Sudah Benjol, Tetap Nekat Judol

 




#Remaja — Zilenials dan Gen Alfa memang generasi yang sudah tidak mengenal Bang Haji Rhoma Irama. Hingga nasihat Bang Haji dalam lagu berjudul Judi sepertinya tidak mampir di telinga mereka. Lalu, menginspirasi mereka untuk menjauhinya. Terbukti, ada 197.054 orang anak dari usia 10–19 tahun tercatat melakukannya. Jumlah transaksinya pun tidak main-main. Menurut data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) ada transaksi berjumlah Rp50,1 milliar dalam triwulan I—2025. (beritasatu.com, 19/05/2025).


Meski menurut Bang Haji Roma dalam lagunya tadi, judi memang menjanjikan kemenangan dan kekayaan, tapi itu semua bohong. Kalau menang itu awal dari kekalahan. Kalau jadi kaya itu juga tidak akan lama. Yang paling menyedihkan selain akan kehilangan kekayaan, bahkan akan jatuh miskin kemudian, judol juga bisa merenggut orang-orang tersayang, nyawa, masa depan, bahkan harta termahal kita, yaitu keimanan.


Ketagihan


Fakta-fakta tragis korban judol sudah sering kita lihat di berita. Bahkan mungkin fakta nyata di depan mata. Anehnya, semua orang seakan menutup mata, telinga, dan hati, hingga tidak bisa mengambil pelajaran darinya. Ada yang sampai dibunuh istri, seperti yang dialami seorang polisi di Mojokerto. Ada juga berita banyak pelaku judol yang mengalami gangguan jiwa di RSCM. Semua fakta ini, seakan tak memberi efek bagi kesadaran, termasuk pada remaja.


Masa remaja memang masa-masanya kepo akan berbagai hal. Masa manusia ingin tahu segalanya dan mencoba apa pun. Salah satunya peruntungan di judol. Di tengah derasnya info dan tawaran judol hingga endorsment selegram tentang judol tentu saja membuat remaja penasaran dan ikut terbuai mimpi jadi kaya mendadak tanpa harus mengeluarkan effort yang banyak. 


Euforia kemenangan sementara hasil rekayasa algoritma makin membuat pelajar terjerat efek plasebo judol ini. Efek plasebo dalam judol sama seperti dalam dunia kesehatan. Pengobatan dengan plasebo dirancang seakan beneran tapi tak memberikan manfaat sedikit pun. Hanya sugesti saja. Hal ini juga yang diberikan judol, hingga remaja selalu ber-husnuzon terhadapnya. Sekarang boleh kalah, tapi harapan (keyakinan) akan menang di permainan berikutnya selalu menyala. Apalagi kalau menang, pasti akan mempertaruhkan uang lebih banyak lagi, berharap kemenangan yang didapat akan lebih banyak lagi. Inilah yang membuat pelajar ketagihan atau kecanduan judol. Kalau sudah kecanduan, biar benjol, tetap nekat judol.


Sayangi Masa Depan


Para remaja yuk sadar yuk. Kita sudahi malapetaka judol ini. Hidup ini terlalu berharga jika dilewati hanya dengan penderitaan akibat judol. Allah memberikan kita kesempatan untuk bernafas di dunia tidak ditujukan untuk jadi hamba judol, tapi jadi hamba-Nya yang taat dan jadi khalifah pengurus dunia dengan syariat-Nya. Judol itu bukan jalan ketaatan tapi kemaksiatan. Tidak pernah ada kebaikan dalam kemaksiatan.


Allah Swt. dalam Al-Qur’an surah al-Maidah: 90–91 melarang dengan tegas judi.  Allah berfirman dalam ayat tersebut, “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan itu) agar kamu beruntung. Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan sholat, maka tidaklah kamu mau berhenti?”


Larangan tegas Allah Swt. akan judi baik offline maupun online ini perlu diupayakan secara masif agar dipahami oleh remaja secara individu, masyarakat, dan negara. Agar semua lini saling bersinergi bukan saling merobohkan. Oleh karena itu perlu upaya masif penyadaran remaja agar senantiasa memiliki sikap takwa dan diberikan pengetahuan syariat pengharaman judol ini. Dari pihak sekolah dan keluarga perlu melakukan pembinaan serius kepada remaja dengan berbagai sarana, baik media maupun pertemuan-pertemuan tatap muka.


Masyarakat pun perlu digerakkan kepeduliannya. Agar senantiasa menjadi masyarakat yang siap siaga untuk senantiasa mengingatkan jika terjadi kemaksiatan. Tak kalah penting, negara sebagai pengayom masyarakat juga harus makin gacor dalam menutup situs-situs judol lalu menindak para bandar dan pelaku judolnya. Insya Allah, dengan cara ini rantai judol bisa diputus, karena kita sudah hilangkan aspek demand dan supply-nya.



Lalu, khusus buat kamu para pelajar Islam, perkuat benteng iman dan Islamnya mulai sekarang. Sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi. Kondisi sudah emergency. Caranya? cuma satu saja, ikuti dengan sepenuh hati berbagai kajian Islam. Jangan hanya yang insidental, tapi sekaligus yang intensif. Biar benteng keimanan kalian makin kokoh. Ingat setan itu datang dan menggoda manusia dengan sepenuh jiwa. Dia bisa datang lewat teman atau iklan-iklan yang ujug-ujug lewat ketika kita berselancar di dunia maya. So, tunggu apa lagi? Yuks kita ngaji sekarang juga!


Posting Komentar

0 Komentar