#Reportase — Belum lama ini terdapat berita mencengangkan bahwa inses sudah menjadi hal yang tidak lagi tabu di tengah masyarakat. Hal ini dilihat dari adanya grup dari kanal Facebook yang berisi ribuan anggota—Fantasi Sedarah. Selain itu di awal Mei juga ramai berita tentang bayi hasil hubungan kakak beradik yang dikirim melalui ojol menuju masjid di Medan.
Oleh karenanya, berita menggelisahkan ini perlu dibahas bersama untuk dicari penyelesaiannya. Sehingga pada Sabtu, 24 Mei 2025, puluhan ustazah dan mubaligah dari DK Jakarta berkumpul untuk berbincang tentang fakta tersebut.
Ustazah Isnaini Isamsaro, sebagai pembicara pertama, memberikan penjelasan apa itu inses dan bagaimana Islam melarang keras perbuatan tersebut. Ia jelaskan bahwa ketika Allah mengharamkan berarti ada yang bahaya di dalamnya. Membawa faktor genetik langka yang mengakibatkan penyakit bawaan atau cacat genetik. Ia melanjutkan bahwa penyakit genetik ini bukan main-main, seperti cacat rahang hingga tidak dapat bicara, cacat tulang tengkorak, anggota badan menyatu, termasuk adanya asimetris wajah.
Ustazah Isnaini menjelaskan tentang faktor pemicu inses antara lain adanya krisis moral dan minimnya pendidikan seksual. Di Barat, batasan aurat antara laki-laki dan perempuan tidak ada. Namun, urainya, menanamkan batasan aurat kepada anak-anak, memisahkan kamar sejak dini antara laki-laki dan perempuan, juga melarang memasuki kamar orangtua di tiga waktu terlarang tanpa ijin, itulah yang diatur oleh syariat.
Tidak sampai di sana, tegasnya, aktivitas terlarang tersebut berdampak serius pada rusaknya peran hubungan antar anggota keluarga termasuk trauma bagi korban. Tentunya mendatangkan dosa besar, mengundang laknat Allah Swt. termasuk merusak nasab.
Bila melihat fakta dan akibat dari hubungan terlarang tersebut, Ustazah Estyningtyas sebagai pembicara kedua menyatakan kalimat istighfar harus diucapkan berkali-kali agar Allah Swt. melindungi kaum muslim dari kejahatan yang timbul dari sekitar bahkan dari keluarga. Padahal keluarga merupakan pilar paling kecil pembentuk negara, bila keluarga hancur, apalagi dengan negaranya.
Kemudian ia menyatakan bahwa manusia saat ini hidup di dua alam, yaitu dilihat dari kehidupan pribadinya dengan menggunakan aturan Islam dan di sisi lain saat bersosialisasi, Islam harus ditanggalkan—berpindah pada aturan masyarakat. “Karena adanya sudut pandang yang berbeda,” ujar Ustazah Esty saat menjelaskan perbedaan keduanya.
Islam memandang bahwa dunia hanya dilihat sebagai tempat mampir sesaat. Berbeda 180 derajat dengan kapitalisme sekuler yang memandang dunia merupakan barang yang harus dinikmati dan harus diberi kebebasan, termasuk dalam berpikir. Sayangnya, kaum muslim justru terpengaruh dengan sudut pandang Barat tersebut. Termasuk saat melihat lawan jenis, mereka hanya melihatnya dari sudut pandang kenikmatan (ladzah wa tamattu’) dan untung rugi.
Menurut Ustazah Esty akal tidak boleh diberi kebebasan apalagi digunakan untuk membuat aturan. Kemudian aturan Islam tentang hubungan antarlawan jenis adalah hanya hubungan kerjasama dalam kehidupan umum dan hanya hal itulah yang dibangun. Lantas dalam kehidupan khusus adalah untuk mendapatkan keturunan.
“Fantasinya kebablasan,” ujar Ustazah Esty yang menerangkan tentang dampak dari cara pandang kapitalisme. Hal ini jelas karena kapitalisme melihat dunia merupakan kenikmatan dan kebebasan. Kemudian adanya kebebasan tanpa batas, sehingga kehidupan manusia layaknya binatang yang tidak ada aturan. Menurut mereka bahwa akhirat adalah negeri fantasi di dalam benak manusia. Sehingga inilah yang menjadi sudut pandang dan akibat berkelanjutan dari cara pandang kapitalisme.
Padahal Allah jelas sudah melarang dalam surah al-Araf, 179, “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia untuk (masuk neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki hati yang tidak mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”
Terakhir Ustazah Esty menyimpulkan bahwa manusia saat ini tidak mempunyai sudut pandang Islam dalam hidupnya. Oleh sebab itu, saat ini harus ditanamkan akidah yang kuat. Lalu pentingnya menerapkan fikih Islam sebagai maroji di tengah masyarakat, sehingga dapat berjuang bersama agar syariat Islam dapat diterapkan secara kafah dalam bingkai Daulah Khilafah.[RH]
0 Komentar