#Reportase — Diskusi Publik (DisPub) yang rutin diselenggarakan oleh Forum Muslimah Jakarta, kembali menarik antusiasme puluhan tokoh muslimah Jakarta untuk turut serta dalam agenda tersebut. DisPub kali ini bertema "Pengangguran Tinggi, Ironi di Negeri Pertiwi" bertempat di Jakarta, Minggu, 27 Juli 2025. Keresahan melanda para tokoh Muslimah akibat tingginya angka pengangguran di Indonesia termasuk lulusan sarjana.


Pengangguran Menjamur di Negeri yang Subur


Akhir-akhir ini masyarakat disuguhkan oleh fenomena para pelamar kerja yang berdesak-desakan demi mencari pekerjaan. Fakta mengejutkan dijabarkan oleh pemateri pertama, Hanin Syahidah, S.Pd., menyampaikan materinya dengan runtut. Berdasarkan data yang diperoleh, lebih dari 7 juta jiwa menjadi pengangguran terbuka dan 1 juta di antaranya merupakan lulusan sarjana.


Hanin menuturkan lonjakan penggangguran terbuka terjadi karena beberapa faktor. Pertama, adanya sistem outsourcing. Kedua, membludaknya lulusan SMK yang bermental buruh. Ketiga, lanjutnya, output pendidikan bersifat materialistis. Sedangkan yang keempat, kebijakan populis penguasa. 


Hanin juga menjabarkan bahwa akar permasalahan tak hanya dari beberapa faktor di atas saja. Lebih jauh, akar permasalahan ini karena negara menerapkan sistem ekonomi kapitalis yaitu sistem yang berpihak pada pemilik modal, menguntungkan para pengusaha, dan penguasaan lahan oleh oligarki. 


Sistem saat ini cenderung bergerak di bidang ekonomi nonriil, terangnya, seperti pasar uang atau suku bunga. Sektor nonriil tentu tidak dapat menyerap tenaga kerja dengan maksimal. Sementara itu, sektor riil justru tersingkirkan dan bertumbangan, padahal sektor inilah yang mampu menyerap tenaga kerja yang maksimal.


Permasalahan ini, tegasnya, menjadi sebuah kegagalan sistemik dalam sistem kapitalisme. Kesenjangan kian lebar dan kekayaan hanya dimiliki oleh segelintir orang. Data menunjukkan 50% aset nasional hanya dimiliki oleh 1% orang. 


Berbagai solusi yang dirasa cepat dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan pengangguran pun nyatanya tak menemukan titik terang penyelesaian masalah ini. Kolaborasi antara Disnaker dengan pengusaha dan perguruan tinggi pun tetap tak mampu mengurangi secara signifikan tingkat pengangguran, papar Hanin. 


Sementara itu, dr. Estyningtias sebagai pemateri kedua mengungkapkan bahwa pengangguran dapat berdampak pada peningkatan kemiskinan, gangguan mental, dan gangguan sosial. Tatkala masyarakat tak mampu memenuhi kebutuhannya, maka akan berdampak pada kesehatan mental seperti stres dan depresi. Selain itu, kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi dapat membuat seseorang melakukan hal-hal kriminal yang menjadi gangguan sosial. Sehingga, permasalahan ini menjadi permasalahan komunal.


Mengenai realita pengangguran, dr. Estyningtyas menjabarkan tiga kategori penggangguran, yakni pengangguran ketidakcakapan yaitu orang yang tidak mampu bekerja; pengangguran pilihan yang merupakan orang dengan etos kerja rendah; dan terakhir adalah pengangguran terbuka yaitu orang yang mampu bekerja tetapi lapangan pekerjaan tak tersedia. 


Islam sebagai Solusi Pengangguran Tinggi


Hanin berpendapat bahwasannya kegagalan sistemik ini perlu diatasi oleh solusi yang juga sistemik, yaitu dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam, negara berkewajiban menjamin kebutuhan rakyat. Peran negara hadir memberikan pengarahan dan bantuan fasilitas untuk rakyat yang memiliki kewajiban bekerja dan mencari nafkah. Negara membantu menyediakan pelatihan menambah skill dan kemampuan serta memberikan bantuan modal tanpa riba untuk rakyat. 


Selain itu, negara memberikan fasilitas terbaik di bidang pendidikan dan kesehatan yang didapatkan oleh rakyat secara gratis. Sehingga, para kepala keluarga hanya perlu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk keluarganya. Hal ini akan efektif dilakukan guna memberantas kemiskinan. Sebab, tanggungan kepala keluarga hanya memenuhi kebutuhan primer saja. Khalifah juga mengatur kepemilikan umum dan kepemilikan khusus agar sumber daya alam tidak dikuasai oleh perorangan, tetapi dapat dikelola oleh negara untuk pemenuhan kebutuhan rakyat, urainya.


Sedangkan dr. Estyningtyas menjabarkan tentang peran sentral negara dalam penyelesaian masalah tingginya angka pengangguran adalah solusi utama. Seperti yang dikisahkan dalam hadis Anas bin Malik, bahwa Rasul mengajarkan seseorang yang meminta-minta untuk belajar bekerja. Rasul bertanya apa yang dimiliki pria tersebut di rumahnya, lalu Rasul memerintahkan ia membawa barang tersebut dan menjualnya. Hasil penjualannya setengah Rasul belikan kebutuhan, setengah sisanya ia belikan kapak agar pria tersebut dapat gunakan untuk mengelola kayu dan dijual. 


Dalam hadis tersebut dapat ditinjau bahwa Rasul sebagai kepala negara kala itu mengajarkan cara bekerja, membantu mencari modal, dan mengajarkan untuk menghindari sikap malas dan meminta-minta. Itulah contoh langsung dari Rasulullah bagaimana peran negara dalam perekonomian rakyat.


Ia menegaskan bahwa penerapan sistem ekonomi Islam dapat menuntaskan masalah pengangguran seperti yang diajarkan Rasulullah. Ekonomi Islam mengatur sistem upah, di mana pemberi dan penerima upah memiliki kesetaraan, sehingga kerja sama dilakukan dengan sukarela. Berbeda dengan hari ini, tak ada sistem upah, sehingga para pengusaha dapat semena-mena memberikan upah minimum dan para pekerja tak mampu menolak sebab sulitnya mencari pekerjaan lain. Lebih dari itu, Islam mengatur bentuk-bentuk kerja sama sehingga setiap orang yang terikat kerja sama memiliki perlindungan hukum yang sama dalam negara.


Negara harus meningkatkan sistem Pendidikan, menurutnya, agar output yang dihasilkan memiliki kemampuan dan kemahiran di berbagai bidang keilmuan. Selanjutnya, dengan kemampuan yang dimiliki oleh output lulusan pendidikan, negara akan menerapkan strategi penggunaan teknologi guna melebarkan sayap dalam keilmuan dan kemajuan. Dalam hal lain, negara akan mengelola baitulmal sesuai syariat dan rakyat yang akan memulai usaha dapat menggunakannya sebagai modal tanpa riba. 


Dr. Esty menyampaikan, selain peran negara, dibutuhkan juga dukungan swasta. Swasta berperan memberikan lapangan pekerjaan dan bekerja sama untuk mengembangkan harta dan kemampuan diri. Selain itu, tutup dr. Esty mengakhiri pemaparannya, guna meningkatkan kualitas pekerja dan masyarakat secara keseluruhan, diperlukan adanya dakwah Islam untuk pembentukan karakter masyarakat agar memiliki etos kerja yang tinggi, sadar akan tanggung jawab dan hakikat hidup, serta memiliki orientasi akhirat yang lebih dominan.[Nur] 

Posting Komentar

0 Komentar