Ummu Nida
#Wacana — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Yahya Cholil Staquf menyampaikan permohonan maaf atas undangan akademisi asal
Amerika Serikat, Peter Berkowitz yang berlatar belakang Zionis Israel yang kerap kali mendukung agenda
penjajahan di Palestina
(cnnindonesia.com, 28/08/2025). "Hal ini terjadi semata-mata karena kurang cermatnya saya dalam melakukan seleksi mengundang
narasumber," ujar Yahya—dikutip dari Antara.com (28/8).
Nahdlatul Ulama sebagai Ormas terbesar di Indonesia langkah yang
dilakukannya sangat mencederai perasaan umat Islam di Indonesia yang terus menyuarakan solidaritasnya pada saudara
muslim Palestina. Terlebih, saudara muslim
Palestina merasakan kekecewaan yang sangat mendalam.
Kecaman juga datang dari lembaga di Palestina yaitu Baitul Maqdis Institute
karena telah memberi ruang terbuka bagi seorang pembela agresi militer Israel menguasai Palestina dengan genosida yang
terus berlangsung.
Perasaan sensitivitas dan kritis mulai pudar pada diri
petinggi ormas maupun akademisi. Zionis Israel melakukan genosida
didukung oleh Amerika Serikat terhadap kaum muslim Gaza memenuhi ruang
berita di media sosial ataupun media mainstrem tidak mampu mengubah rasa empati dan keprihatinan—menjadi keprihatinan mendalam. Seharusnya sikap seorang muslim terhadap negara
yang memerangi kaum muslimin, sesuai ketetapan Allah adalah hanya hubungan perang, tetapi karena terpengaruh dengan pemikiran
toleransi, liberalisme—umat Islam tidak memiliki sikap yang tegas
terhadap penjajah. Sementara itu, UUD 45
mencantumkan dalam pembukaan bahwa: “Penjajahan di dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan keadilan.” Ini sebatas hanya slogan semata, tak memberi pengaruh pada diri sekelas petinggi ormas.
Para petinggi ormas maupun akademisi jangan merasa bangga ketika
mampu menghadirkan narasumber seminar dari tokoh politik, seorang akademisi yang berasal dari Amerika Serikat.
Mereka membawa pemikiran yang mengancam akidah umat Islam tanpa disadari, mereka membawa agenda terselubung bagi pemikiran umat Islam terlebih dengan calon pemimpin ormas.
Amerika Serikat kiblat sistem demokrasi untuk seluruh dunia.
Namun, fakta sistem demokrasi ini banyak
memunculkan kerusakan—sudah tampak di mana-mana. Demokrasi dengan anak kandung sekularisme sangat berbahaya bagi akidah umat Islam, yang
menjadikan umat Islam tidak mampu bersikap terhadap
penjajah, dengan melakukan kompromi atas nama akademik, saling bertukar pengetahuan, ataupun kerjasama
dalam organisasi.
Syariat Islam dengan tegas melarang kaum muslimin untuk melakukan hubungan
apa pun terhadap kafir penjajah, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an Surah Al-Mumtahanah Ayat 1, “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman setia.”
Umat Islam memiliki sumber tsaqafah Islam sangat
lengkap, apa pun bisa digali dari
sumber tersebut. Contoh yang sangat jelas dilakukan Rasulullah dengan pembinaan Islam hingga mampu melahirkan para pemimpin dunia yang hebat,
disegani oleh negara-negara besar saat itu. Dalam memimpin masyarakat,
menebarkan keadilan dan kesejahteraan yang tidak bisa tercapai oleh bangsa
lain. Keadilannya sangat dirasakan baik muslim atau nonmulslim dan diakui para sejarawan dunia.
Kita harus sadari bahwa tsaqafah Barat, yaitu pemikiran-pemikiran ideologi sekularisme yang diemban saat ini oleh negara adidaya
Amerika Serikat, sangat berbahaya mengancam akidah Islam. Akal dijadikan sumber dalam menetapkan hukum, mengatur segala aspek
kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi, pendidikan, bernegara, hubungan luar
negeri, semua berlandaskan sekularisme—peran Pencipta dijauhkan. Kita bisa saksikan
kerusakan merata diseluruh penjuru dunia, sementara umat masih percaya bahwa sistem sekularisme demokrasi memberikan harapan kebaikan.
Saatnya kita tinggalkan apa pun pemikiran yang
berasal dari ideologi Barat yang sekuler hari ini. Hanya dengan kembali untuk mempelajari Islam
secara kafah, akan memberikan kebaikan, baik dalam
metode pengkaderan pemimpin umat, dalam sistem pendidikan, yang lebih mendasar
Islam akan diemban oleh negara sebagai amanah dakwah dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Dengan izin Allah akan terwujud kembali. Harus menjadi road
maps bersama di antara gerakan-gerakan Islam bahwa
mewujudkan kembali kemuliaan Islam kafah dalam kehidupan menjadi agenda utama dalam berbagai
kegiatan dakwah.[]
0 Komentar