Refi Oktapriyanti
#Wacana — Akhir-akhir ini publik diramaikan dengan postingan mengenai Raja Ampat yang tengah terancam rusak. Raja Ampat yang dijuluki syurga terakhir di dunia kini dikeruk habis-habisan. Raja Ampat ini bukan hanya dikenal dengan keindahan alamnya sebagai wisata alam, tetapi tempat ini memiliki lebih dari 600 spesies terumbu karang dan 1.300 spesies ikan. Selain itu, Raja Ampat ini memiliki ratusan suku dengan budaya dan bahasa yang beragam. Masyarakat Raja Ampat ini sudah bertahun-tahun menjaga warisan budaya dan tradisi mereka, termasuk mereka juga yang menjaga kelestarian alam di Raja Ampat ini.
Dikutip dari Detik.com (11/05/2025), Kementrian Lingkungan Hidup (LBH) menyatakan terjadi pelanggaran aturan lingkungan pada 4 perusahaan nikel di Raja Ampat, di antaranya PT Gag Nikel (PT GN), PT Mulia Raymond Perkasa (PT (MRP), PT Kawei Sejahtera Mining (PT KSM), dan PT Anugerah Surya Pratama (PT ASP).
Peristiwa ini menuai banyak kontraversi. Fahmy Radhi seorang Dosen Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada menilai bahwa kerusakan ekosistem yang ditimbulkan jauh lebih besar daripada keuntungan ekonomi yang diperoleh negara. Selain itu, Fahmy Radhi mencontohkan kasus tambang pada PT Timah di Bangka Belitung yang merugikan negara 271 triliun akibat kerusakan lingkungan di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP), dan kini bahkan kerugian yang dialami di Raja Ampat lebih besar dari itu.
Greenpeace juga menyebutkan hasil analisisnya bahwa lebih dari 500 hektare hutan telah rusak akibat aktivitas sedimentasi dan penambangan yang mengancam terumbu karang serta kehidupan di bawah laut.
Kerusakan Sistem Kapitalisme
Selama sistem kapitalisme ini diterapkan di dunia, pasti banyak kerusakan yang timbul dari berbagai sisi termasuk perindustrian dan pertambangan yang bukan hanya satu daerah saja terkena dampaknya, tapi masyarakat dunia.
Tambang menjadi angin segar bagi para pemilik modal yang menggiurkan untuk dieksploitasi ugal-ugalan demi mendapatkan keuntungan besar tanpa dilihat dampak kerusakasannya—keuntungan hanya didapatkan oleh segelintir kelompok/individu tertentu.
Padahal, telah ada aturan dibuat dalam Undang-Undang no. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba)—isinya mengenai izin usaha, eksploitasi, dan pengelolaan hasil tambang. Namun sayangnya, mereka telah dibutakan dengan dunia sehingga apa pun caranya bisa diterabas dengan cepat asalkan dapat meraih semua itu tanpa melihat dampaknya. Jangankan melihat dampaknya, memperhatikan cara halal haramnya saja tidak ada. Tiap harinya para pemodal kapitalis ini setia menjadi penikmat keuntungan, padahal sejatinya bukan milik mereka, melainkan milik rakyat.
Kita semua harus segera sadar dan membuka mata, bahwa sistem kapitalisme yang sedang diterapkan ini memang rusak dari awal dan tidak bisa diperbaiki dari bidang mana pun. Dampak dari sistem kapitalisme ini sistemik. Sistem kapitalisme inilah biang kerok sekaligus akar kerusakan semua tatanan hidup saat ini, sehingga memang harus dibuang akar masalahnya dan diganti dengan sistem yang baru.
Islam Sebagai Solusi
Dalam Islam, pemimpin berperan sebagai periayah umat yang mengurusi umatnya—termasuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Bahkan dalam Islam terdapat aturan jelas dan tegas terkait hak kepemilikan termasuk pertambangan, sebagai bagian kepemilikan umum yang tidak bisa diserahkan begitu saja kepada individu atau swasta. Rasulullah saw. juga bersabda, “Tidak ada penguasaan (atas harta milik umum) kecuali bagi Allah dan Rasul-Nya.” (HR Abu Daud)
Selain itu, negara juga wajib mengelola tambang dan hasil penjualannya untuk baitulmal yang akan dinikmati seluruh kaum muslim. Sehingga masyarakat akan terpenuhi berbagai kebutuhannya oleh pemimpin (Khilafah) dari pemasukan baitulmal hasil pengelolaan harta kepemilikan umum.
Semua gambaran pengelolaan kepemilikan termasuk tambang hanya bisa terwujud dalam sistem Daulah Islam (negara Islam), yang aturannya menggunakan aturan Islam dari Allah Swt. semata. Bukan hanya kaum muslim yang mendapatkan haknya, seluruh umat termasuk non-Islam yang berada dalam naungan Daulah Islam akan mendapatkannya.[]
0 Komentar