Semangat Mush’ab dalam Mendakwahkan Islam




#Tarikh — Dahulu saat Rasulullah saw. belum hijrah ke Madinah, terdapat pemuda cerdas, tampan, kaya raya, berkulit bersih, dan berpakaian selalu rapi juga mahal. Untuk melengkapinya minyak wangi nomor wahid pun selalu melekat di tubuhnya dan tercium walau dari jarak beberapa meter jauhnya. Al Bara’ bin Azib menyatakan bahwa saat ia melihat Mush’ab, ia melihat salah satu ahli surga yang segala kelebihan ada pada Mush’ab.


Mush’ab ini termasuk asabiqunal awwalun, yang merupakan bagian dari orang-orang yang pertama berislam. Orang-orang ini memiliki keutamaan yaitu menjadi contoh dan akan memanen pahala dari mereka yang datang setelahnya. 


Awal Mula Masuk Islam


Saat itu Mush’ab telah mendengar berita tentang Muhammad al-Amin yang menyatakan dirinya adalah utusan Allah Swt. sekaligus membawa berita suka maupun duka dan mengajak umat untuk beribadah kepada Allah Swt.. Termasuk berita yang didengarnya adalah bahwa Rasulullah saw. dan pengikutnya secara temporal mengadakan pertemuan yang letaknya jauh dari gangguan kelompok Quraisy yaitu di bukit Shafa tepatnya di rumah al-Arqam.  


Pada suatu senja atas dorongan keingintahuannya, pergilah ia ke rumah tempat biasa Rasulullah saw. dan para sahabat lainnya berkumpul. Aktivitas yang selalu dilakukan di rumah itu adalah beliau selalu mengajarkan ayat Al-Qur’an kemudian saat salat pun ayat-ayat tersebut dibawakannya. 


Saat Mush’ab telah mendapatkan tempat duduknya, ayat-ayat Al-Qur’an dilantunkan dengan merdunya dari bibir yang mulia Rasulullah Muhammad saw.. Lantunan ayat suci tersebut meresap kedalam hati yang hadir termasuk Mush’ab. Merasa terpesona, haru dan gembira, saat itu juga ia memutuskan untuk berislam dan semenjak itu pula ia tidak pernah meninggalkan majelis Nabi saw.. 


Ibunya, Khunas binti Malik merupakan wanita berkedudukan tinggi di Mekah, seorang kaya raya, berkepribadian kuat, dan pendiriannya tidak bisa di ganggu gugat. Setelah berislam, Mush’ab menyembunyikan keislamannya dari sang ibu. Tidak ada satu pun kekuatan yang ia takuti dan dikhawatirkan kecuali sang ibu.  


Namun setelah beberapa lama, ibunya mengetahui keislamannya, segala fasilitas yang diberikan kepada anaknya ditarik lalu ia dikurung di dalam rumah yang dijaga oleh para penjaga yang siap memukul Mush’ab saat ia akan melarikan diri. Walaupun begitu, ia rela untuk meninggal kenikmatan dunia demi keislamannya.


Selain Al Bara’, Rasulullah saw. pun menyatakan tentang keitimewaan Mush’ab. Nabi saw. berkata, bahwa beliau tidak pernah melihat ada orang yang paling menawan, bajunya yang paling bagus, juga tidak ada nikmat yang mengalahkan nikmat yang Allah beri selain kepada Mush’ab. 


Saat ia sudah berislam ia memosisikan diri sebagai penerus dakwah Rasulullah saw. dan fokus untuk menangkap pemahaman yang disampaikan dari Rasululah saw. dalam setiap majelis beliau. Tidak hanya itu, ia juga menghafal dan menulis untuk dirinya sendiri semua yang disampaikan oleh sang Nabi. 


Tak ayal ia pun sangat memahami dan tertanam di hatinya apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw.. Sehingga tidak heran apabila Rasulullah saw. mengutusnya ke Madinah untuk mendakwahkan Islam sekaligus mempersiapkan Madinah menjadi tempat hijrahnya sang Nabi dan kaum muslimin lainnya. 


Dakwah di Madinah   


Saat itu sebetulnya banyak sahabat Nabi yang lebih tua, lebih berpengaruh, dan juga lebih dekat hubungan kekerabatannya dengan Rasul, tapi amanah telah ditetapkan bahwa Mush’ab akan berangkat ke Madinah dengan memikul amanah yang tidak ringan.

 

Mush’ab diberikan keistimewaan dari Allah Swt. berupa pikiran yang cerdas dan berbudi luhur. Sifat zuhud, jujur, dan kesungguhan hati yang menempel pada dirinya berhasil memikat dan menawan hati penduduk Madinah hingga mereka berduyun-duyun masuk ke dalam Islam. Walaupun pada awalnya hanya dua belas orang saja yang berislam yakni orang-orang yang ikut dalam baiat di bukit Aqabah, tapi lama-kelamaan jumlahnya terus bertambah. 


Saat di Madinah ia tinggal di rumah As’ad bin Zurarah yang sekaligus menemani Mush’ab dalam mendakwahkan Islam ke kabilah-kabilah, rumah-rumah, ataupun tempat-tempat pertemuan untuk mendawahkan Islam dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. 


Seorang ulama menyatakan bahwa Mush’ab mendapatkan pahala atas masuk Islamnya seluruh penduduk Madinah, bukan itu saja banyak sahabat yang masuk Islam di tangan Mush’ab dan mereka menyebar ke seluruh penjuru dunia untuk juga mendakwahkan Islam. Bila seluruh penduduk Madinah berislam karena dakwahnya Mush’ab. Ustaz Khalid Basalamah menyatakan bahwa bisa jadi seluruh dunia ini berislam berkat dakwah Mush’ab. 


Sebagai gambaran bagaimana Mush’ab mendakwahkan Islam kepada dua orang tokoh Anshar yang sangat luar biasa—dengan masuk Islamnya kedua tokoh ini, maka seluruh kaumnya juga berislam. Keduanya yaitu Saad bin Muadz yang saat wafatnya arsy Allah Swt. bergetar dan Usaid bin Hudhair yang malaikat selalu datang untuk mendengarkan bacaannya setiap ia membaca Al-Qur’an.  


Wafatnya Mush’ab


Saat berakhirnya Perang Uhud, Rasulullah saw. meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan salam perpisahan terakhir kalinya. Ketika di tempat berbaringnya jasad Mush’ab, bercucuranlah air mata beliau dengan derasnya.


Khabbah bin Art berkata, ”Kami hijrah di jalan Allah Swt. bersama Rasulullah saw. dengan mengharap keridaan-Nya hingga pastilah sudah pahala di sisi-Nya. Di antara kami ada yang telah berlalu sebelum menikmati pahalanya di dunia ini sedikit pun juga. Antara lain adalah Mush’ab bin Umair yang wafat di Perang Uhud. Tak sehelai pun kain untuk menutupinya selain sehelai burdah. Andaikan ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya terbukalah kepalanya." Maka Rasulullah saw. bersabda, "Tutupkanlah ke bagian kepalanya dan kakinya tutuplah dengan rumput idzkhir’." Betapa surga merindukan orang seperti Mush’ab, bagaimana dengan kita? Wallahualam.[RH]



Posting Komentar

0 Komentar