‘’Nyaah ka Indung’’, Program Pelepasan Tanggung Jawab Negara Terhadap Ibu

 



Titin Kartini

 

#Bogor — Program ‘’Nyaah ka Indung’’ jika kita terjemahkan dalam Bahasa Indonesia adalah ‘’Sayang kepada Ibu’’, program ini merupakan gerakan sosial yang menempatkan peran ibu sebagai pusat perhatian dan penghormatan dalam kehidupan masyarakat. Pemerintah Kota Bogor pun menggelar rapat perencanaan pelaksanaan program ‘’Nyaah ka Indung’’ sebagai tindak lanjut dari instruksi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Fokus utama rapat pun membahas skema implementasi dan dukungan teknis yang dibutuhkan agar program ini dapat dijalankan secara optimal di Kota Bogor.

“Nyaah ka Indung” merupakan program berbasis kepedulian, ASN dan pegawai BUMD diinstruksikan untuk menjadi “ibu asuh” bagi para ibu yang hidup dalam kondisi kurang beruntung. Mereka (para "ibu asuh") akan memberikan perhatian, bantuan, serta pendampingan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Program ini telah diluncurkan oleh Dedi Mulyadi pada tanggal 11 April 2025 di Cianjur, bertema "Jabar Nyaah ka Indung". Dalam pidatonya, Dedi menegaskan bahwa memuliakan ibu bukan hanya tindakan mulia tetapi sumber kebahagian sejati dalam hidup. Dedi berharap seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat dapat menghidupkan kembali nilai-nilai kasih sayang terhadap ibu yang menjadi pondasi budaya Sunda. (radarbogor.jawapos.com, 14/04/2025)

Kita tentu saja sepakat bahwa menyayangi ibu adalah kewajiban yang tak bisa diabaikan. Sangat penting untuk memperhatikan dan memastikan seorang ibu agar tidak kekurangan baik kebutuhan lahir maupun batinnya, apalagi bila seorang ibu telah lanjut usia. Lahirnya para generasi emas, generasi cemerlang takmungkin ada tanpa peran seorang ibu.

Program ini sekilas memang tampak indah, tapi sayang program ini tidak memecahkan akar permasalahan yang sesungguhnya: ‘’Mengapa banyak ibu yang terlantar di usia tua, tapi tak sedikit pula ibu muda yang sengsara?’’ Negara seakan peduli, tetapi nyatanya semua tanggung jawab dilimpahkan pada rakyat yang bergelar ASN dan pegawai BUMD. Lantas di mana tanggung jawab negara?

Hal ini tidak lepas dari sistem yang dianut negeri ini yaitu kapitalisme, semua permasalahan tak pernah tuntas terselesaikan. Lagi dan lagi semua akan bermuara pada peralihan tanggung jawab kepada rakyat, sementara negara hanya berperan sebagai regulator belaka. Maka, akar dari semua ini ada pada sistem yang terus abai akan rakyatnya, termasuk para ibu dengan kelemahan fisik, tidak memiliki sanak saudara atau tidak memiliki suami juga anak, dan lain sebagainya. Mereka harus berjuang sendiri demi sesuap nasi. Para ibu dengan kelemahan-kelemahan tersebut akan kalah dengan mereka yang memiliki kekuatan fisik, kemampuan finansial, serta kecerdasan yang mampu membuat mereka hidup nyaman. Sehingga bagi mereka yang lemah seakan taklayak untuk hidup. Inilah kejamnya sistem kapitalisme.

Alhasil, program "Nyaah ka Indung" ini sekilas memang bagus, tapi sayang tidak tepat. Karena apa pun programnya, selama masih menggunakan sistem buatan manusia, tidak akan pernah menyelesaikan akar permasalahan sesungguhnya. Hanya menyelesaikan masalah dengan tambal sulam hingga memunculkan permasalahan baru.

Sementara dalam sistem Islam, sosok ibu ditempatkan pada posisi yang mulia. Bahkan surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu. Maknanya, demikian mulianya seorang ibu, hingga surga atau nerakanya seseorang tergantung pada bagaimana ia memperlakukan ibunya. Allah Swt. berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (TQS Luqman: 14)

Dalam ayat tersebut, Allah memberikan tanggung jawab untuk berbuat baik penuh kasih sayang kepada kedua orang tua. Kedudukan yang mulia bagi seorang ibu harus diiringi dengan jaminan kesejahteraan mereka lahir dan batin. Seorang ibu yang sehat lahir dan batinnya akan melahirkan generasi-generasi emas penerus sekaligus penegak peradaban. Tugas utama ibu adalah pengatur rumah tangga sekaligus pendidik pertama dan utama keluarga, terutama untuk anak-anaknya. Namun, bisa dibayangkan jika sang ibu tidak bisa melakukan tugas utamanya  karena harus ikut berjibaku mencari nafkah baik ketika sang ibu berusia muda hingga usia tua.

Tercatat dengan tinta emas, ketika Islam diterapkan secara kafah dalam bingkai Daulah Khilafah, kesejahteraan seorang ibu sangat diperhatikan. Bahkan bagi seorang ibu yang menyusui anaknya hingga usia dua tahun, negara memberikan upah sebagai tanda penghargaan bagi seorang ibu. Mereka tidak diwajibkan dan dibebankan mencari nafkah baik ibu muda terlebih lagi yang sudah tua. Jika seorang ibu tidak mempunyai suami atau anak yang mampu mengurusnya, maka saudara laki-lakinya yang bertanggung jawab. Namun, jika saudaranya takada yang mampu, maka dicari tetangganya yang mampu untuk membantu. Jika takada, maka negaralah yang mengurus semua kebutuhan mereka. Artinya negara benar-benar hadir dan berperan secara langsung untuk mengurusi mereka, bukan dengan membebani rakyatnya yang berpredikat ASN ataupun pegawai BUMD.

Untuk merealisasikannya tentu dibutuhkan dana yang besar. Lantas, dari mana negara mendapatkan dana tersebut? Tentu saja dari kas baitumal yang bersumber dari kekayaan milik umat. Di antaranya berupa sumber daya alam yang dikelola oleh negara dan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat secara menyeluruh, termasuk para ibu yang sudah tua renta.

Selain itu tentunya, negara menanamkan akidah yang kuat agar kita menyayangi ibu hingga mereka tua. Hal ini termaktub dalam doa untuk kedua orang tua, "Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku (ibu dan Bapakku), sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil." (TQS al-Isra: 24). Doa ini menunjukkan kasih sayang yang tulus bukan hanya terkait urusan dunia saja, melainkan sampai urusan akhirat. Hal ini ditunjukkan dengan permohonan ampunan Allah bagi kedua orang tua.

Tak akan ada lagi cerita seorang ibu terlantar padahal ia memiliki anak. Bagi yang tidak memiliki anak ataupun kerabat, maka ada negara yang bertanggung jawab penuh atasnya. Alhasil, semua itu hanya bisa terlaksana dengan diterapkannya hukum-hukum Islam yang tercantum dalam Al-Qur'an dan Sunah, sebagaimana Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Kasih sayang kepada ibu secara totalitas akan membawa keberkahan bagi keluarga, masyarakat, dan negara. Wallahu a’lam.

Posting Komentar

0 Komentar