Peran Penting Orang Tua dalam Pendidikan Anak






Siti Rima Sarinah

#MutiaraAl-Qur'an — Keluarga merupakan sekolah pertama dan utama bagi pendidikan anak. Dalam hal ini, orang tua memegang peranan penting dalam proses pendidikan dan pengasuhan anak di dalam keluarga. Karena mendidik dan mengasuh anak yang telah diamanahkan Allah Swt. adalah kewajiban bagi setiap orang tua. Kewajiban ini bukan hanya dibebankan kepada ibu, melainkan juga kepada seorang ayah memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam proses membersamai—mendidik dan mengasuk anak-anak mereka.

Allah Swt. berfirman yang artinya, ”Wahai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Surah At-Tahrim Ayat 6)

Ayat di atas merupakan perintah dari Allah Swt. kepada orang tua untuk menjaga dirinya dan mendidik anak-anak mereka agar senantiasa menjadi hamba yang senantiasa taat terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla dan menjauhi larangannya. Orang tua harus menjadi teladan dan panutan bagi anak-anak mereka dalam kesalihan. Sebab salih atau tidaknya seorang anak dilihat dari salih atau tidaknya orang tua. Karena anak adalah cerminan perilaku dari orang tuanya yang hidup dan tinggal bersama mereka.

Namun sayang, saat ini banyak orang tua yang mengabaikan amanah untuk menjaga dan mendidik anak-anak mereka karena berbagai faktor. Sehingga anak-anak tumbuh bagaikan ayam tanpa induknya. Mereka hidup tanpa arahan, didikan dan aturan, yang mengakibatkan mereka tumbuh menjadi anak yang dididik oleh lingkungan dan gadget yang merusak sikap dan perilaku mereka. Kecanduan gadget, melakukan perbuatan asusila, tawuran, dan kenakalan lainnya merupakan buah didikan yang mereka dapatkan dari lingkungan dan gadget.

Banyak anak yang memiliki orang tua tetapi seperti anak yatim, piatu, bahkan yatim piatu. Walaupun orang tua mereka masih hidup, tapi mereka tidak pernah merasakan kehadirannya dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh, maraknya fenomena fatherless yang melanda negeri ini menjadi  bukti hilangnya peran orang tua dalam proses pendidikan dan pengasuhan anak. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah yang “peduli” terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak untuk mengembalikan peran ayah dalam kehidupan anak-anak, ternyata tidak memberi pengaruh yang signifikan.

Hilangnya peran ayah dari pendidikan dan pengasuhan anak, disebabkan kurangnya pemahaman agama pada diri orang tua akan tugasnya yang bukan hanya sebagai “donatur” yang memberi makan dan membiayai sekolah anak-anak mereka. Ada peran pengasuhan dan pendidikan yang diabaikan dan hanya diserahkan kepada ibu atau sekolah. Itu pun jika ibu tidak bekerja, jika ibu pun harus bekerja untuk menopang perekonomian keluarga, lenyaplah  sudah peran orang tua.  Pada akhirnya, sekolah yang harus menanggung tanggung jawab orang tua—yang seharusnya sekolah hanya membantu proses pendidikan yang tidak akan maksimal apabila tidak ada peran dari orang tua.

Kemiskinan dan kurangnya pemahaman orang tua akan amanahnya untuk mengasuh dan mendidik anak mereka menjadi faktor utama mengapa orang tua seakan tidak peduli dan abai terhadap tugasnya tersebut. Padahal kelak, Allah akan meminta pertanggungjawaban orang tua atas amanah yang telah Allah berikan. Jangan sampai berakhir pada penyesalan yang berkepanjangan tatkala anak yang diharapkan menjadi anak yang salih, qurota a’yun dan menjadi kebanggaan orang tua baik di dunia dan di akhirat. Ternyata anak yang tampak dihadapan mereka adalah anak ala Malin Kundang zaman now yang suka melawan bahkan membunuh orang tuanya, sebagai akibat pengabaian terhadap amanah sebagai orang tua.

Hal ini wajib disadari oleh seluruh kaum muslim, khususnya para orang tua untuk segera berbenah diri untuk kembali menjadi orang tua yang seperti diharapkan oleh Allah Swt.. Menjalankan perannya secara utuh, hadir membersamai anak-anak mereka, memberikan pendidikan agama agar kelak mereka menjadi pejuang agama Allah yang senantiasa memegang syariat Allah sebagai landasan dari setiap amal dan perbuatan mereka.

Jangan biarkan fitrah anak yang suci dikotori oleh rusaknya sistem buatan manusia yang mengatur kehidupan kita hari ini. Justru sebaliknya, kerusakan sistem ini menyadarkan kita untuk menanamkan pondasi akidah yang kuat kepada generasi muslim agar kelak mereka bisa merubah kondisi yang rusak akibat sistem buatan manusia (sekularisme) dan mewujudkan sistem dengan suasana amar makruf nahi mungkar yang senantiasa mewarnai kehidupan generasi dan kaum muslim.


 

Posting Komentar

0 Komentar