.
Butuh Penjaga
Penjagaan generasi muda dari derasnya informasi di dunia digital tak akan didapati dari negara yang menerapkan ideologi sekuler kapitalisme. Mereka hanya berperan sebagai regulator pasif yang sekadar mengatur bisnis digital. Negara tidak akan menjadi pelindung aktif bagi generasi. Penerapan ideologi sekuler kapitalisme inilah akar permasalahan yang jarang disentuh. Masyarakat hanya fokus pada pembenahan akhlak individu tapi melupakan pentingnya penjagaan negara.
Negara yang penguasanya akan totalitas menjaga masyarakat dan generasinya dari keterbukaan dunia digital tanpa batas bukanlah negara sekuler kapitalisme, melainkan negara yang memiliki prinsip yang dikatakan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadis yaitu, “Imam (kepala negara) adalah ra’in. Dia akan diminta pertanggungjawaban tentang rakyatnya.”
Makna ar-râ’i adalah al-hâfidz al-mu’taman (penjaga, pemelihara, wali, pelindung, pengawal, pengurus, pengasuh yang diberi amanah). Penguasa/pemimpin wajib mewujudkan kemaslahatan siapa saja yang berada di bawah kepemimpinannya. (Muslimah News, Maret 2022)
Penjaga Sebenarnya
Sesuai hadis di atas, negara yang penguasanya berprinsip menjadi penjaga, pemelihara, pengurus, pengasuh rakyat dan generasi dari berbagai permasalahan, khususnya dunia digital, hanyalah negara yang menerapkan Islam secara kafah. Negara berideologi Islam juga akan menjadi junnah atau pelindung yang akan mengeluarkan kebijakan yang bervisi menyelamatkan generasi dari keterbukaan dunia digital.
Penguasanya akan tegas menindak berbagai konten yang akan mempengaruhi perkembangan generasi. Tak peduli konten tersebut menghasilkan keuntungan besar, jika ia merusak maka negara akan melarangnya. Fungsi dunia digital akan diarahkan sebagai sarana pendidikan, penguatan akidah, dan penyemangat dalam melakukan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Ketegasan penguasa dan sistem Islam yang berorientasi pada penjagaan umat dan generasi, maka akan menjadikan dunia digital yang saat ini laksana hutan belantara yang liar dan berbahaya akan menjadi dunia yang ramah dan taman ilmu, sehingga menumbuhkan generasi yang berkepribadian Islam. Generasi yang tumbuh dengan pola pikir dan bertingkah laku sesuai tuntutan syariat Islam dan memiliki visi besar, yaitu membangun peradaban Islam yang gemilang.
Khatimah
Dunia digital yang saat ini telah merusak generasi muda adalah akibat penerapan sistem salah yang diambil oleh manusia, yaitu ideologi sekuler kapitalisme. Sebagai muslim, seharusnya menyadari bahwa sistem ini tidak layak diambil oleh umat. Sistem yang mampu menjaga kerusakan generasi dari dunia digital hanyalah sistem yang menerapkan syariat Islam secara kafah dalam naungan negara Khilafah. Sistem inilah yang harusnya diperjuangkan dan dijadikan landasan oleh kaum muslim.[]

0 Komentar