Derita di Balik Kebahagiaan, Saatnya Perubahan

 



#Reportase — Jakarta, 27 April 2025, sebuah momentum berharga tercipta di salah satu masjid di Jakarta, saat digelar acara Liqa Syawal Tokoh dan Mubaligah yang mengusung tema “Derita di Balik Kebahagiaan, Saatnya Perubahan”. Acara ini dihadiri oleh 100 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh masyarakat tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota. Kehadiran tokoh-tokoh penting dari kalangan mubaligah, ormas, birokrat, pendidik, dan penyuluh menunjukkan semangat  untuk memperkuat ukhuwah dan memperjuangkan kondisi umat Islam Gaza.


Pembukaan acara diawali dengan sambutan hangat oleh Ustazah Ita Novi Rosita kemudian penyerahan sesi materi pada para pembicara yang kompeten dan penuh semangat. Tema besar yang diangkat sangat relevan dengan kondisi umat saat ini, yakni mengupas “Derita di balik Kebahagiaan” dan pentingnya melakukan perubahan nyata dalam kehidupan umat Islam saat ini.


Pembicara pertama, Ustazah Fatikah, S.Ag., sebagai Mubaligah Jakarta Utara, menyampaikan materi tentang Ramadan, takwa, dan perubahan. Beliau mengulas makna takwa menurut Imam Ali bin Abi Thalib r.a. yang terdiri dari tiga poin utama: takut kepada Allah, beramal sesuai wahyu, dan mempersiapkan diri untuk akhirat. Ustazah menegaskan bahwa sejatinya kita layak dikatakan muttaqin apabila konsisten menjalankan perintah Allah Swt., baik dalam ibadah maupun dalam sikap hidup bermasyarakat. Ia menambahkan bahwa takwa harus menyentuh seluruh aspek kehidupan, tidak tebang pilih, dan berlaku untuk semua lapisan masyarakat, termasuk penguasa. Pesan penting yang disampaikan adalah bahwa takwa adalah bentuk tunduk dan manut kepada Allah Swt. tanpa diskriminasi.


Pembicara kedua, Ustazah Supini, S.P., seorang Aktivis Dakwah mengangkat tema “Gaza Menderita, Sudahkah Kita Peduli?”. Ia menyampaikan bahwa di saat umat Islam menyambut Idulfitri dengan penuh kemenangan dan kegembiraan, sedangkan di Palestina masih terjadi penderitaan yang luar biasa. Data terbaru menyebutkan bahwa hingga 24 April, jumlah korban meninggal di Gaza mencapai 24 ribu jiwa. Ustazah Supini mengajak peserta untuk merenungkan sikap dan kepekaan kita sebagai umat Islam terhadap penderitaan saudara seiman. Ia menegaskan bahwa akar masalah konflik di Gaza tidak semata-mata soal Zionis, tetapi juga dipengaruhi oleh keterlibatan kekuatan asing dan ketidakberdayaan penguasa negeri muslim yang menjadi boneka Barat. Pesan beliau adalah bahwa takwa harus mendorong kita untuk berbuat lebih dari sekadar simpati terhadap kondisi Gaza.


Selanjutnya, Ustazah Hanin Syahidah sebagai Pengamat Politik Islam, menyampaikan solusi tuntas atas masalah Gaza adalah jihad yang dikomando oleh Khilafah Islamiah. Ia menegaskan bahwa ketakwaan yang mampu menggerakkan perubahan harus dibangun melalui pemahaman Islam secara kafah, yang mengandung aspek akidah ruhiyah dan siyasi. Ia mengingatkan bahwa mayoritas aturan Islam meliputi muamalah dan kehidupan sosial, sementara urusan ibadah dan akidah hanya sekitar 3-4%. Oleh karena itu, umat muslim harus memperkuat pemahaman dan dakwah Islam kafah agar mampu menjadi bagian dari perjuangan syariat secara menyeluruh. Peserta sangat antusias bertanya dan berdiskusi mengenai bagaimana memahami dan mengamalkan Islam secara kafah dalam menghadapi tantangan saat ini.


Dalam sesi tanya jawab, berbagai pertanyaan muncul. Ibu Natizatul Hasanah menyampaikan pandangan masyarakat yang menganggap Palestina bukan urusan kita, dan menanyakan pencerahan mengenai hal tersebut. Pertanyaan lain dari Bu Nurmadiyah dari Duren Sawit menanyakan langkah konkret apa yang bisa dilakukan umat untuk mendukung Palestina saat ini. Ada pula pertanyaan dari Bu Ade Koja yang membandingkan antara anak-anak Palestina yang tawuran dan pemuda Indonesia yang tawuran, serta bagaimana menanamkan rasa peduli dan semangat syuhada dalam diri mereka.


Pembicara menegaskan bahwa kerusakan umat berawal dari kepemimpinan dan diamnya ulama terhadap kemungkaran. Ustazah Fatikah mengingatkan bahwa tanggung jawab tidak hanya pada pemimpin, tetapi juga individu dan masyarakat untuk berperan aktif dalam menegakkan keadilan. Ustazah Supini menekankan pentingnya memahami gambaran persaudaraan hakiki dalam Islam, sementara Ustazah Hanin mengingatkan bahwa meninggalkan aturan Allah menyebabkan berbagai persoalan, dari konflik internal hingga konflik eksternal seperti Palestina. Ia juga menegaskan bahwa tawuran dan problem pendidikan adalah akibat dari penerapan sekularisme yang merusak moral generasi muda.


Kegiatan diakhiri dengan closing statement yang menegaskan bahwa perjuangan menegakkan Islam secara kafah adalah keharusan dan tanggung jawab setiap muslim. Acara ditutup dengan doa bersama dipimpin oleh Ustazah Asih dan pernyataan sikap terhadap penyerangan Gaza oleh para Tokoh Muslimah Perubahan Peradaban serta diakhiri dengan suasana hangat penuh keakraban dan ramah tamah.


Secara keseluruhan, acara Liqa Syawal para tokoh dan mubaligah ini berhasil menyatukan hati tokoh muslimah dalam semangat perubahan terhadap kondisi umat Islam sedunia, khususnya nasib saudara-saudara kita di Gaza.[]

Posting Komentar

0 Komentar