#Reportase — Jakarta, 12 Mei 2025. Dalam rangka memperingati Hari
Pendidikan Nasional yang jatuh pada bulan Mei, komunitas guru Muslimah
inspiratif, KGMI, menggelar acara Bincang Islam Interaktif yang penuh makna dan
inspiratif di area RM Jakarta Timur. Acara ini berhasil menarik perhatian para
guru Muslimah dari berbagai sekolah, yang antusias berbagi pengalaman,
memperdalam pemahaman, serta mencari solusi atas berbagai permasalahan remaja
dan dunia pendidikan saat ini.
Pembukaan acara diawali dengan pembacaan basmallah sebagai bentuk
niat tulus meraih rida Allah Swt. dan keberkahan dalam setiap langkah kegiatan.
Selanjutnya, disampaikan sejumlah fakta nyata yang terjadi di lingkungan
sekolah, mulai dari kenakalan remaja, tawuran, penggunaan makeup berlebihan,
hingga kekurangan fasilitas dan kesejahteraan guru. Tayangan faktual yang
diputar menjadi pemantik diskusi mendalam tentang permasalahan mendasar dalam
dunia pendidikan, seperti kondisi infrastruktur sekolah yang kurang memadai,
kualitas tenaga pendidik yang belum optimal, serta minimnya muatan pendidikan
moral dan agama dalam kurikulum nasional.
Salah satu isu utama yang diangkat adalah kondisi fisik sekolah yang
memprihatinkan dan nasib guru honorer yang belum mendapatkan haknya secara
layak. Rencana pendidikan militer bagi anak-anak nakal pun menjadi topik
kontroversial yang mengundang berbagai reaksi, karena dinilai tidak sesuai dan
berpotensi melanggar hak anak. Semua masalah ini mencerminkan kompleksitas
sistem pendidikan saat ini yang memerlukan solusi berlandaskan nilai-nilai
Islam.
Fokus utama diskusi adalah kenakalan dan kekerasan remaja seperti
tawuran, geng motor, bolos sekolah, merokok, kecanduan game online,
narkoba, hingga perilaku menyimpang. Ibu Fatrin Ronayati, M.Pd., selaku
narasumber utama mengulas secara mendalam bahwa kenakalan remaja merupakan
cerminan dari lingkungan yang tidak mendukung, seperti kemiskinan, kekerasan
rumah tangga, trauma masa kecil, dan sekolah yang bersikap keras. Ia menegaskan
bahwa pendekatan hukuman fisik dan sikap represif justru memperburuk kondisi
psikologis remaja dan memperparah perilaku agresif mereka. Sebaliknya,
menurutnya, remaja adalah makhluk Allah yang tidak dilahirkan nakal; kenakalan
muncul sebagai respons terhadap sistem pendidikan dan lingkungan yang tidak
peduli.
Lebih jauh, Ibu Fatrin menyoroti faktor-faktor yang mempengaruhi
kenakalan remaja, antara lain hilangnya sosok guru yang mampu menjalankan amar
makruf nahi mungkar secara bijak, pengaruh buruk dari game dan tayangan
tidak mendidik, peran orang tua yang minim, serta aturan negara yang sekuler
dan liberal yang memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Ia menegaskan
bahwa sistem sekuler ini memicu munculnya kepribadian pembangkang dan perilaku
berbuat sesuka hati, yang akhirnya merusak moral dan karakter bangsa.
Mengutip TQS az-Zumar ayat 22, acara ini mengingatkan pentingnya
hati yang hidup dan ingat kepada Allah Swt. agar terhindar dari kesesatan.
Sebaliknya, contoh nyata dari keberanian dan keteguhan anak-anak Palestina
dalam menghadapi ancaman Zionis Israel menunjukkan betapa kuatnya dasar akidah
Islam dalam membentuk karakter yang kokoh dan beriman.
Dalam konteks ini, acara menegaskan bahwa sistem pendidikan Islam
yang berlandaskan pada akidah merupakan solusi utama. Kurikulum berbasis Islam
bertujuan membentuk manusia berkepribadian Islam, mampu menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang bermanfaat. Indikator keberhasilan
pendidikan ini adalah kesadaran individu untuk menjalankan kewajibannya dan
menjauhi kemaksiatan, sehingga lahir generasi mulia yang mampu berkontribusi
positif di masyarakat.
Acara ditutup dengan doa bersama dan komitmen dari peserta untuk
terus berupaya melakukan perubahan, sekecil apa pun, dengan mengedepankan amar
makruf nahi mungkar. Peserta juga diingatkan untuk memperjuangkan aturan Allah
dalam seluruh aspek kehidupan dan bergabung dalam KGMI sebagai wadah amal
bersama dalam memperjuangkan pendidikan berkualitas berbasis syariat Islam
kafah, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. di Madinah.
Dengan semangat dan tekad yang kuat, acara ini menegaskan bahwa
perubahan pendidikan dan karakter bangsa harus berlandaskan nilai-nilai Islam,
sebagai jalan menuju masyarakat yang lebih baik, berakhlak mulia, dan beriman
kepada Allah Swt..
0 Komentar