#Reportase — Mengapa kaum muslim banyak yang tidak memiliki cinta yang hakiki kepada Allah Swt.? Apa upaya yang harus dilakukan tokoh-tokoh umat agar kaum muslim berubah dan kembali kepada aturan-aturan Allah Swt.? Pertanyaan- pertanyaan ini dijawab oleh Ustazah dr. Estyningtias P., dalam pemaparannya yang bertema "Dakwah dan Perubahan Sosial".
Upaya yang harus dilakukan para tokoh umat dalam menumbuhkan cinta hakiki pada diri kaum muslim sehingga mereka mau melakukan perubahan adalah dengan melakukan dua hal yang dilakukan secara bersama-sama. Pertama, jelas Ustazah Esty, dari sisi ungkapan perasaan. Yaitu menumbuhkan rasa cinta yang ada pada diri kaum muslim terhadap syariat-syariat Allah Swt., hingga umat menerapkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Sedangkan yang kedua, perubahan yang dilakukan adalah perubahan berupa pemikiran. Perubahan pemikiran juga dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. ketika membina para sahabatnya.
Terkait amal manusia pada saat ia di dunia terbagi menjadi dua, yaitu amal individu dan amal sosial. Amal individu, urainya, adalah amal-amal yang manusia bisa mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain seperti salat, puasa, sedekah, dll.. Sedangkan dalam aspek lain kehidupan manusia ada juga amal yang tidak bisa dilakukan sendiri. Amal inilah yang disebut amal sosial, terang ustazah yang juga berprofesi sebagai dokter. “Manusia butuh interaksi sosial dan bekerja sama dengan orang lain,” rincinya.
Karena amal sosial melibatkan interaksi antar manusia maka dibutuhkan aturan dan sistem dalam skala negara untuk mengaturnya dan 90% lebih amal manusia masuk ke dalam kategori amal sosial. Sayangnya, sistem yang ada saat ini menggunakan aturan yang tidak sesuai dengan syariat Islam sehingga amal yang lebih dari 90% ini tidak bisa berjalan dengan baik pada diri kaum muslim.
“Mau pinjam uang tanpa riba maka tidak akan bisa karena aturan yang diterapkan saat ini pinjaman berbasis riba,” contohnya.
Allah Swt. memerintahkan kaum muslim untuk menerapkan syariat Islam secara kafah, akan tetapi aturan yang ada saat ini membuat umat tidak bisa melakukan amal sosial dan hanya terbatas pada amal individu semata.
Ancaman Allah Swt. bagi yang tidak menerapkan syariat Islam seperti dalam surah Thoha ayat 124 dan 125 yang berbunyi, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat. Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.”
“Jika kaum muslimin menyadari ancaman Allah Swt. pada ayat ini, seharusnya mereka tidak akan mau diatur dengan aturan selain aturan Allah!” tegasnya. Syariat Islam secara kafah dalam bingkai Khilafah tidak akan tegak jika umat Islam tidak menginginkanya. Maka harus ada usaha penyadaran dan edukasi ke tengah umat dan itulah yang disebut dakwah.
Dalam pandangan Islam, jelasnya, dakwah adalah satu-satunya jalan perubahan dan sebuah aktivitas yang mulia. “Aktivitas dakwah adalah aktivitas utama para nabi dan rasul,” rincinya. Aktivitas dakwahnya para nabi dan rasul tercantum dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an.
Perubahan sosial hanya mungkin terjadi dengan cara dakwah yaitu dakwah fikriyah. Dengan dakwah akan terjadi perubahan pemikiran, orientasi hidup, dan sudut pandang kaum muslim hanya berdasar syariat Islam. Uang bisa mengubah keadaan tapi tidak bisa mengubah pemikiran dan kekerasan tidak bisa mengubah isi kepala. “Satu-satunya jalan untuk melakukan perubahan sosial adalah dengan dakwah pemikiran!” tegasnya menutup pemaparannya dalam acara Liqo Syawal 1446 H yang diadakan Sabtu, 26 April 2025, di Jakarta. Forum yang diadakan oleh Muslimah Jakarta ini dihadiri oleh ratusan tokoh dari lintas profesi dan organisasi.[JPD]
0 Komentar