Siti Rima Sarinah
#Bogor — Beraneka ragam bentuk kenakalan remaja masih menjadi PR bersama, terutama bagi pemerintah. Berbagai
program dan upaya telah
dilakukan untuk menghentikan kenakalan remaja, tapi belum memberi hasil yang signifikan. Kasus kenakalan
remaja terus meningkat dari tawuran, bullying, narkoba, pergaulan bebas, dan
lain sebagainya. Kota Bogor menjadi
salah satu kota yang marak kasus kenakalan remaja terutama tawuran. Tawuran
menjadi tren di kalangan remaja dan kerap kali memakan korban jiwa yang tidak sedikit
jumlahnya.
Salah satu program baru yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi untuk mengatasi kenakalan remaja adalah dengan
mengirim mereka ke barak militer TNI. Meski begitu, program ini belum
diberlakukan di Kota Bogor. Sebab, kebijakan tersebut dinilai belum memiliki
kriteria yang jelas siswa nakal seperti apa yang harus dikirim ke barak
TNI. Untuk itu Wali Kota Bogor, Dedie Rachim meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) memberikan
kisi-kisi kriteria yang tergolong ke dalam anak nakal (TribunnewsBogor.com, 02/05/2025).
Dilansir Radar Bogor (03/05/2025), kebijakan pemprov
Jawa Barat ini sebagai inisiatif
yang bertujuan mendisiplinkan anak yang suka tawuran, kecanduan narkoba, bolos
sekolah, atau suka melawan orang tua. Program ini berkerjasama dengan TNI dan POLRI. Program ini akan diterapkan di Jawa
Barat, dan rencana perluasan di daerah lainnya. Program pendidikan ala militer untuk anak yang
bermasalah ini telah menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Pihak yang mendukung program ini melihat sebagai solusi
efektif membentuk kedisiplinan dan memberi efek kejut positif pada
anak yang bermasalah.
Sebaliknya, ada
pihak yang mengkritik kebijakan ini karena dianggap sebagai
bentuk pelanggaran hak anak yang bisa menimbulkan trauma psikologis dan
bertentangan dengan prinsip perlindungan anak. Mereka menyoroti pendekatan
militeristik yang keras berpotensi menyebabkan kekerasan dan pembentukan
karakter negatif, serta legalitas penggunaan institusi militer untuk
mendisiplinkan anak juga dipertanyakan. (liputan6.com,
06/05/2025)
Persoalan kenakalan remaja seharusnya menjadi bahan muhasabah
pemerintah atas pengurusannya kepada generasi. Sebab, merekalah yang kelak akan melanjutkan estafet perjuangan bangsa dan menjadi tulang
punggung peradaban. Selain itu, pemerintah memiliki visi besar mewujudkan
generasi emas 2045, yang tentunya
akan sulit terwujud apabila persoalan
kenakalan remaja tidak mampu untuk diselesaikan. Padahal ada banyak
faktor yang menjadi penyebab kenakalan remaja yang makin hari makin menjadi.
Kanakalan remaja dikarenakan berbagai faktor yang melingkupi ranah sekolah, lingkungan sekitar, dan
keluarga. Sekolah seharusnya mampu mendidik generasi yang cerdas dan mampu
menyelesaikan persoalan yang ia hadapi dengan pola pikir
yang benar. Namun sayangnya, sekularisasi pendidikan yang diterapkan saat ini
tidak mampu mewujudkan generasi
dengan kriteria tersebut. Malah
sebaliknya, pemisahan agama
(Islam) dari pendidikan
inilah yang mengakibatkan remaja tumbuh menjadi 'anak
nakal' yang jauh dari aturan agama dan tidak memiliki rasa tanggung jawab. Selain
itu, faktor lingkungan sekitar yang
abai dan keluarga yang sibuk memenuhi kebutuhan ekonomi, telah menyebabkan remaja tumbuh tanpa ada pendampingan dan pengawasan dari lingkungan sekitar dan
keluarga.
Maraknya konten-konten berbau kekerasan dan merusak pemikiran remaja nyatanya bebas
berseliweran di dunia maya, baik dalam bentuk film, game animasi, dan
lain sebagainya. Secara tidak langsung hal ini membentuk
remaja yang suka dengan kekerasan dan melakukan hal-hal yang menyimpang dari aturan agama, seperti narkoba, pergaulan bebas, bahkan
terjerumus dalam jebakan kaum pelangi. Di sisi lain, pemerintah yang seharusnya
mencegah masuknya konten-konten kekerasan dan merusak tersebut, justru
membuka pintu selebarnya-lebarnya dengan berbagai alasan ekonomi. Apa pun bentuk kebijakan dan program
yang digagas pemerintah, selama
masih bersandar pada sistem kapitalisme sekuler, bisa dipastikan tidak akan mampu menjadi solusi tuntas bagi
kenakalan remaja. Sebab, sistem yang rusak inilah yang terbukti sukses mencetak 'generasi
nakal' dengan prinsip hidup serba bebas.
Berbeda dengan Islam yang sangat concern pada remaja, karena masa
depan bangsa berada di tangan mereka. Diawali dengan penerapan sistem pendidikan
berbasis akidah Islam yang bertujuan mencetak generasi yang beriman dan
bertakwa serta memahami tujuan penciptaannya sebagai seorang hamba. Kurikulum
pendidikan yang bersandar
pada pemikiran dan tsaqofah Islam menjadi pondasi bagi remaja agar mampu
menghadapi berbagai persoalan kehidupan dengan cara pandang yang benar, yakni cara pandang Islam. Halal dan haram senantiasa menjadi standar dari setiap
aktivitasnya. Islam pun
mengajarkan adab dan ilmu secara beriringan. Buah keberhasilan pendidikan Islam akan tampak jelas pada remaja yang
memiliki pola pikir dan pola sikap Islam (berkepribadian
Islam).
Mereka dididik bukan hanya untuk menguasai ilmu agama, melainkan juga
terdepan dalam sains dan teknologi. Mereka tumbuh menjadi sosok-sosok
pembelajar dan cinta terhadap ilmu, serta menjadikan
keilmuan mereka dapat berkontribusi pada kemaslahatan
umat dan peradaban Islam. Mereka jauh dari berbagai kerusakan moral,
sebab ilmu mereka menjadikan cahaya yang selalu menerangi jalan mereka menuju jalan
kebaikan dan ketaatan.
Dan yang terpenting adalah peran negara sebagai perisai dan pelindung bagi
generasi. Negara yang menjaga dari hal-hal yang dapat merusak akal dan pikiran mereka.
Demikian pula penerapan sanksi hukum yang tegas akan
diberlakukan kepada remaja yang sudah baligh apabila melakukan
pelanggaran. Sehingga sanksi ini mampu
memberi efek jera dan sebagai langkah kuratif bagi yang melanggar aturan, sekaligus langkah preventif mencegah kenakalan remaja.
Maka sangatlah jelas hanya sistem Islam sajalah yang mampu mencetak
generasi emas bukan generasi cemas. Remaja muslim mampu menjadi
generasi terbaik yang akan terus dilahirkan tatkala penerapan Islam kafah dalam
naungan Khilafah
tegak di muka bumi ini. Tinggalkan sistem penghasil 'generasi
nakal', beralih kepada sistem pencetak 'generasi
emas', generasi khoiru ummah. Wallahua’lam.
________________
Saran untuk caption:
Beraneka ragam bentuk kenakalan remaja masih menjadi
PR bersama, terutama
bagi pemerintah. Berbagai program dan upaya telah dilakukan untuk menghentikan
kenakalan remaja, tapi
belum memberi hasil yang signifikan.
Atau:
Persoalan kenakalan remaja seharusnya menjadi bahan
muhasabah pemerintah atas pengurusannya kepada generasi. Sebab, merekalah yang
kelak akan melanjutkan estafet perjuangan bangsa dan menjadi tulang punggung
peradaban.
0 Komentar