Para Aktivis Muda Jakarta Terpana Acara SharinQu




#Reportase — Di Jakarta pada Sabtu, 6Desember 2025, Komunitas Back to Muslim Identity menggelar Talk Show yang dihadiri oleh para aktivis muda se-Jakarta. Acara Sharinqu mengangkat tema "MindYourMove : Stay HIV-Free With Islamic Rule". Acara berlangsung penuh antusias baik dari peserta maupun narasumber.


Kak Vidya sebagai narasumber pertama adalah aktivis kampus Poltekkes sekaligus founder Be Midwifery Be Sholihah. Ia menjelaskan terkait isu bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-14 penderita HIV terbanyak di dunia. Keadaan masyarakat saat ini kurang mendalami terkait kenaikan angka HIV yang berkembang pesat. Peringkat tersebut saat ini dinilai sebagai kumpulan angka yang biasa saja dan tidak lagi mengguncang masyarakat, tuturnya. Fakta bahkan menunjukkan respon masyarakat terhadap berbagai penyimpangan seksual dan pelanggaran hukum asusila sepertinya sudah dinormalisasi. Berita perihal perzinaan sudah menjadi bahasan sehari-hari yang tak lagi menjadi pusat perhatian yang harus dibenahi.


Vidya menyampaikan bahwa data kenaikan kasus di Jawa Barat meningkat 100% dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Lebih parah dari itu, sebagian besar pengidap HIV tak mengetahui status HIV-nya. Ia menuturkan, bahwa permasalahan ini tidak dipandang serius oleh negara. Di luar negeri, gugatnya, alat kontrasepsi seperti kondom bahkan difasilitasi langsung oleh negara. Padahal, terangnya, kondom tidak bisa menjadi solusi dan hanya mampu menurunkan 26% kemungkinan penularan.


Ia juga mencotohkan Afrika Utara yang menyelesaikan HIV dengan mengambil langkah ekstrem, yaitu steril rahim bagi perempuan pengidap HIV. Sementara di Indonesia, pemerintah hanya mampu memberikan edukasi seks untuk anak dan remaja. Namun, tidak diimbangi dengan lingkungan yang kondusif untuk menjaga tumbuh kembang anak dan remaja. Hal ini bisa terlihat dari ketidakmampuan negara memblokir situs-situs pornografi yang saat ini mudah sekali di akses. Dampak luas yang terjadi saat ini adalah banyak anak yang baru lahir terpapar HIV karena transmisi dari ibu yang menyidap HIV, paparnya panjang lebar.


Narasumber kedua adalah anggota dari komunitas Mau Bener Bareng, Alantika, yang menuturkan pandangan tentang HIV dan kaitannya dengan orientasi seksual yang yang saat ini sudah sangat bebas. Rusaknya kejiwaan manusia dan bergesernya makna membuat pemikiran tidak lagi terjaga. Ia menjelaskan dimulai dari tayangan hingga lingkungan yang menormalisasi banyaknya tindakan asusila. Kejiwaan yang sudah rusak ini membuat seseorang tak mampu lagi membendung dorongan hawa nafsunya sehingga ia mencari kepuasan dan fantasi lain walau caranya melanggar norma. Ia memberi contoh ketika fantasi laki-laki tak terbendung dan tak terpuaskan oleh perempuan maka mencari hal yang lain dari biasanya, yaitu dengan sesama lelaki. 


Alantika memandang bahwasannya ini adalah hasil habluminallah dan habluminannas yang terdikotomi. Seolah urusan ibadah terpisah dari urusan kehidupannya. Hal ini, urainya, adalah sesuatu yang digaungkan Barat. Barat mencermati proses pergeseran kejiwaan manusia sehingga tersedialah pasar yang mampu memberi manusia tayangan yang mampu memenuhi hawa nafsu tersebut. Pergeseran ini, tegasnya, amat terstruktur sesuai dengan target yang disusun oleh Barat. Hingga saat ini persoalan HIV sangatlah rumit. Sebagai pencegahan individu, seseorang harus mampu memiliki kesadaran kontrol diri penuh atas hawa nafsunya. Alantika menilai, persoalan HIV ini juga terjadi karena tidak diterapkannya Islam secara keseluruhan dalam negara.


Adapun narasumber ketiga, yakni Zahra, anggota komunitas BMI Comunnity berpendapat bahwa HIV merupakan penyakit moral dan sosial bukan hanya masalah kesehatan saja. Pemerintah sudah banyak menjalankan program untuk menekan angka HIV, tapi kasus tetap meningkat. Hal ini dikarenakan fokus pemberantasan hanya pada teknis dan medis saja, tapi akar permasalahannya tidak pernah tersentuh dan terselesaikan, jelasnya.


Zahra menyayangkan, meskipun Indonesia adalah mayoritas muslim tapi tak luput dari fakta bahwa negara Indonesia masuk salah satu daftar negara di dunia yang terpapar HIV terbanyak ke-14. Hal ini disebabkan bukan karena Islam tak mampu membentengi. Akan tetapi persoalan ini tak bisa dibendung karena masyarakat saat ini hanya menjalankan Islam sebagai ibadah saja, bukan sebagai aturan yang ditaati dalam kehidupan. Islam sendiri, urainya, adalah agama yang sempurna karena memiliki aturan yang jelas mengenai batasan dan norma. Termasuk persoalan HIV ini dapat diselesaikan oleh Islam dengan bantuan negara. 


Menurut zahra, negara yang menjalankan kehidupan berdasarkan Islam mampu mencegah HIV dengan cara: 1) tidak dibiarkannya sedikitpun celah menuju perzinaan dan pintu-pintunya. Maka negara harus mengontrol penuh tontonan media sosial yang beredar di masyarakat. Agar tak ada tontonan yang tidak sesuai dengan hukum Islam; 2) negara memberikan pendidikan dan pembinaan pada masyarakat agar masyarakat memiliki kesadaran diri dan keimanan; 3) negara berperan menegakkan sistem sanksi sebagai efek jera dan penebus dosa.


Para aktivis muda yang hadir menyadari permasalahan ini sudah sangat serius dan perlu solusi tuntas sesuai aturan Islam.[NUR]

Posting Komentar

0 Komentar