Solati Ummu Nida
#Wacana — Tayangan drama berupa perselingkuhan dan ketidaksetiaan terhadap pasangan kembali menjadi tontonan publik. Film Norma: Antara Mertua dan Menantu menanjak popularitasnya di Indonesia, Malaysia, dan Singapura setelah masuk ke platform digital Netflix. Bahkan kini warga di Myanmar juga ramai menyaksikan film ini (bbcnewsindonesia.com, 14/09/2025).
Latar Belakang
Film Norma diproduksi berdasarkan kisah nyata perjalanan hidup Norma Risma yang mengalami nasib pahit: suaminya berselingkuh dengan ibunya, yang merupakan ibu mertua sang suami. Kisah ini menggambarkan fenomena gunung es kerusakan tatanan keluarga masa kini.
Kerusakan tatanan keluarga dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya trauma masa lalu karena suami berselingkuh, hilangnya batas-batas adab hubungan antara menantu dan mertua, kondisi rumah yang kurang layak (sempit dan tanpa kamar privasi), mudahnya akses pornografi lewat media sosial, tidak adanya batasan aurat di antara anggota keluarga, serta ikhtilat (percampuran) antara ibu dan menantu laki-laki. Faktor-faktor tersebut memicu munculnya perselingkuhan.
Faktor lain adalah derasnya arus sekularisme yang menghantam institusi keluarga muslim. Perempuan yang seharusnya menjadi ummun wa rabbatul bait didorong untuk keluar rumah dan terjun ke ruang publik untuk bekerja membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga, sehingga para istri sibuk di luar rumah sementara pelayanan terhadap suami berkurang.
Sementara itu, arus globalisasi turut menggerus idealisme rumah tangga muslim. Perempuan dijadikan penopang ekonomi kapitalisme dengan jargon bahwa perempuan berdaya adalah yang mampu menghasilkan uang. Akibatnya, banyak perempuan bekerja menjadi tulang punggung keluarga, atau sekadar demi gaya hidup konsumtif. Tubuh perempuan dieksploitasi demi kepentingan para kapitalis.
Kondisi perempuan muslim dikepung oleh berbagai pemikiran yang merusak: sekularisme yang menjauhkan agama dari aturan kehidupan, gaya hidup materialistis, serta pergaulan bebas. Hal-hal tersebut membuat keluarga muslim sangat mudah terjebak dalam perselingkuhan.
Islam Memandang Institusi Keluarga sebagai Hal yang Sakral
Bangunan keluarga merupakan institusi yang agung, karena pondasinya ditegakkan dengan kalimat syahadatain (La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah) pada saat ijab kabul. Keluarga muslim memiliki visi membentuk keluarga dan generasi yang taat kepada Allah serta mencetak para pejuang yang menegakkan kalimat syahadatain.
Ibu atau istri menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya, sekaligus sahabat dan pelayan bagi suaminya. Keluarga dibangun atas dasar saling mencintai antarsesama anggota keluarga, saling menjaga agar tidak tergelincir pada azab neraka, serta saling mengingatkan menuju surga. Rasulullah memberi teladan dalam membangun rumah tangga sederhana dengan ungkapan, “Baiti jannati” (rumahku adalah surgaku). Dari keluarga sederhana itu lahir generasi hebat, pengemban peradaban Islam yang tangguh, sehingga keberkahan Islam dapat dirasakan hingga hari ini.
Para ibu muslimah telah memberi keteladanan yang terukir emas dalam sejarah, bagaimana mereka mendidik generasi unggul. Salah satu contoh adalah Ibunda Fatimah binti Ubaidillah al-Azdiyah, ibu dari ulama besar Imam Syafi’i.
Fenomena film Norma menggambarkan kerusakan tatanan keluarga hari ini: hilangnya nasab, hubungan antarkeluarga yang tidak harmonis, tumbuhnya rasa curiga, hingga retaknya hubungan sosial masyarakat. Kondisi ini akan makin parah apabila negara abai dalam melindungi rakyatnya.
Negara seharusnya memberi sanksi tegas bagi pelaku zina dengan menerapkan hukum rajam bagi pasangan yang sudah menikah. Dalam film Norma, sang ibu dan menantu hanya dihukum 8 bulan, yang tentu tidak menimbulkan efek jera karena hukumannya amat ringan bahkan dapat diganti dengan membayar sejumlah uang.
Sistem demokrasi yang menjadikan akal sebagai sumber hukum tidak akan mampu memberi solusi terhadap berbagai tindak kejahatan, bahkan justru melahirkan berbagai kejahatan baru. Sudah saatnya negeri ini meninggalkan sistem demokrasi sekuler yang menjerumuskan bangsa pada jurang kehancuran, dengan memperjuangkan tegaknya syariat Islam dalam naungan Khilafah.
Syariat Islam sebagai hukum dari Sang Pencipta alam, manusia, dan kehidupan sudah pasti akan membawa kebaikan. Keberkahan akan turun dari langit dan bumi. Wallahu a’lam bish-shawab.[]
0 Komentar