Siti Rima Sarinah
#Bogor — Siapa
yang tidak mengenal Indonesia, negeri yang dikenal dengan sebutan Zamrud
Khatulistiwa. Negeri yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dari Sabang
hingga Merauke. Kekayaan alam yang melimpah ruah ini seharusnya bisa wujudkan
Indonesia sebagai negeri yang mandiri, rakyatnya hidup makmur dan sejahtera.
Ironisnya, malah rakyat hidup dalam kubangan kemiskinan struktural yang sangat
parah. Bak ayam mati di lumbung padi
adalah wajah kehidupan rakyat di negeri ini.
Indonesia sebagai negeri kaya raya tetapi menjadikan pajak sebagai sumber
pemasukan negara. Aneh tapi nyata, inilah yang terjadi di negeri ini. Kota
Hujan Bogor salah satu daerah yang menjadikan pundi-pundi utama Pendapatan
Asli Daerah (PAD) berasal
dari sektor pajak. Mengingat Kota Bogor adalah kota wisata
yang banyak menyajikan beragam panorama alam yang sangat indah. Hal ini menjadi
potensi besar untuk menarik pajak di sektor wisata sebagai tulang punggung
pemasukan daerah.
Untuk tahun ini,
Pemkot Bogor memiliki target penerimaan pajak sebesar Rp1.666 triliun. Tercatat hingga minggu
ketiga di bulan November telah mencapai 81,9 persen yaitu sebesar Rp1.243 triliun. Walikota
Bogor, Dedie Rachim sangat yakin dan optimis target tersebut dapat tercapai
dengan maksimal agar pembangunan dan pembiayaan sektor infrastruktur dan layanan publik dapat berlangsung. (merdeka.com, 23/11/2025)
Berbagai upaya dilakukan oleh Pemkot Bogor untuk mengejar target pajak
di tahun ini. Di antaranya menggelar Gebyar Pajak Daerah yang digawangi oleh
Fullbelly Eats Bogor. Ajang ini sebagai bentuk apresiasi masyarakat yang konsisten
membayar pajak dan menjadi motivasi bagi yang lain untuk taat pajak. “Orang
Bijak Taat Pajak" merupakan salah satu slogan pajak yang sangat familiar
di telinga masyarakat Indonesia. Beragam slogan pajak kerap kali digaungkan
oleh pemerintah dengan
tujuan memotivasi masyarakat untuk taat pajak sebagai
bentuk kontribusi bagi kemajuan kota. Padahal yang memiliki kewajiban untuk melakukan
pembangunan infrastruktur dan layanan publik adalah pemerintah, tetapi nyatanya kewajiban
tersebut dibebankan kepada rakyat.
Kondisi perekonomian rakyat yang tidak baik-baik saja, tidak
menghalangi pemerintah untuk terus memaksa rakyat membayar pajak. Walaupun
pemerintah memberi iming-iming penghargaan agar tidak ada rakyat yang menunggak
pajak, tetapi penghargaan
tersebut tidak memberi pengaruh apa pun bagi rakyat. Karena nyatanya pajak
membuat kehidupan rakyat makin miskin dan sengsara. Menjadikan pajak sebagai
sumber utama pendapatan negara yang ditetapkan oleh sistem kapitalisme, artinya sama saja mengandalkan
rakyat sebagai sapi perahan untuk memenuhi pundi-pundi keuangan negara.
Menihilkan peran negara yang seharusnya bertanggung jawab menjamin dan
memenuhi kebutuhan rakyat adalah potret wajah negara yang bernaung dalam sistem
kapitalisme.
Di sisi lain, kekayaan alam yang notabene milik rakyat justru hak pengelolaannya diberikan kepada asing dan aseng. Hubungan simbiosis mutualisme antara penguasa
dan pengusaha hanya memberi keuntungan bagi kedua belah pihak, bukan bagi rakyat. Merekalah
yang menikmati kekayaan alam yang melimpah ruah, sedangkan rakyatnya dibiarkan
hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Inilah potret buram sistem
ekonomi kapitalisme yang diterapkan di negeri ini, membuat rakyat hidup
dalam kubangan kemiskinan dengan berbagai kebijakan yang lebih mementingkan
para penguasa dan pengusaha daripada kepentingan rakyat.
Berbeda halnya dengan sistem ekonomi Islam yang telah terbukti
mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran di tengah rakyat beratus-ratus
tahun lamanya. Sistem ekonomi Islam memiliki seperangkat aturan terkait
kepemilikan harta milik rakyat yang dikelola langsung oleh negara. Hasil
pengelolaan ini dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk jaminan pelayanan pendidikan, kesehatan, keamanan, transportasi, dan berbagai fasilitas
publik yang bisa diakses oleh setiap individu rakyat secara cuma-cuma (gratis).
Negara Khilafah
sebagai penerap sistem Islam senantiasa menjadi garda
terdepan untuk memenuhi dan menjamin apa saja yang dibutuhkan oleh rakyat.
Karena negara menerapkan sistem ekonomi yang bersifat stabil yang
dirancang oleh Sang Pencipta manusia. Sistem ekonomi Islam memiliki berbagai
sumber pendapatan negara yang terdiri dari (1) harta milik negara seperti fa'i, kharaj,
ganimah, dll., (2) harta milik rakyat seperti barang tambang yang tidak
terbatas, kekayaan hutan, kekayaan laut, dll. Sumber pendapat tersebut dikelola
oleh negara dalam institusi yang disebut baitulmal. Hasil pengelolaan harta-harta tersebut digunakan untuk pembiayaan infrastruktur dan memenuhi semua kebutuhan pokok seluruh rakyat.
Sehingga tidak ada pungutan apa pun yang dibebankan negara kepada
rakyat. Melainkan negaralah yang akan melayani dan memfasilitasi semua
kebutuhan rakyat dengan pelayanan terbaik. Karena pada hakikatnya negara adalah
pelayan bagi rakyat. Dengan mekanisme seperti ini dipastikan setiap individu
rakyat bisa merasakan hidup layak bahkan sejahtera.
Hanya sistem ekonomi Islam (yang
diterapkan oleh Daulah Khilafah) yang mampu mewujudkan
sistem ekonomi terbaik yang menyejahterakan rakyat, bukan sistem ekonomi
yang lain. Kesalahan fatal yang membuat rakyat hidup miskin dan sengsara tidak lain karena negeri ini
menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Jadi sangat mustahil
kita menaruh harapan pada sistem batil ala kapitalisme, karena keberadaannyalah
yang justru telah memorak-porandakan perekonomian negara yang mengakibatkan
kemiskinan sistemik terwujud nyata dalam kehidupan rakyat. Saatnya kita kembali pada sistem sahih,
yakni sistem Islam dalam bingkai Khilafah.[]

0 Komentar