Dahsyatnya Pahala sang Pejuang Nafkah


Siti Rima Sarinah 

 

#MutiaraAl-Qur'an — Mencari nafkah menjadi amanah yang diberikan Allah Swt. ke pundak  seorang ayah. Tugas ini menjadi tanggung jawab sekaligus kemuliaan seorang ayah yang berusaha sekuat tenaga menjalankan peran ini dengan sebaik-baiknya. Seorang ayah pun rela bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga, agar keluarganya bisa hidup dengan layak. Walaupun tidak dipungkiri menjadi pejuang nafkah bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, di tengah himpitan tuntutan ekonomi yang makin tinggi. 

Allah Swt. berfirman yang artinya, Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya.” (Surah Al-Baqarah Ayat 233). Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban sang ayah untuk menafkahi anak dan istrinya dengan cara yang layak dan sesuai kemampuannya. Memberi nafkah keluarga dengan rezeki yang dihalalkan oleh Allah, juga menjadi kewajiban bagi seorang ayah. Agar setiap harta yang dimakan oleh anak dan istrinya menjadi wasilah ketaatan dan keimanan kepada Rabbnya. 

Di balik beratnya amanah yang diberikan kepada sang pejuang nafkah, Allah Swt. memberi balasan yang sebanding dengan pengorbanan yang ia kerahkan untuk menghidupi keluarganya. Mencari nafkah menjadi bagian dari ibadah seorang ayah kepada Rabbnya yang dilakukan dengan ikhlas. Walaupun rasa lelah senantiasa menghampirinya. Rasa lelah sang pejuang nafkah ini merupakan rasa lelah yang disukai Allah dan Rasul-Nya. Semua itu ia lakukan hanya demi meraih rida dan pahalanya dari-Nya.  

Tugas menjadi pejuang nafkah makin berat di tengah maraknya gelombang PHK yang terjadi di mana-mana. Lapangan pekerjaan makin sempit, sedangkan tuntutan ekonomi tidak bisa ditunda. Biaya sekolah, kesehatan, transportasi, dan lain sebagainya tidak ada yang murah, membuat sang pejuang nafkah harus memutar otak untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Sudah bekerja sekuat tenaga, dari pagi hingga malam pun terkadang tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 

Dalam kondisi seperti inilah banyak orang tua yang terpaksa memberhentikan sekolah anak mereka, yang ada dalam benak mereka yang penting bisa untuk memenuhi kebutuhan perut. Bukan menganggap sekolah tidak penting, melainkan biaya pendidikan mahal makin sulit untuk dijangkau. Meskipun sekolah anak-anak mereka gratis, tetapi mereka membutuhkan seragam, buku pelajaran, dan kebutuhan sekolah lainnya yang tak dapat dipenuhi karena sulitnya perekonomian mereka. 

Sadarkah kita apa yang membuat amanah pejuang nafkah sulit untuk ditunaikan? Bukan karena mereka tidak mau bekerja keras atau malas untuk bekerja, melainkan tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersisa untuk para pejuang nafkah. Sementara pemerintah hanya berpangku tangan melihat banyaknya rakyat yang kehilangan pekerjaan. Alih-alih membantu rakyat untuk keluar dari persoalan ekonomi, justru yang terjadi pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang makin mempersulit perekonomian mereka. Seperti kewajiban membayar berbagai macam pajak, tanpa melihat apakah rakyat memiliki pekerjaan atau tidak. Pemerintah tetap memberlakukan pajak dan memberikan sanksi bagi yang tidak menunaikannya 

Inilah kezaliman nyata hidup dalam sistem yang menihilkan peran agama dari kehidupan (sekularisme). Sistem yang menganggap rakyat sebagaisapi perahan” yang harus membayar pajak, meski tak satu pun pelayanan optimal yang dilakukan pemerintah kepada rakyatnya. Maka wajarlah, sistem ini menghasilkan banyaknya kejahatan dan kemaksiatan diakibatkan sulitnya untuk mendapatkan sesuap nasi. Padahal kita hidup dan tinggal di negeri yang kaya, tetapi tak sedikit pun kita merasakan kekayaan alam yang negeri kita miliki 

Fakta ini  menjadi tantangan bagi pejuang nafkah untuk terus berjalan sesuai syariat Allah Swt. dan senantiasa meyakini bahwa rezeki, hidup, dan mati manusia berada ditangan-Nya. Maka manusia diperintahkan untuk terus berusaha dan memegang teguh rambu-rambu syariat agar tidak keluar dari jalan yang telah ditentukan. Keyakinan akan pertolongan Allah yang akan memberi kemudahan untuk mendapatkan rezeki yang halal harus dibarengi dengan pemahaman Islam yang kuat. 

Oleh karena itu, mengkaji Islam menjadi hal yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap muslimSebab, dengan mengkaji Islam setiap individu muslim akan memiliki pemahaman dan senantiasa menjadikan syariat Islam sebagai landasan dalam berpikir dan beramal. Sehingga walaupun hidup dalam himpitan sistem sekularisme yang rusak dan merusak, kita akan mampu untuk bertahan dalam koridor keimanan. Hal inilah yang harus dimiliki oleh para pejuang nafkah agar senantiasa mampu menjalankan perannya dengan landasan iman, agar Allah meridai semua upaya yang ia kerahkan untuk menafkahi keluarganya. 

Hal terpenting bagi seorang ayah dan seluruh umat Islam yaitu harus menyadari bahwa tujuan hidup kita di dunia adalah untuk ibadah, dengan menaati semua perintah-Nya dan menjauhi semua laranga-Nya. Menjadikan diri bagian dari pengemban risalah agama Allah, agar Islam menjadi opini bagi seluruh umat dan menjadi rahmat bagi dunia. Jangan pernah lupa setiap apa yang kita lakukan di dunia ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Maka layakkan diri kita untuk bukan hanya sekedar pejuang nafkah taat syariah, melainkan juga menjadi pejuang syariah agar surga menjadi tempat yang layak bagi kita di kehidupan nanti. Wallahualam.[] 


 

Posting Komentar

0 Komentar