Presiden Prabowo Evakuasi warga Gaza Membara

 



 

Solati Ummu Nida

#Wacana — Presiden Prabowo berencana mengevakuasi warga Gaza yang terluka akibat serangan brutal yang dilakukan Israel di wilayah tersebut. Mereka akan dibawa ke Indonesia untuk mendapatkan perawatan medis (Kompas.com, 10/04/2025). Kesiapan menerima korban-korban yang luka ditegaskan dengan akan mengirim  Menlu untuk diskusi dengan pemerintah Palestina, terkait bagaimana pelaksanaannya untuk mengevakuasi yang luka-luka.

Berbeda halnya dengan presiden Partai Gelora, menyebutkan warga Gaza tidak akan direlokasi. Justru akan membuat perkampungan, rumah sakit, dan sekolah ditempat tersebut sehingga warga Gaza bisa beraktivitas dengan leluasa dan pengobatan bisa dilakukan di negeri mereka sendiri. Anis mengatakan, Kementrian Luar Negeri bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), MUI, dan organisasi relawan lainnya sedang merencanakan rekonstruksi Gaza pascakonflik.

Disiyalir pernyataan Prabowo tersebut hanya untuk membujuk Presiden Donald Trump melunakkan kebijakannya mengurangi besaran tarif resiprokal yang akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian daalam negeri. Maka akan sangat disayangkan sikap Prabowo sebagai pemimpin negeri muslim terbesar yang seharusnya memiliki bargaining position untuk menekan AS dalam membela warga Palestina (Gaza). Dengan kebijakan Prabowo mengevakuasi, justru akan terkesan mendukung penjajahan yang dilakukan Israel, dengan mudah menguasai Gaza.

Pernyataan Presiden Donald Trump yang akan memindahkan warga Gaza ke Indonesia, dan akan menjadikan Gaza sebagai kota wisata, ini menunjukan arogansi yang sejalan ambisi Israel untuk meluaskan wilayah menguasai Gaza.  Donald Trump berusaha melobi negara-negara Arab sekutunya seperti Mesir, Yordania, Turki, dan lain-lain, agar menjadi tempat relokasi warga Gaza. Trump menggunakan narasi bahwa wilayah Gaza tidak layak untuk dihuni.

Pernyataan Prabowo yang akan merelokasi warga Gaza, bertentangan dengan UUD 45 dalam pembukaannya bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan di dunia harus dihapuskan. Sementara Pemerintah selalu menggembar-gemborkan mendukung perjuangan dan kemerdekaan rakyat Palestina, tetapi fakta sikap politik Indonesia sejalan dengan kepentingan Amerika Serikat.

Kalau kita telaah lebih dalam dengan menilik sejarah panjang permasalahan Palestina adalah ketertindasan, perampasan tanah milik warga Palestina, pembunuhan, dan penjajahan dengan pengeboman yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina. Sejarah penjajahan Israel atas bumi Palestina terjadi sejak abad ke-19 hingga sekarang abad ke-21. Dunia menyaksikan proyek genosida terhadap rakyat Palestina (Gaza) oleh penjajah Israel dengan cara yang brutal bahkan diluar nalar manusia terus berlangsung. Tragedi kemanusian ini hanya dianggap sebagai tontonan oleh para penguasa di dunia. Mereka tidak tergerak rasa kemanusian untuk mengakhiri tragedi ini dengan mengirimkan bantuan militernya, terutama para militer di negeri-negeri muslim.

Dalam kasus Gaza, pemerintah Indonesia hanya berkoar-koar akan membela dan menyelesaikan konflik Palestina di forum-forum Internasionl, sebagaimana yang dilakukan negeri-negeri muslim lainnya. Indonesia mengambil posisi aman dengan memberikan sedikit bantuan logitik, kesehatan, mengirimkan pasukan keamanan dibawah bendera PBB, yang sama sekali tidak menyelesaikan akar masalah yaitu penjajahan oleh zionis Israel.

Sekat-sekat Nasionalisme menjadi tembok yang sangat kokoh sehingga hilang iman di dada-dada para pemimpin negara-negara muslim. Mereka buang hadis Nabi bahwa muslim itu bersaudara bagaikan satu tubuh. Sebutan apa yang pantas bagi para pemimpin negeri muslim yang menyaksikan proyek genosida terhadap warga Gaza yang dibantai diluar nalar kemanusiaan, kalau bukan persekongkolan? Bahkan sangat menyakitkan pernyataan pemimpin negeri muslim bahwa Solusi untuk Palestina adalah dengan hidup berdampingan dengan dua negara. Solusi yang tidak masuk akal, negara penjajah tetapi diberi wilayah oleh negara yang dijajah. Bagaimana mereka disebut muslim sementara mereka menyaksikan genosida terus berlangsung hingga 18 bulan. Bagaimana mereka diam saja padahal komando jutaan tentara dan alutsista ada pada mulut dan tangan  mereka? Jeritan anak-anak, perempuan, terdengar dan terlihat oleh telinga dan mata mereka.

Inilah penyakit sekuler kapitalisme yang mewabah pada umat Islam hari ini, lama mendominasi di negeri-negeri Islam, telah berhasil menghapus ikatan persaudaraan hakiki atas dasar iman kepada Allah. Hanya sekedar memberi komando seruan jihad saja tidak mampu. Mereka lebih rela membela nasionalisme, yang telah dibentuk oleh negara penjajah itu sendiri. Untuk melemahkan kekuatan umat Islam dan tetap melanggengkan hegemoni penjajahan atas negeri-negeri Islam.

Paham rusak sekularisme dan kapitalisme harus segera diakhiri dengan mengembalikan kemulian umat Islam dengan ideologinya. Umat Islam akan kembali meraih kejayaan Islam jika umat Islam bersatu dengan satu kepimpinan Daulah Khilafah Islamiyah. Kepempinan Khilafah dengan seruan jihad atas zionis Israel sebagai satu-satunya solusi dan mengakhiri penjajahan atas Palestina. Oleh karena itu, menjadi kebutuhan yang mendesak dakwah menuju terwujudnya kembali Daulah Khilafah kepada umat Islam hari ini. Umat pada hakikinya  adalah pemilik kekuasaan, dakwah kepada para pemilik kekuatan umat adalah yang harus dilakukan oleh kelompok yang fokus memperjuangkan tegaknya Khilafah. Karena mereka adalah pemilik kekuatan dan kekuasaan, jika para ahlu quwah ini tercerahkan dengan dakwah dalam penegakan Khilafah, maka kekuasaan akan mudah diserahkan hanya untuk kekuasaan Islam. Wallahu'alam bissawab.[]

Posting Komentar

0 Komentar