Siti Rima Sarinah
#MutiaraAl-Qur'an — Allah Swt. memerintahkan setiap individu muslim untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu kehidupan lainnya. Sebab, ilmu sangat dibutuhkan agar dapat menjalani kehidupan sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh-Nya. Dengan ilmu inilah, manusia diharapkan dapat mengelola alam dan kehidupan agar menjadi keberkahan bagi semua umat manusia. Karena tanpa adanya ilmu, manusia tidak akan mampu mengelola apa yang telah dititipkan kepadanya dan kehancuran kehidupan akan terjadi tatkala tiada ilmu.
Allah Swt. berfirman, ”Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu,”Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pnegetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Mujadallah: 11)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memberikan penghargaan tertinggi kepada orang-orang yang berilmu beberapa derajat dibandingkan orang-orang yang tidak menuntut ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan manusia bukan karena harta atau nasabnya, melainkan dengan ilmu yang mereka miliki.
Rasulullah saw. bersabda, ”Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim) Senada dengan hadis Rasulullah saw., Allah pun memberikan pahala surga bagi penuntut ilmu selain Allah pun memberikan kedudukan mulia bagi mereka. Sebab, ilmulah yang menjadi tolak ukur mulia atau tidaknya seorang muslim. Terlebih, kewajiban menuntut ilmu ini merupakan kewajiban sepanjang hayat harus ditunaikan oleh setiap muslim.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, motivasi manusia untuk menuntut ilmu sudah mulai bergeser. Ilmu bukan lagi ditujukan untuk memberikan kemanfaatan dan keberkahan bagi umat manusia, melainkan hanya untuk mendapatkan nilai materi semata. Apalagi kita hidup dalam sistem aturan buatan manusia yang orientasinya hanya untuk mencari manfaat dan materi saja. Mendorong banyak generasi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan manfaat dan materi dalam pendidikan. Sebagai contoh, hari ini kita banyak melihat banyaknya kecurangan yang terjadi di dalam dunia pendidikan. Jasa suap, joki, menyontek, dan lain sebagainya marak dilakukan agar bisa diterima di universitas yang diinginkan tanpa perlu berlelah-lelah dalam belajar.
Budaya instan ini menjadi penyakit yang menjangkiti sebagian besar generasi, dengan mengabaikan pahala besar yang telah Allah sediakan bagi orang-orang yang berlelah-lelah dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Pada akhirnya yang dikejar hanyalah orientasi nilai dan pujian dari manusia serta kebanggaan bisa masuk ke perguruan tinggi ternama, walaupun dengan cara yang curang. Makanya wajar apabila begitu banyak kerusakan dan kezaliman yang terjadi di negeri ini dilakukan oleh pejabat negara yang notebene mereka adalah “orang-orang berilmu”. Korupsi merajalalela, membuat kebijakan yang memiskinkan rakyat, dan memanfaatkan jabatan mereka untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
Negara ini akan banyak menghasilkan pejabat yang demikian dari hasil lulusan yang masuk ke perguruan tinggi dengan cara curang tersebut. Hal ini menunjukkan hilangnya keberkahan ilmu dari diri generasi muslim—hanya menginginkan predikat sarjana dan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang mahal, tetapi menggunakan cara yang bertentangan dengan aturan Allah Swt.. Selain hilangnya keberkahan, keberadaan orang-orang tersebut akan membinasakan manusia dan kehidupan.
Kaum muslim tidak boleh lupa bahwa Allah Swt. menciptakan kita bukan hanya untuk menjadi seorang muslim saja, melainkan kita umat muslim memiliki tugas mulia untuk memperjuangkan diterapkannya syariat Islam di seluruh lini kehidupan. Agar bisa mengemban dan menunaikan tugas mulia ini, kita kaum muslim memerlukan ilmu. Sebab, ilmu seperti cahaya yang akan menerangi kaum muslim dan mengeluarkan dari kegelapan sistem buatan manusia. Karena tanpa ilmu tugas mulia ini tak akan pernah bisa terealisasi.
Hal ini yang seharusnya menjadi motivasi bagi setiap individu muslim dan menjadi tujuan utama dalam menuntut ilmu, yaitu agar syariat Islam bisa diterapkan di muka bumi ini dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dengan terus menggencarkan opini dakwah untuk menyadarkan dan mengembalikan kaum muslim pada hakikat tujuan mereka dalam menuntut ilmu untuk mendapat keberkahan dan pahala dari-Nya. Sistem kehidupan yang rusak saat ini bukan menjadi alasan kita untuk diam dan membisu dalam kerusakan tersebut. Sebaliknya, justru sistem rusak ini menjadi alasan terkuat bagi kita untuk bangkit dan menghancurkannya dari kehidupan kita—menggantinya dengan sistem yang berasal dari Zat Pencipta manusia.
Tidak sepantasnya kaum muslim yang diberikan predikat khairu ummah (umat terbaik) dihancurkan oleh sistem buatan akal manusia. Kita semua harus bangkit untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan umatnya dengan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, agar cahaya ilmu dapat menerangi jalan untuk menegakkan dan mengemban risalah dakwah sampai akhir kehidupan ini. Marilah kita munculkan kembali mutiara-mutiara umat yang memuliakan Islam dengan keilmuannya. Yang akan menjadi mercusuar ilmu dan menerangi dunia dengan cahaya Islam serta mengeluarkan umat manusia dari kegelapan. Wallahualam.[]
0 Komentar