Enam Pilar Pendidikan Bapak Para Nabi




#Reportase — Di hadapan sekitar 56 peserta, Mubaligah Kota Depok, Ustazah Anah Ummu Halwa, S.Pd., menegaskan setidaknya ada enam pilar pendidikan yang dilakukan oleh Bapak Para Nabi, Ibrahim a.s. terhadap anak-anaknya.


Hal tersebut diungkapnya dalam Kajian Muslimah Bulanan, "Inspirasi Pendidikan Jarak Jauh Nabi Ibrahim terhadap Keluarganya", Sabtu, (14/06/2025) di Depok.


Adapun keenam pilar tersebut yakni: Pertama, tauhid sebagai fondasi utama. Nabi Ibrahim membesarkan Ismail dengan pondasi tauhid yang kuat. 


Dalam Al-Qur’an Surah ash-Shaffat ayat 99–113, disebutkan Ismail tumbuh menjadi anak yang taat dan berserah diri kepada Allah, bahkan saat diminta untuk 'disembelih', ia menjawab dalam Surah ash-Shaffat ayat 102, “Wahai ayahku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” "Tauhid adalah pondasi utama. Nabi Ibrahim menanamkan keyakinan tentang siapa Tuhan yang sebenarnya kepada anaknya, bahkan sejak usia dini,” jelasnya.


Kedua, Doa dan harapan yang tak putus. Nabi Ibrahim dikenal sebagai sosok yang selalu mendoakan keturunan yang shalih. Seperti doa pada Surah ash-Shaffat ayat 100, “Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.” "Parenting Nabi Ibrahim selalu dibingkai dengan doa. Bahkan sebelum memiliki anak, beliau sudah bermunajat agar kelak diberi keturunan yang saleh,” ungkapnya.


Lanjutnya, itu semua pelajaran penting. Proses mendidik anak bukan hanya usaha lahiriah, tapi juga ruhiyah. Jangan pernah lelah mendoakan anak, karena doa orang tua adalah senjata yang luar biasa bagi masa depan mereka. Ibrahim senantiasa mendoakan yang terbaik untuk anak keturunannya. 


Meski jauh fisik, tapi ayah dan anak tersebut tetap terkoneksi dalam doa-doa kebaikan yang dilangitkan. Setiap berdoa untuk dirinya, Ibrahim selalu meminta anak keturunannya juga mendapatkan hal yang sama dengan dirinya,” terangnya.



Tidak hanya satu doa Ibrahim untuk anaknya yang tercatat dalam Al-Qur’an jelasnya, surah Ibrahim memuat beberapa doa Ibrahim untuk anak dan keturunannya, antara lain: mohon dijauhkan dari syirik (14: 35), menjadi orang yang mendirikan shalat, disenangi orang, diberi rizki dan bersyukur (14: 37), menjadi orang yang mendirikan salat (14: 40). Dalam Surah al-Baqarah juga terdapat doa Ibrahim kepada anak keturunannnya, antara lain: menjadi pemimpin di dunia (2: 124), menjadi umat yang muslim berserah diri (2: 128).


Ketiga, dialog penuh cinta. Dalam Surah ash-Shaffat ayat 102 Nabi Ibrahim bertanya, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ibrahim adalah seorang ayah yang dekat dan hangat dalam berkomunikasi dengan anaknya. Ia tidak melaksanakan mimpinya dengan paksa hingga cepat selesai, tetapi memilih melakukan komunikasi dialogis yang mungkin memakan waktu lebih lama, hingga anak menerima perintah dengan penuh kesadaran,” bebernya.


Menurutnya, itulah akhlak seorang ayah dengan membangun komunikasi, mendengarkan suara anak, dan melibatkan mereka dalam proses kehidupan.


Keempat, penuh kasih sayang dan menikmati kebersamaan bersama anak. Ibrahim adalah seorang ayah yang penuh kasih sayang kepada anaknya. Dia memanggil anaknya dengan "ya bunayya". Pemanggilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang dan kemesraan. Ibrahim adalah seorang ayah yang menikmati masa-masa bersama anaknya sebagaimana yang diisyaratkan kalimat "maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya". 


Kelima, keteladanan yang nyata. Nabi Ibrahim adalah sosok yang sangat taat kepada Allah. Ketaatan dan keikhlasan beliau menjadi contoh nyata yang ditiru oleh Nabi Ismail. Ibrahim mematuhi perintah Allah untuk menyembelih anak remajanya, padahal sebelumnya Ibrahim menantikan kelahiran anak tersebut selama bertahun-tahun.


Lanjutnya, Nabi Ibrahim tidak hanya menyuruh, tapi melakukan. Beliau salat, berdoa, dan beramal salih di hadapan anak-anaknya. Keteladanan adalah bahasa yang paling kuat dalam parenting. Anak-anak akan lebih meniru apa yang mereka lihat, bukan hanya apa yang mereka dengar.


Keenam, mendidik dalam ujian dan pengorbanan. Dalam Surah ash-Shaffat ayat 102 yang artinya, "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Saat Allah memintanya mengorbankan Ismail. Sungguh ini bukan tentang sembelihan (pengorbanan) semata, tapi tentang ketaatan, keteguhan hati seorang ayah, dan kesiapan anak yang telah tumbuh dalam cinta dan keimanan," tegasnya berapi-api.


Lanjutnya, dalam terjemahan Surah al-Baqarah ayat 127 yang berbunyi, "Nabi Ismail ditinggal di lembah yang tandus bersama ibunya (Hajar), tapi justru dari situ ia tumbuh menjadi pribadi tangguh. Ia juga membantu membangun Ka’bah bersama ayahnya saat remaja."


"Oleh karenanya, berikan anak kepercayaan, ruang untuk bertumbuh, dan tantangan yang sehat agar mereka siap menghadapi kehidupan," pungkasnya.[Ambarwati]

Posting Komentar

0 Komentar