Wahabi Lingkungan vs Rusaknya Sumber Daya Alam



Ruruh Hapsari


#Wacana — Belakangan negeri ini sedang ramai soal pembabatan hutan brutal dan penambangan yang merugikan. Dilihat dari banyak sisi terkait dengan hilirisasi nikel di Raja Ampat. Kemudian hal ini diangkat dan diperbincangkan dalam program Rosi di Kompas TV (13/04/2025).


Pernyatan tak masuk akal dikeluarkan oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Ulil Abshar Abdala. Ia menyatakan bahwa menjaga lingkungan dengan terlalu ekstrem akan mempunyai dampak negatif dan jika sama sekali tidak memperbolehkan aktivitas penambangan menurut pandangannya tidak adil dan tidak tepat karena hasil tambang pun akan dirasakan oleh masyarakat.


Lebih lanjut, Ketua PBNU ini juga melabeli para penolak industri ekstraktif sebagai wahabi lingkungan (theconversation.com 20/06/2025). Menurutnya, mayoritas dari para aktivis lingkungan ini memaparkan hal yang dapat menakuti rakyat dengan uraian mereka tentang perubahan iklim, pemanasan global, dan lain sebagainya.


Kerusakan Lingkungan


Padahal bila ditilik kembali, banyak sudah sumber daya alam Indonesia yang hancur akibat penambangan yang ugal-ugalan. Pada tahun lalu kompas.com pernah melansir dari laporan Forest Declaration Assessment yang menyatakan bahwa deforestasi negeri ini pada 2023 mencapai 1,18 juta hektar (14/10/2024) yang menjadikan luasnya empat kali lebih besar dibanding luas daratan IKN. Sekaligus menjadikan Indonesia ditempatkan pada urutan kedua atas hilangnya hutan setelah Brazil.


Selain itu tempo.co juga melansir tentang kerusakan lingkungan yang berdampak pada warga sekitar akibat penambangan yang terjadi di berbagai tempat. Antara lain, pertama, di Teluk Buyat, Sulawesi Utara, dilaporkan bahwa banyak warga yang terjangkit penyakit kulit, masalah saraf juga benjolan pada tubuh akibat penambangan emas milik PT Newmont (15/06/2025). Termasuk adanya pencemaran pada biota laut.


Kedua, penambangan emas di Papua oleh PT Freeport mewujudkan kerusakan ekologi yang luar biasa. Jutaan ton tailing (limbah dari ekstraksi mineral) dibuang ke sungai menjadikan air berganti menjadi lumpur tebal. Warga lokal pun tentu terkena imbasnya, mereka sulit untuk mendapatkan air bersih dan bahan pangan. Yang disayangkan juga adalah tanah adat yang ratusan tahun turun temurun di wariskan, harus hilang.


Ketiga, yang akhir-akhir ini ramai tentang penambangan nikel di wilayah Raja Ampat, saat ini Indonesia telah kehilangan keanekaragaman hayati berupa terumbu karang dan ekowisata. Diketahui bahwa 75 persen spesies terumbu karang di dunia ada di Raja Ampat belum lagi 1.400 jenis ikan karang juga 700 invertebrata jenis moluska juga ada di sana. Masih banyak lagi tempat yang bisa ditunjuk jari atas kerusakan alam yang terjadi di Indonesia.


SDA Indonesia Dikeruk Asing


Perusahaan tambang yang bercokol di Indonesia mayoritas milik asing termasuk ketiga perusahaan di atas. Zenzi Suhadi, Direktur Eksekutif Nasional Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) menyatakan bahwa terdapat 47 korporasi asing yang telah mengeruk sumber daya alam negeri ini dan Indonesia telah merugi hingga Rp437 triliun (Kompas.com, 13/03/2025).


Sumber daya alam Indonesia yang telah dikeruk oleh korporasi asing tersebut antara lain dibidang kelapa sawit dalam skala besar, pertambangan batubara, emas, nikel, kehutanan, pariwisata, penyedia air bersih serta pembangkit listrik. 


Dengan begitu yang merugi tentu rakyat Indonesia, selain alamnya rusak, keanekaragaman hayati pun hancur, banyaknya bencana alam, penggusuran, hilangnya tanah adat, munculnya berbagai macam penyakit, dan sebagainya.


Sehingga tidak tepat komentar Ulil dalam acara Rosi yang mempertanyakan pentingnya usaha untuk mengembalikan ekosistem awal. Ia juga menyatakan kepada lawan bicaranya dari Greenpeace Indonesia sebagai wahabisme yang puritan dan hanya ingin memenangkan teks, karena menurutnya kalompok Greenpeace ini tidak ingin sama sekali ada aktivitas pertambangan.


Pertambangan di Mata Daulah


Seluruh negeri muslim diberikan oleh Allah Swt. sumber daya alam yang melimpah. Bila seluruh negeri Islam digabung menjadi satu, maka jumlah sumber daya alamnya jauh melebihi negeri-negeri kafir. Namun sayang, karena negeri muslim telah terpecah-belah menjadi banyak negara dengan nasionalisme, maka untuk mendapatkan sumber daya alamnya pun menjadi lebih mudah dikeruk oleh korporasi.


Negeri muslim yang notabene menjadi negeri dunia ketiga selalu menjadi bulan-bulanan dan korban atas kerakusan negeri kapitalis, diperas hingga takbersisa. Sayangnya kaum muslim tidak merasa diperas bahkan menjadikan para korporat bagai tuan di tanah mereka sendiri. Dijamu dan dinomorsatukan dibanding rakyatnya. 


Itulah gambaran yang terjadi saat ini, negeri muslim hanya sebagai pelayan di negeri sendiri, memberikan karpet merah para korporat yang mengerat negeri. Penguasanya pun hanya memikirkan keuntungannya sendiri dan kelompoknya tanpa meilihat nasib warganya yang menjadi korban atas segala bentuk kerusakan alam akibat penambangan yang serampangan. 


Hal tersebut terjadi akibat segala keputusan didasari oleh akal tanpa berpikir jauh ke depan. Padahal syariatlah yang harus diutamakan, kesejahteraan rakyat adalah faktor penting dalam pengaturan bernegara.      


Terkait penambangan, Daulah tidak melarang kegiatan ini bahkan mendorongnya karena dibutuhkan oleh negara, antara lain pertama, kebutuhan akan mata uang emas dan perak sebagai alat tukar resmi negara. Kedua, kebutuhan barang tambang yang menunjang produksi alat berat yang perkembangannya distandarkan pada kebutuhan perang. Ketiga, barang tambang yang menunjang perkembangan negara dari sisi sarana dan prasarana negara seperti dibangunnya fasilitas umum dan lain sebagainya. 


Walaupun begitu yang menjadi catatan adalah semua aktivitas tersebut dilandasi oleh syariat yang semuanya dipantau oleh negara, sehingga penambangan liar bahkan secara ugal-ugalan pun sangat bisa ditekan. Termasuk perjanjian dengan luar negeri pun tidak sembarangan apalagi dengan negara besar yang orientasinya untuk mencengkeram.


Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Qur'an yang mulia, ”(Ingatlah) ketika Tuhanmu hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah: 30)


Wallahualam. 

Posting Komentar

0 Komentar