Refi Oktapriyanti
#Wacana — Ramai soal pencopotan
kepala sekolah oleh seorang
wali kota
secara sepihak, tentu ini bukan sekadar isu jabatan, tapi menyangkut rasa
keadilan. Arlan seorang Wali Kota Prabumulih Sumatera Selatan terancam dijatuhi
sanksi dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) usai memutasi Kepala Sekolah
SMP Negeri 1 Prabumulih,
Roni Ardiansyah.
Arlan sempat
membantah isu pencopotan satpam dan kepala sekolah SMP Negeri 1 Kota
Prabumulih, Sumatera Selatan, melibatkan masalah anaknya, setelah itu
mengakuinya. Kemendagri akan memberi teguran yang bersifat tertulis terkait isu
ini.
Setelah adanya
kasus itu, Sang Mahendra Jaya Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendagri mengaku
langsung diinstruksikan Menteri dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian melakukan
pembinaan, pada Selasa (16/09/2025) malam hari. Ketika itu
juga, ia mengaku langsung menghubungi inspektur daerah setempat untuk
memastikan kebenaran kejadian tersebut.
Keputusan wali
kota Prabumulih yang mencopot jabatan kepala sekolah dan satpam secara sepihak mencerminkan pola
kepemimpinan yang lahir dari sistem kapitalisme—kekuasaan sering
dipraktikkan
dengan semena-mena.
Dalam sistem
kapitalisme, jabatan dan posisi publik tidak lagi dipandang sebagai amanah untuk melayani
masyarakat, melainkan sekadar alat untuk memperkuat citra, memperluas pengaruh, dan hanya mengamankan
kepentingan sepihak saja. Kepala sekolah dan satpam seharusnya
dihargai atas kontribusi mereka dalam pendidikan dan keamanan lingkungan.
Tetapi dalam kapitalisme, manusia hanya dijadikan alat produksi yang bisa
diganti kapan saja, tanpa pertimbangan keadilan, bahkan tidak berdasarkan
prosedur yang telah ditetapkan.
Keputusan sepihak
ini semacam ini tidak lahir hanya dari ruang yang kosong. Akan tetapi buah dari sistem yang
menjadikan kekuasaan sebagai sarana untuk eksistensi diri, bukan sebagai
tanggung jawab untuk mengayomi. Sistem kapitalisme telah membentuk pola pikir
bahwa rakyat
dan aparatur hanyalah bawahan yang siap digeser sesuai kepentingan penguasa,
tanpa mekanisme transparan dan tanpa penghormatan pada nilai kemanusiaan.
Seharusnya seorang
pemimpin adalah pelayan rakyat, bukan penguasa yang memandang bawahan sebagai
kartu yang bisa dicabut kapan saja. Namun, akan terus terjadi berulang selama
sistem kapitalisme ini diterapkan pada saat sekarang. Sistem inilah yang melahirkan
kepemimpinan pragmatis, otoriter, dan jauh dari prinsip keadilan.
Islam solusi hakiki.
Dalam Islam, jabatan merupakan amanah yang akan
dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah. Pemimpin adalah pelayan, bukan
penguasa yang menggunakan jabatannya hanya untuk kepentingannya sendiri.
Rasulullah saw.
bersabda, “Imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat, dan ia akan diminta
pertanggungjawaban atas urusannya." (Hadis Riwayat Bukhari Muslim)
Karena itu, untuk
menyelesaikan problematika umat yang sedang terjadi saat ini, hanyalah
Islam satu-satunya sebagai solusi dan hanya Islam agama satu-satunya yang Allah
ridai.
Perlu
adanya institusi Islam
sebagai wadah untuk tegaknya syariat Islam supaya mampu menerapkan aturan
secara paripurna.[]
0 Komentar