Mubaligah Jakarta: Kesempurnaan Islam Luar Biasa

 


#Reportase — Dirosah Syar’iyyah Syahriyyah (DSS) kembali diselenggarakan pada Sabtu (23/08) di Jakarta. Agenda ini dihadiri oleh puluhan mubaligah, ketua dan pengurus berbagai majelis taklim se-Jakarta. Seorang daiyah dari Muslimat Center Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII), Syarifah Syahidah dan mubaligah dari Tangerang, Hanin Syahidah, menjadi narasumber pada agenda yang mengangkat tema “Perisai Umat yang Hilang”.


Syarifah Syahidah sebagai narasumber pertama mengulas secara kritis kondisi pemimpin dan aturan yang diterapkan saat ini, meski mereka beragama Islam, tapi mereka malah menjadi pemimpin thaghut. Seorang pemimpin, menurutnya, harus menjadi pengarah akidah dan syariat umat. Islam dibentuk tidak hanya di masjid-masjid saja, tapi harus dibentuk di istana negara sehingga melahirkan pemimpin sebagai perisai —umat berlindung dibelakangnya. Namun, sesalnya, pemimpin saat ini bukan menjadi perisai bagi umat tapi malah menjadi perisau umat.


Daiyah yang rutin membina lapas rutan ini melanjutkan bahwa dalam sejarah umat Islam peran pemimpin terhadap arah akidah umat sangat berpengaruh. Rasulullah saw. tidak hanya berdakwah di masjid tetapi juga memimpin pemerintah di Madinah. Kepemimpinan beliau saw. memastikan hukum Allah ditegakkan, tauhid dijaga, dan umat terlindung dari fitnah syirik serta penjajahan pikiran.


Ketika pemimpin beriman, tegasnya, umat akan diarahkan kepada ketaatan. Namun, ketika pemimpin lemah akidahnya dan tunduk pada musuh Islam maka arah umat akan bergeser bukan menuju surga tetapi menuju kehancuran.


Terakhir, ia menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi para pemimpin saat ini yang menjadi pelindung thaghut yaitu para penguasa yang menolak syariat Allah. Mereka lebih memilih aturan buatan manusia yang mengarah kepada kehancuran dan kerusakan di mana-mana. Maka wajib bagi kita memperjuangkan pemimpin yang beriman agar menjadi penjaga tauhid dan menerapkan syariat Islam, tutupnya.


Narasumber kedua yaitu Hanin Syahidah mengungkapkan bahwa pemimpin pada masa kekhilafahan Islam adalah seorang pemimpin yang tidak bisa tidur karena memikirkan rakyatnya. Sedangkan sekarang malah kebalikan, rakyatnya tidak bisa tidur karena kebijakan yang dibuat oleh pemimpin, ujarnya.


Hanin menjelaskan bahwa Allah Swt. sudah menyampaikan kepada manusia bahwa Islam adalah agama yang sempurna sebagaimana yang tertera dalam Surah Al-Maidah Ayat 3. Maka menerapkan syariat Islam tidak boleh dipilah-pilah karena Islam bukan prasmanan. Akidah dan syariat, urainya, bukan hanya mengatur masalah hubungan dengan Allah tetapi juga masalah hubungan dengan manusia seperti; pendidikan, ekonomi, kesehatan, uqubat, politik (pemerintahan) termasuk bagaimana menjadi seorang pemimpin dalam Islam.


Ia menjelaskan dalam sistem Islam seorang pemimpin wajib menerapkan hukum yang Allah tetapkan bukan hukum buatan manusia. Akibat seorang pemimpin tidak menerapkan hukum Allah, tegasnya, banyak sekali kejahatan yang ditimbulkan seperti, penyimpangan seksual yang dilakukan seorang ayah terhadap anaknya, saudara kandung dan inces yang sempat viral beberapa waktu lalu dengan adanya grup fantasi sedarah. Bencana yang terjadi saat ini, bisa jadi merupakan teguran dari Allah, jelasnya, sebagaimana dahulu masa kekhilafahan Umar mengalami gempa di Hijaj sehingga Umar mengatakan kepada masyarakat untuk segera bertaubat karena itu adalah bentuk peringatan supaya kita kembali kepada hukum Allah.


Begitu juga kezaliman lainnya yang sangat miris seperti korupsi yang kian menjamur di negeri ini yang telah dilakukan para pejabat negara sendiri. Mereka bukannya diberi sanksi berat malah dilindungi dan diberi ampun. Posisi pemimpin, lanjutnya, membutuhkan sistem Islam kafah yang seorang pemimpinnya adalah Khalifah. Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadis, “Dahulu Bani Israil diurus oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal ia digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak ada nabi sesudah aku. Yang akan ada adalah para khalifah dan mereka banyak”. Para sahabat bertanya, "lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?" Nabi bersabda, "penuhilah baiat yang pertama. Berikanlah kepada mereka hak mereka. Sesungguhnya Allah SWT. akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa yang diminta agar mereka mengurusnya.” (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Ibnu Majah)


Dalam sistem Islam, pelaku koruptor tangannya harus dipotong oleh seorang khalifah yang diwakilkan kepada petugasnya. Sehingga yang lain tidak lagi berani melakukannya. Hanin menekankan bagaimana kemudian agar sistem Islam diterapkan oleh seorang pemimpin adalah dengan dakwah secara berjemaah dan peran dakwah adalah untuk menyadarkan umat agar tidak ada lagi kezaliman yang merajalela di negeri ini. Akidah dan syariat merupakan kewajiban yang Allah perintahkan untuk diterapkan di tengah-tengah umat.


Kemudian, lanjut Hanin, tugas mubaligah dan tokoh-tokoh umat saat ini adalah mengoreksi penguasa yang tidak mencerminkan kepribadian sebagai seorang muslim dan tidak menerapkan sistem syariat Islam. Selanjutnya menjadi pembina dan pejuang dakwah sebagai penggerak di wilayahnya masing-masing serta melahirkan kader-kader dakwah yang menerapkan Islam secara kafah. Sebagaimana Rasulullah saw. contohkan kepada umatnya dengan membangun ekosistem Islam. Terakhir, Hanin mengutip pernyataan dari Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin yaitu agama dan negara bagaikan saudara kembar yang keduanya lahir dari satu sumber.


Para peserta yang hadir menyepakati bahwa akar masalah dari pemimpin yang zalim dan kerusakan yang terjadi adalah karena bangsa ini masih menerapkan sistem kapitalisme yang berasal dari buatan manusia. Mereka juga sepakat akan kesempurnaan Islam yang luar biasa.[sh]

Posting Komentar

0 Komentar