Mengelola Harta dengan Berkah



Siti Rima Sarinah

 

#MutiaraAl-Qur'an — Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah Swt. telah diberikan rezeki masing-masing. Rezeki salah satunya adalah harta yang dititipkan dan menjadi amanah bagi manusia untuk mengelola dan mengembangkan harta tersebut sesuai syariat-Nya. Oleh karena harta bisa menjadi wasilah seseorang untuk meraih surga dan sebaliknya juga bisa menjadi jalan mulus menuju neraka jahanam. Sehingga Allah Swt. telah membekali manusia dengan seperangkat aturan untuk mengelola harta dengan baik agar harta tersebut dapat membawa keberkahan baginya dan orang-orang yang ada di sekitarnya.

 

Allah Swt. berfirman, Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setanDemikian itu terjadi karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Siapa pun yang telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya (menyangkut riba), lalu dia berhenti sehingga apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang mengulangi (transaksi riba), mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal didalamnya."  (Surah Al-Baqarah Ayat 275)

 

Ayat di atas berisi peringatan dan acaman dari Allah kepada manusia yang mendapatkan harta dengan cara bertransaksi riba. Sebab Allah telah mengharamkan riba secara mutlak, dan manusia dilarang untuk mengembangkan atau mengelola hartanya dengan cara tersebut. Begitu berat balasan yang akan didapatkan oleh pelaku riba,  Allah akan menempatkannya menjadi penghuni neraka yang kekal di dalamnya.

 

Berjibaku dengan aktivitas riba membuat manusia lupa bahwa riba adalah perbuatan yang diharamkan dan harus ditinggalkan, walaupun riba memberikan “manfaat” menurut akal manusia. Alhasil, semua lini kehidupan manusia di bumi ini telah terwarnai dengan aktivitas riba. Bukan hanya individu rakyat yang melakukan aktivitas riba tersebut, melainkan negara pun melakukan hal yang sama dan lebih parah lagi. Menjadikan utang dengan bunga yang tinggi sebagai sumber pemasukan negara dan membebankan rakyat dengan pajak yang mencekik, membuat rakyat makin tercekik.

 

 

Tidak dimungkiri, aturan kehidupan yang kita jalani hari ini adalah kehidupan yang mendewakan materi di atas segalanya (kapitalisme sekuler). Sehingga manusia menutup mata dan telinga untuk menghalalkan segala cara mendapatkan harta, tanpa memerdulikan halal dan haram. Sistem kapitalisme sekuler telah memberi kewenangan kepada manusia untuk mendapatkan harta dengan cara apa saja. Maka wajarlah apabila kita banyak melihat kaum muslim mengembangkan dan mengelola hartanya dengan cara riba yang memberi keuntungan dan bertambahnya harta mereka. Sebab, rakyatlah yang jadi tumbal untuk membayar utang negara.

 

Inilah kezaliman nyata yang dilakukan oleh negara yang bernapaskan kapitalisme sekuler. Mereka mengambil harta milik rakyat dengan cara paksa untuk membayar pajak yang dijadikan sumber pemasukan negara. Di sisi lain, negara berutang, rakyat pula yang dipaksa untuk membayar utang tersebut. Sementara kekayaan alam yang notabene milik rakyat diberikan dengan sukarela kepada korporasi sebagai kompensasi hubungan simbiosis mutualisme, yang memberikan keuntungan bagi penguasa dan kroninya serta korporasi.

 

Akibatnya, kita bisa melihat dengan jelas negeri yang kaya raya dengan sebutan Zamrud Khatulistiwa, kehidupan rakyatnya sangat jauh dari kata layak apalagi sejahtera. Kemiskinan makin meningkat, berbagai kejahatan dan kriminalitas merajalela, PHK terjadi di mana-mana, gurita korupsi yang dilakukan pejabat makin menjadi-jadi dan sederetan persoalan hadir di dalam kehidupan kita hari ini yang ditimbulkan oleh transaksi riba yang diharamkan oleh Allah Swt.

 

Penguasa dan pejabatnya dengan seenaknya mengambil harta milik rakyat dan berfoya-foya dengan berbagai fasilitas mewah yang diberikan oleh negara. Dengan melupakan bahwa jabatan dan kekuasaan yang mereka miliki adalah amanah dan mereka pun diamanahkan untuk mengelola harta milik rakyat sesuai syariat Allah. Tetapi tanpa rasa takut mereka mengambil harta tersebut untuk memperkaya diri mereka sendiri dan membiarkan rakyat hidup dalam kubangan kemiskinan, bahkan rakyat diperas untuk membayar utang dan pajak. Makin lengkaplah penderitaan rakyat berada dalam kungkungan sistem batil dan rusak ala kapitalisme sekuler yang telah mencetak penguasa dan pejabat korup nan serakah.

 

Terpuruknya kondisi negeri ini, seharusnya membukakan mata umat Islam untuk menyadari bahwa kita hidup dalam sistem kehidupan yang salah. Karena sistem kehidupan saat ini hanya memberikan persoalan dan duka yang mendalam bagi rakyat. Tak sedikit pun ada kebahagiaan yang bisa diberikan oleh sistem buatan akal manusia yang lemah ini, selain penderitaan dan kemiskinan yang tak pernah berujung.

 

Padahal, Allah Swt. sudah memberikan kita seperangkat aturan kehidupan yang seharusnya menjadi landasan dalam kehidupan. Penerapan syariat Islam inilah yang harus kita perjuangkan agar tegak kembali di muka bumi. Dan hal ini akan terwujud, apabila seluruh umat Islam kembali pada Islam bukan hanya sebagai aturan agama, melainkan sebagai aturan yang mengatur seluruh lini kehidupan manusia. Menjadi tugas bersama bagi seluruh kaum muslim dan para pengemban dakwah untuk terus mengopinikan Islam, agar Islam menjadi mafahim, maqayis, dan qanaat bagi umat. Agar tidak ada lagi yang bisa merampas hak rakyat dan memeras rakyat dengan berbagai pungutan.

 

Tentu kita menginginkan hidup dalam negara yang mengatur dan melindungi harta individu rakyat dan harta milik umat sesuai syariat Allah Swt. Penguasa dan pejabat mengelola harta milik rakyat yang diamanahkan  dengan cara yang diberkahi oleh Allah Swt.  Sehingga rakyat bisa terbebas dari kemiskinan, jeratan utang riba dan pajak. Karena hanya aturan Allah sajalah yang diterapkan di setiap lini kehidupan umat, bukan kapitalisme sekuler sang pembuat masalah. Wallahualam.[]


 

Posting Komentar

0 Komentar