Jika Kamu Di-bully

 


Rini Sarah


#Remaja — Duar! Suara ledakan membubarkan jemaah salat Jumat (07/11/2025) di masjid sekolah SMAN 72 Jakarta. Sebenarnya ledakan tidak hanya terjadi di masjid saja, ledakan kedua menyusul dan terjadi di kantin sekolah SMAN 72 Jakarta. Ledakan yang berasal dari bom rakitan itu telah menyebabkan korban luka sebanyak 96 orang yang dilarikan ke rumah sakit, termasuk sang pelaku. Alhamdulillah tidak dilaporkan ada korban tewas.


Pelaku peledakan masjid dan kantin sekolah SMAN 72 Jakarta ternyata bukan orang jauh. Dia adalah salah satu siswa dari SMAN 72 Jakarta itu sendiri.  Motif aksi pelaku ini ditengarai karena tekanan sosial alias bullying. Pelaku merasa terisolasi alias di-cut off oleh teman-temannya dan kerap kena bully. Hingga dia merasa kesepian, tidak punya tempat untuk berbagi keresahan. Begitu menurut keterangan polisi. Polisi juga menambahkan melalui Jubir Densus 88, motif ledakan ini bukan karena latar belakang ideologis ataupun terafiliasi pada organisasi teroris. Walaupun ditemui hal-hal yang mengarah ke sana. Seperti tulisan 14 words di senjata. Lalu, kostum pelaku yang meniru Eric Harris, pelaku penembakan di SMA Columbine.


Deep Thinking


Bully memang lagi hits akhir-akhir ini. Sepertinya, hampir tidak ada lingkungan pergaulan yang selamat dari bully. Baik bully verbal, aksi, maupun fisik. Tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti kita akan menjadi korbannya, atau bahkan pelakunya ya? Jangan sampai deh kalau kita jadi pelaku bully. Lalu, kalau kita kena bully, kita harus ngapain dong? 


Hal pertama yang harus kita lakukan adalah lakukan sebuah “time out”. Kita pastikan kita tenang dulu dan akal sehat kita sudah kembali. Intinya pastikan akal kita tidak terbajak oleh emosi. Hingga kita bisa berpikir dengan benar. Setelah itu lakukan deep thinking (berpikir mendalam).


Ada hal yang perlu  masuk ke dalam alam berpikir kita bahwa bully yang dilakukan oleh orang lain kepada kita adalah ketetapan Allah atas kita. Kita tidak punya pilihan di dalamnya. Karena memang kita tak punya kendali atas semua itu. Termasuk kita juga tidak punya kendali atas orang yang bully kita. Dalam menyikapi masalah ini Islam telah mengajarkan suatu sikap yaitu rida yang dilanjut dengan sabar. Rida dan sabar inilah yang akan membuat kita tidak akan mendendam seperti yang dialami oleh pelaku peledakan SMAN 72 Jakarta tadi. Lalu, jangan lupa tetap berbaik sangka kepada Sang Pemberi Ketetapan (Allah Swt.). Tetap yakin, Allah tetap akan menolong kita keluar dari ujian ini. Insya Allah, hal ini akan membuat kita tenang dan berani untuk menghadapi semua.


Setelah itu, baru kita pikirkan bagaimana cara yang benar sesuai syariat Islam untuk mengatasinya. Islam mengajarkan bahwa setiap mekanisme penyelesaian pada pihak yang berwenang. Bukan kita selaku korban yang langsung melakukan pembalasan. Jadi, jika kita kena bully, yang harus kita lakukan adalah melawan tapi sesuai dengan aturan yang berlaku. Secara individual kita katakan pada pem-bully bahwa kita tidak rida atas perlakuannya dan katakan kita tidak akan tinggal diam. Biasanya, pem-bully  itu akan senang dan terus melakukan pem-bully-an  pada korban yang diam saja. Setelah itu, kita laporkan kepada pihak yang menurut kita bisa menyelesaikan persoalan ini seperti orang tua, guru, bahkan polisi. Hanya saja jangan lupa kita harus kumpulkan dulu buktinya ya.


Langkah seperti ini pernah dilakukan oleh Bilal bin Rabah, ketika dia terlibat perselisihan dengan Abu Dzar al-Ghifari. Waktu itu, Abu Dzar keceplosan mengatakan, “Dasar, Budak hitam!” kepada Bilal. Bilal yang tidak terima tidak membalas dengan kata-kata serupa atau memukul Abu Dzar, tapi Bilal mengadukan perkataan Abu Dzar tadi kepada Rosulullah saw. sebagai pihak yang berwenang. Mendengar cerita Bilal, berubah rona muka Rasulullah dan bergegas menemui Abu Dzar, lalu berkata kepada Abu Dzar, “Sungguh dalam dirimu masih terdapat (sifat) jahiliyah!”


Mendengar itu, Abu Dzar langsung menangis dan meminta ampun kepada Allah Swt. Dia pun berjanji tak akan mengulanginya. Setelah itu Abu Dzar menemui Bilal dan meminta maaf kepadanya dan meminta Bilal menginjak mukanya sebagai balasan. Abu Dzar sungguh-sungguh dengan permintaannya hingga ia telah meletakkan pipinya di tanah agar Bilal bisa menginjak mukanya. Tetapi, Bilal tidak melakukannya, sebaliknya dia memeluk Abu Dzar dan memaafkannya. Kasus pun selesai tanpa meninggalkan dendam di antara keduanya.


Satu hal lagi yang perlu kita pikirkan, jangan sampai salah milih penyaluran kesedihan akibat bully. Cari aktivitas dan komunitas yang benar untuk mengalihkan lara hati. Jangan coba-coba mendekati dark web dan komunitasnya. Dia justru malah menginspirasi untuk membalas dengan kejahatan, bahkan seperti ditantang untuk melakukan kekerasan yang spektakuler. Komunitas ini akan mengapresiasi aksi-aksi semacam itu. Naudzubillah. All you have to do, just run...ruuun kids, dari komunitas kaya gini. Komunitas yang ngajakin kepada kebaikan kan banyak. Yang ngajak tetap taat kepada Allah sambil ngajarin healing hqq kan juga banyak. Ke sanalah harusnya kita merapat.


Think Comprehensive


Sebagai orang yang pernah ngerasain pahitnya di-bully, wajar dong kalau kita ingin bully itu dimusnahkan dari muka bumi. Agar tidak berjatuhan korban lagi. Ada hal yang kita harus tahu, bahwa pemusnahan bully dari muka bumi itu tidak bisa dilakukan hanya oleh individu-individu saja. Terlalu banyak faktor yang melingkupi. Simak ni apa yang dikatakan oleh ahli. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik AB. Widyanta, S.Sos., M.A., menyatakan kalau pem-bully-an yang direspons oleh korban dengan tindakan ekstrem ini tidak lahir dari ruang hampa. Hal itu adalah akumulasi  dari persoalan sosial yang menumpuk dan terinternalisasi. Contoh masalah keluarga yang tidak harmonis bikin anak jadi kurang kasih sayang, ditambah lagi sekolah yang terjebak pada kompetisi pasar bukannya nyetak murid yang salih tapi yang bisa terserap dunia kerja tanpa memperhatikan karakternya, lalu lemahnya peran negara dalam melindungi anak (orang dewasa juga) dari paparan negatif dunia digital plus menegakkan hukum bagi pelaku pem-bully-an.(ugm.ac.id, 14/11/2025)


Nah, sekarang tinggal cari saja apa yang jadi penyebab tiga faktor yang dipaparkan Bapak Dosen tadi. Kenapa sampai keluarga tidak harmonis, sekolah juga hanya fokus ke keahlian bukan karakter anak, lalu sikap negara yang abai? Karena semua di-setting seperti itu. Oleh siapa? Oleh sistem hidup yang sedang kita pakai sekarang! Yaitu, sistem kehidupan sekuler kapitalisme. Kapitalisme yang mendewakan uang mana mikir yang lain, mikirnya hanya uang-uang saja. Semua diukur dengan uang. Uang adalah segalanya, uang sama dengan kebahagian.


Celakanya, mereka juga tidak punya batasan untuk mendapatkan uang. Mau jualan game onlen kekerasan silakan, mau keluarga berantakan yang penting ibu bapak bisa cari uang, silakan (palagi kalau dikaitkan sama beban hidup). Dan kebebasan dalam mencari cuan ini dilindungi oleh negara. Actually, kebebasan dalam berbagai hal sih. Termasuk kebebasan berekspesi yang mengakibatkan orang bisa melakukan apa pun seperti mem-bully. Dengan pemikiran inilah keluarga, sekolah, masyarakat, bahkan negara beroperasi dalam sistem hidup ini. Dampak sosial mah mana peduli. 


Kalau sudah begini, berarti yang rusak udah sampai LCD eh semua komponennya, ibarat kata dalam hand phone mah. Udah tidak bisa diselamatkan lagi. Harus diganti sistem hidup baru. Kalau merujuk pada cerita Bilal di atas, udah paling bener kalau kita kembali ke sistem hidup Islam. Bilal ngadu abis berantem saja dilayanin, apalagi kasus yang lebih besar. Kalau sekarang? Pernah lewat kan di berita, ada yang ngadu anaknya diancam dibunuh lalu dicuekin. Akhirnya beneran dibunuh.


Nah, sistem hidup Islam itu sendiri adalah sebuah sistem yang tegak atas akidah Islam. Artinya, sistem ini menjadikan keimanan kepada rukun iman yang enam sebagai landasan dalam kehidupan. Hingga muncul manusia, masyarakat, dan negara yang bertakwa. Selain itu, sistem Islam juga punya aturan yang komprehensif untuk berbagai masalah manusia. Islam punya aturan tentang individu yang baik, keluarga yang harmonis, negara yang melayani dan melindungi rakyatnya. Lalu, Islam juga punya seperangkat syariat yang akan menjadi soko guru bagi berjalannya setiap fungsi elemen masyarakat. 


Islam juga punya syariat yang menyelesaikan pembullyan dengan menerapkan sistem pendidikan Islam dan sistem sanksi berupa jinayat, hudud, tazir bagi para pelaku bully. Penasaran? Tunggu apa lagi, skuuy kaji Islam kafah lalu jadi pejuangnya. Aku kan kena bully masa jadi pejuang? Justru yang kena bully harus jadi garda depan. Yang gak kena juga tetap berlomba-lomba, jangan jadi asyik rebahan.[]




Posting Komentar

0 Komentar