#Bogor — Kota Bogor ingin memantapkan diri menjadi Kota Sains Kreatif. Untuk itu, Walikota Bogor, Dedie A. Rachim menemui Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf) untuk membahas strategi penguatan dan dapat bersinergi bersama memajukan Bogor sebagai kota ekonomi kreatif maju dan berkelanjutan. Dengan dukungan dari pemerintah pusat diharapkan Kota Bogor mampu memenuhi indikator yang ditetapkan dan menjadi sektor ekonomi kreatif sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi daerah (inewsbogor, 16/05/2025).
Ekonomi kreatif yang diunggulkan di antaranya sektor kriya (kerajinan tangan), kuliner, dan fashion. Sektor-sektor ini diharapkan menjadi penopang perekonomian Kota Bogor. Sebab, sektor-sektor ini menjadi faktor pendukung Kota Bogor sebagai kota wisata. Dengan mengembangkan sektor ekonomi kreatif unggulan tersebut, akan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung dan berlibur di Kota Hujan.
Tidak dipungkiri, Kota Bogor terkenal dengan panorama alam yang indah dan suasana yang sejuk menjadikan para wisatawan betah berlama-lama tinggal di Kota Bogor. Diharapkan dari sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif ini akan mengalirkan pundi-pundi rupiah yang akan meningkat perekonomian daerah.
Sejak tahun 2024, Kota Bogor telah mengazamkan diri menjadi Kota Sains Kreatif dan tidak lagi mengedepankan sektor jasa. Pasalnya sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif dianggap lebih menguntungkan dibandingkan sektor jasa.
Padahal jika kita cermati dengan teliti, Kota Bogor memiliki banyak potensi, seperti tanah yang subur, curah hujan yang tinggi, keberadaan Kebun Raya Bogor, IPB University, dan banyaknya balai penelitian. Maka seharusnya, Kota Bogor menjadi pusat riset sekaligus kota agraris yang berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan negara, sehingga kita tidak bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Sebagai contoh, Kampung Tematik Agro Eduwisata Organik (AEWO) Mulyaharja, yang menyimpan daya tarik tersendiri salah satunya sektor pertanian. Kampung ini bahkan disebut sebagai “surga tersisa" di Kota Bogor. Karena memiliki lahan pertanian organik seluas 23 hektar. Pada bulan April lalu dilaksanakan panen raya yang menghasilkan 6,3 ton gabah dari lahan seluas 3 hektar dan setelah digiling menghasilkan 2,5 ton beras (jabarpro.go.id).
Padahal potensi ini jika dikelola dengan baik, bukan hanya bisa meningkatkan perekonomian daerah bahkan negara, tetapi juga menjadikan masyarakat hidup makmur dan sejahtera. Namun sayangnya, potensi alam tersebut diabaikan begitu saja. Bak membuang emas dan mengambil besi yang tidak ada harganya. Hal ini terjadi karena cara pandang kapitalisme yang menjadi landasan lahirnya berbagai aturan dan kebijakan di negeri ini. Pengelolaan potensi alam hanya mengedepankan keuntungan cuan semata. Alhasil negeri yang kaya akan potensi alamnya, tetapi rakyatnya hidup dalam kungkungan kemiskinan yang sangat ekstrem.
Berbeda halnya apabila Indonesia diatur dengan syariat Islam, tentu akan mengubah Indonesia menjadi negara yang maju di berbagai bidang dan rakyatnya pun hidup sejahtera. Sebab, Islam telah memberikan aturan yang sangat lengkap untuk mengolah potensi alam demi kemaslahatan umat manusia.
Islam telah menetapkan aturan wilayah sesuai potensinya. Kota Bogor misalnya akan ditetapkan sebagai lahan hijau untuk menopang ketahanan pangan negara. Karena memiliki tanah yang subuh dan sumber mata air yang dibutuhkan untuk lahan pertanian. Maka tidak boleh potensi alam Bogor untuk ketahanan pangan dialihkan untuk wisata dengan alasan apa pun. Karena hal tersebut akan merusak potensi alam yang telah diciptakan oleh Allah Swt.. Oleh karena itu, pengaturan semua wilayah dan potensinya harus bersandar pada hukum syariat Islam dan manusia yang mengelolanya harus menggunakan syariat Islam tidak boleh dengan sistem yang lain.
Walhasil, untuk mewujudkan Kota Sains Kreatif bukan bertujuan menghasilkan cuan semata, seperti halnya dalam sistem kapitalisme. Diperlukan aturan syariat Islam yang diterapkan secara sempurna di seluruh lini kehidupan dan yang terpenting negara berperan untuk mewujudkannya.
Di masa kekhalifahan Bani Abbasiyah yang terkenal dengan kemajuan sains dan teknologi, Khilafah memberikan dukungan dana dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan serta membuka peluang bagi para ilmuwan dan para peneliti untuk melakukan riset, berkarya, dan mengembangkan ilmunya.
Sehingga Khilafah menjadi negara yang independen dan tidak bergantung pada negara lain. Indonesia akan mampu menjadi negara yang mandiri dan tidak memerlukan bantuan negara asing yang justru membuat negeri ini terperosok dari kemiskinan. Dengan mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam yang menjadi landasan aturan dan kebijakan di Indonesia.
Apabila sistem Islam terwujud, negeri ini akan menjadi negara yang maju dari berbagai aspek termasuk sains dan teknologi serta rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Jangan pernah terjebak ilusi kapitalisme, sang pembuat masalah yang memberi angan-angan solusi masalah justru dialah sumber masalahnya. Walahualam.[]
0 Komentar