PHK Massal: Para Pemodal Tetap Untung, Rakyat Makin Buntung


 

Refi Oktapriyanti 


#Wacana — Kembali terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal, awal mula terjadi pada perusahaan industri tekstil (SRITEX), kini merambah banyak sampai pada perusahaan industri media di Indonesia.


Berdasarkan catatan yang dihimpun, hingga tahun 2025 terdapat sedikitnya 12 perusahaan media dan industri pendukungnya yang melakukan PHK massal sebagai respons terhadap tekanan ekonomi yang kian meningkat dan perubahan lanskap industri digital. (radarkediri.jawapos.com, 16/08/2015) 


Ada beberapa Industri media yang menjadi sorotan di antaranya yaitu 1) Kompas TV, per 1 Mei siaran televisi yang telah memutuskan untuk menghentikan 150 karyawan; 2) CNN Indonesia TV, menghentikan sekitar 200 karyawan yang termasuk jurnalis dan tim teknis; 3) MNC Group, menghentikan lebih dari 400 karyawan dan mengurangi pimpinan redaksi dari 10 menjadi 3 orang.


Penyebab terjadinya PHK massal ini yaitu pertama, karena penonton berpaling ke dunia digital. Berdasarkan data dari GoodStats (Oktober 2024) menunjukan bahwa 57% masyarakat indonesia jarang menonton televisi lokal, bahkan 4% generasi muda tidak pernah meliriknya sama sekali.


Kedua, perpindahan iklan ke platform digital. Sekitar 75% anggaran iklan nasional kini mengalir ke media digital. Televisi yang selama ini bergantung pada iklan sebagai sumber utama pendapatan, kehilangan pijakan utamanya. Ketiga, efisiensi atau gulung tikar. Beberapa stasiun televisi terpaksa memaksa jumlah karyawan dan menutup sejumlah biro untuk tetap bertahan. Keempat, tekanan ekonomi. Perlambatan ekonomi dan pemangkasan anggaran pemerintah memperparah situasi, terutama bagi lembaga penyiaran publik.


Polemik PHK Massal yang Merambat di Indonesia


Terjadinya PHK massal di Indonesia yang sedang menjadi sorotan merupakan bukti nyata dari diterapkan sistem ekonomi kapitalis yang rusak. Lagi-lagi rakyat hanya mendapatkan buntung dan para pemilik modal mendapatkan untungnya. 


Dalam pandangan kapitalisme, pekerjaan merupakan suatu sarana bagi para pemilik moodal untuk meraih keuntungan, dan pekerja hanya dipandang sebagai sumber daya yang harus dimaksimalkan produktivitasnya. Alih-alih mereka itu ingin membantu ekonomi para pekerja,  ternyata menyebabkan berbagai masalah sosial seperti ketimpangan pendapatan, eksploitasi tenaga kerja, dan alienasi pekerja. Maka, pantas saja jika terjadi masalah dalam suatu perusahaan, dengan mudahnya dapat membubarkan para pekerja. 


Negara Tidak Berperan


Dalam hal ini, negara dalam sistem kapitalis benar-benar lepas tanggung jawab dari peran yang seharusnya mensejahterakan rakyat. Meskipun negara mengupayakan untuk memberi usaha dalam upaya tidak terjadinya PHK massal, tapi tetap saja itu hanyalah omong kosong belaka. 


Marak terjadi PHK massal ini menjadi sebuah masalah serius, karena akan mengakibatkan naiknya angka pengangguran khususnya di Indonesia. Selain itu, negara tidak banyak membuka lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, sehingga mereka harus terpontang-panting banting tulang berjuang mencari nafkah untuk bertahan hidup. 



Solusi Islam


Dalam Islam, pekerja dipandang sebagai manusia yang harus dipenuhi bukan hanya kebutuhan sandang, pangan, dan papannya saja, tapi juga dipenuhi hak kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan kemanan yang baik. Sehingga negara juga mampu membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi rakyat khususnya bagi laki-laki untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 


Negara Islam mendorong individu, terutama laki-laki yang diwajibkan mengemban nafkah untuk bekerja. Apabila ia tidak mampu bekerja, maka negara yang wajib mengusahakan pekerjakan untuknya.


Negara Islam berperan penuh dalam mensejahterakan ekonomi rakyatnya, bahkan tidak hanya itu, rakyat juga mendapatkan hak pendidikan, serta terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Imam yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Bukhari dari Abdullah Ibnu Umar).


Demikianlah, semua itu hanya terdapat ketika tegaknya sistem Islam (Khilafah). Karena dengan tegaknya aturan Allah Swt. yang Maha Mencipta dan Maha Mengetahui, umat manusia akan merasakan dan terpenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan baik.[]


Posting Komentar

0 Komentar