Penderitaan Gaza Meningkat: Umat Wajib Meningkatkan Kesadaran Solusi Hakiki



Annisa Suciningtyas


#Wacana — Derita Gaza makin bertambah seiring meningkatnya kejahatan yang dilakukan Zionis. Militer Israel kembali mendesak warga sipil Palestina di Kota Gaza untuk mengungsi ke wilayah selatan, khususnya menuju pesisir Khan Younis. Peringatan ini muncul setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan di wilayah pinggiran kota utara yang sudah digempur selama berminggu-minggu. Seperti yang dilaporkan Republika.co.id (06/09/2025), penguasaan wilayah utara Kota Gaza sangat penting karena diyakini sebagai basis operasional Hamas. Israel juga menilai bahwa kontrol atas kota ini menjadi kunci untuk mengalahkan kelompok militan tersebut.


Dukungan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bahkan makin memperkuat langkah Zionis untuk segera mengambil alih Gaza. Dari portal berita Reuters.com (07/02/2025), Trump secara terbuka mengatakan bahwa Israel akan menyerahkan Gaza ke Amerika Serikat setelah perang berakhir dan penduduknya akan dipindahkan ke wilayah lain yang lebih aman.


Tentu saja pernyataan Trump tersebut menuai kritik internasional. Meski begitu Menteri Pertahanan Israel, Katz, mendukung rencana Trump tersebut. Dirinya mengatakan bahwa warga Gaza harus diberi kebebasan untuk pergi dan bermigrasi. Militer Israel akan diperintahkan untuk mempersiapkan berbagai opsi dalam mendukung kebebasan warga Gaza untuk pergi.


Akhirnya, dampak dari pernyataan Trump ini berpengaruh terhadap gencatan senjata yang masih belum jelas. Banyak orang Palestina takut jika tidak akan pernah bisa kembali, mengingatkan tragedi Nakba 1948 ketika ratusan ribu orang terusir dari rumah mereka ketika Zionis Yahudi ingin mendirikan negara Israel di Palestina.


Mengutip dari laman Ochaopt.org (04/09/2025), mengabarkan bahwa banyak bantuan masih tersendat atau terkena hambatan di lapangan. Banyak warga yang kekurangan akses terhadap pelayanan kesehatan, air bersih, sanitasi, dan kebersihan, terutama di area pengungsian. Warga yang berusaha mengakses bantuan makanan juga banyak yang menjadi korban. Hingga 3 September, korban tewas yang terkait dengan pengambilan bantuan diperkirakan 2.339 orang dan lebih dari 17.070 orang terluka. 


Jelas saja apa yang Zionis lakukan membuat dunia Internasional marah. Sebagian manusia di dunia tidak bisa mentoleransi kejahatan Zionis. Atas nama kemanusian mereka melakukan berbagai upaya untuk memasukkan bantuan ke Gaza. Mereka mengumpulkan uang dan bantuan untuk misi Global Sumud Flotilla, gerakan ini terdiri dari beberapa aktivis di berbagai negara. Tujuan misi ini hanya satu menembus blokade Gaza yang selama hampir dua dekade mengekang arus barang dan manusia. (rri.co.id, 02/09/2025)


Dengan semua fakta yang ada, tetap saja penguasa negeri-negeri muslim menutup rapat pintu perbatasan Rafah dan tidak ada satu pun dari mereka mengerahkan bala tentaranya. Sekalipun banyak para aktivis dari berbagai negara melakukan misi kemanusian hanya supaya dapat menembus blokade Gaza. Para penguasa-penguasa negeri-negeri muslim itu tidak bergeming sedikit pun. Mereka lebih takut kehilangan kekuasaan daripada menyelamatkan saudara muslimnya di Palestina.


Berbagai kecaman, kutukan, dan diplomasi simbolis di forum internasional ternyata tidak mampu menahan kebrutalan Zionis. Bahkan, gagasan solusi dua negara yang terus dipromosikan tidak menjamin kebebasan Palestina dari penjajahan. Pada hakikatnya, solusi dua negara sama dengan menyerahkan tanah Palestina kepada Zionis Yahudi, yang berarti melegalkan perampokan tanah kaum muslim.


Sesungguhnya apa yang terjadi di Palestina bukan hanya sekadar isu kemanusiaan belaka. Namun, sebuah persoalan politik yang membutuhkan solusi hakiki. Islam sendiri telah memberi solusi syar’i untuk menumpas penjajahan di seluruh dunia, yakni hanya satu solusi yaitu dengan jihad. Karena penerapan jihad fisabilillah akan mampu menjaga keselamatan dan kehormatan kaum muslim.


Meski jihad telah dilakukan oleh kaum mujahidin di Palestina. Namun, kekuatan mereka tidak sepadan dengan kekuatan Zionis. Terlebih lagi Zionis didukung oleh negara kapitalisme Amerika Serikat, dijaga oleh lembaga internasional, dan dibiarkan oleh penguasa negeri Arab dan muslim.


Cara yang tepat untuk menumpas dan mengakhiri penjajahan adalah dengan mengusir para penjajah. Mengusir penjajah membutuhkan upaya perlawanan secara militer, yakni memerangi penjajah hingga mereka takluk dan menyerah. Menghadapi penjajah haruslah dengan fasilitas dan sarana sebagaimana menghadapi peperangan antara negara dengan negara, bukan negara dengan kelompok. Maka dari itu hanya dengan penerapan sistem Khilafah saja seluruh kekuatan militer kaum muslimin di seluruh dunia mampu disatukan.


Jihad dan Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam yang diwariskan Rasulullah saw. Sudah sejak 1300 tahun Daulah Khilafah berdiri dengan kokoh dan selama itu kaum muslimin memiliki perisai yang mampu melindungi mereka.


Di zaman sekarang, janji Allah mengenai Khilafah tetap harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Kewajiban dan urgensinya tidak bisa diabaikan, baik dari sisi teks agama maupun kondisi nyata umat Islam. Khilafah menjadi harapan untuk pembebasan dan kehormatan, termasuk membebaskan Tanah Gaza Palestina dari penjajahan melalui komando Khilafah dalam jihad fisabilillah. Terwujudnya kepemimpinan Khilafah hanya bisa dicapai melalui dakwah yang membangun kesadaran politik dan ideologis umat, bukan sekadar merebut kekuasaan atau menggunakan kekerasan semata. Wallahualam bissawab.[]

Posting Komentar

0 Komentar