Vokasional Madrasah dan Bahaya Sekularisme dalam Pendidikan Islam

 



 

Annisa Suciningtyas

 

#Wacana — Belakangan ini, Kementerian Agama (Kemenag) tengah menyiapkan pembentukan Direktorat Vokasi Madrasah sebagai langkah strategis memperkuat pendidikan kejuruan di lingkungan madrasah. Langkah ini juga merupakan tindak lanjut dari arahan presiden menempatkan pendidikan vokasional sebagai prioritas dalam strategi pengentasan kemiskinan nasional. (voiceIndonesia.co, 08/11/2025)

 

Sekilas mungkin terdengar bahwa pemerintah ingin membuktikan bahwa madrasah juga bisa bersaing dalam bidang industri tidak hanya melulu fokus pada studi keagamaan. Namun, justru timbul satu pertanyaan penting, akan dibawa ke manakah pendidikan madrasah negeri ini?

 

Adanya pemisahan antara sekolah madrasah dengan sekolah umum saja sudah jelas menunjukkan bahwa negara ini adalah negara sekuler, adanya sekat pemisah antara sekolah umum dengan sekolah keagamaan. Padahal agama seharusnya tidak dipisahkan dari kehidupan, apalagi dalam dunia pendidikan yang seharusnya mencetak generasi yang berakhlak.

 

Belum lagi output dari pendidikan sistem sekuler diarahkan untuk harus “siap kerja” artinya hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan pasar industri. Dalihnya karena untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan ekonomi, dan mengurangi angka kemiskinan. Menariknya, orientasi ini juga di targetkan untuk sekolah madrasah.

 

Presiden menegaskan bahwa madrasah seharusnya juga ikut serta menyuplai tenaga kerja sebagai langkah strategis dari pertumbuhan ekonomi. Hal ini memang menjadi fokus sistem sekuler yaitu kesejahteraan dalam sisi materi. Maka saat lulusan, sekolah madrasah disiapkan untuk masuk industri, maka perlahan-lahan sekolah madrasah tidak ada bedanya dengan sekolah umum. Dan bisa jadi di kemudian hari, sekolah madrasah hilang dan berubah menjadi sekolah umum.

 

Sistem pendidikan sekuler menanamkan mindset bahwa kesejahteraan itu diukur dari sisi material. Seakan-akan tugas utama pendidikan adalah memastikan siswa bisa bekerja setelah lulus, memperoleh penghasilan, dan survive dalam roda ekonomi kapitalis. Memang, bukan hal yang salah jika siswa madrasah belajar skill diluar pembelajaran agama. Namun, bukan berarti pendidikan vokasional dalam sekolah madrasah menjadi tujuan utama. Sedangkan penanaman akidah, pemikiran Islam, dan pembentukan syakhsiyah islamiyah tidak diprioritaskan. Maka inilah yang menjadi permasalahannya.

 

Dalam sistem Islam, pendidikan tidak sesempit hanya untuk memenuhi kebutuhan industri atau mesin pencetak tenaga kerja. Output pendidikan antara sistem sekuler dan sistem Islam juga berbeda. Sistem Islam menjadikan pendidikan bukan hanya sekadar mencetak orang-orang agar bisa pintar bekerja, melainkan juga memiliki pemahaman sesuai syariat.

 

Tidak ada yang namanya definisi pendidikan sebagai alat pertumbuhan ekonomi dalam Islam, apalagi materialisme sebagai tujuan utama pendidikan. Sebab pendidikan sistem Islam itu berakar dari satu fondasi, yaitu akidah Islam. Kurikulumnya pun berbasis Islam, baik itu pelajaran sains atau teknologi, semua harus diarahkan untuk membentuk pola pikir dan pola sikap islami.

 

Salah satu alasan kenapa pendidikan sistem sekuler sangatlah industri-sentris yaitu tidak ada jaminan kebutuhan hidup rakyat dari negara. Akibatnya, pendidikan dijadikan alat bertahan hidup. Beda halnya dengan sistem Islam, karena seorang khalifah paham benar tanggung jawab akan pemenuhan kebutuhan primer rakyat, pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan.

 

Seluruh aspek kehidupan dalam Islam pun diatur sesuai dengan syariat Islam, bukan aturan yang terpisah-pisah sebagaimana sekularisme. Jika sistem sekuler, pendidikan jalan sendiri, ekonomi jalan sendiri, politik jalan sendiri. Tidak mengherankan jika kebijakan-kebijakannya saling bertabrakan.

 

Beda halnya dengan Islam, kebijakan yang ditetapkan baik itu pendidikan, ekonomi, politik, dan sosial selalu disatukan oleh satu hukum syarak. Inilah yang membuat ekosistem Islam itu stabil dan konsisten.

 

Pada akhirnya, arah baru madrasah yang dicanangkan pemerintah memang terlihat menjanjikan. Namun, tetap saja ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Jangan sampai madrasah kehilangan jati diri dan melebur menjadi sekolah umum dengan label agama tipis-tipis. Islam sudah memberikan solusi yang lebih komprehensif, pendidikan yang berorientasi pembentukan manusia yang beradab, bukan komoditas industri. Dan itu hanya bisa terwujud ketika negara menjadikan Islam sebagai dasar kebijakan, bukan pertumbuhan ekonomi semata.[]

Posting Komentar

0 Komentar