Siti Rima Sarinah
#MutiaraAl-Qur'an — Semua orang ingin memiliki kekuasaan, baik kekuasaan secara individu maupun kekuasaan secara kolektif. Kita bisa melihat begitu banyaknya orang yang berlomba-lomba berebut kekuasaan. Jadi kepala daerah, pejabat negara, bahkan penguasa negeri ini. Walaupun untuk meraih kekuasaan itu harus dibayar dengan harga yang tidak murah, tak menghentikan langkah seseorang untuk meraih ambisi kekuasaan. Dengan kekuasaan seseorang bebas melakukan apa saja yang ia inginkan, apakah kekuasaan itu kebaikan atau sebaliknya. Apa pun pilihan seseorang yang memanfaatkan kekuasaannya, tentu semuanya ada konsekuensi yang harus ia pertanggungjawabkan.
Allah Swt. berfirman yang artinya, ”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikulnya amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." (Surah Al-Ahzab Ayat 72)
Ayat di atas adalah penegasan terkait amanah yang diberikan kepada seseorang, baik harta maupun kekuasaan. Amanah harus dijalankan dan hanya diberikan kepada orang mampu untuk melaksanakannya. Apabila ia lalai atau menggunakan amanahnya dengan sewenang-wenang berbuat tidak adil atau zalim kepada orang lain, maka betapa berat balasan yang kelak ia dapatkan.
Hal senada di sampaikan Rasulullah saw. melalui sabdanya, dari Abu Dzar ia berkata, ”Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku kekuasaan?” Lalu beliau memegang pundakku dengan tangannya, kemudian bersabda, "Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Dan kekuasaan itu adalah amanah, dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu." (Hadis Riwayat Muslim)
Dalam hadis ini ditegaskan bahwa tidak layak kekuasaan dan kepemimpinan diberikan kepada orang yang lemah dan tidak memiliki kemampuan atau tidak memiliki keahlian di dalamnya. Oleh karenanya, amanah sangat berat dan hanya diberikan kepada seseorang yang mampu menjalankannya dengan adil dan tidak berbuat khianat.
Tidak dimungkiri, fakta yang tampak di hadapan kita hari ini begitu banyak kita melihat orang-orang yang diberi amanah kekuasaan padahal mereka tidak layak atau tidak mampu untuk mengembannya. Ambisi kekuasaan dan harta telah menyilaukan mata manusia dengan berani mengambil amanah kekuasaan demi ambisi duniawi. Bahkan mereka tak segan-segan menghalalkan segala cara agar kekuasaan itu bisa diraih.
Tatkala kekuasaan berada dalam genggamannya, ia pun menjadi sosok yang menggunakan kekuasaan untuk menzalimi rakyat. Padahal rakyatlah yang memilih mereka untuk memperjuangkan hak-hak rakyat melalui lisan mereka. Membuat hukum dan aturan untuk kepentingan mereka sendiri dengan mengabaikan kepentingan rakyat. Belum lagi, perkataan dan sikap mereka yang kerap kali melukai hati rakyat.
Dengan kekuasaan mereka bisa menghukum rakyat tak bersalah, mencopot jabatan seseorang yang tidak disukai dengan alasan sepele, dan memandang rakyat dengan sebelah mata hanya karena rakyat meminta hak-haknya untuk dipenuhi. Inilah potret nyata kekuasaan yang diberikan kepada orang yang salah, sehingga melahirkan banyak kezaliman dan penderitaan yang dirasakan oleh rakyat.
Mereka adalah produk sistem yang menihilkan agama dalam ranah kehidupan (sekularisme). Agama tidak boleh ikut campur dalam ranah kekuasaan dan hanya menjadi masalah pribadi bagi individu semata. Alhasil, berbagai persoalan kehidupan bermunculan tak henti-henti, mengakibatkan kehidupan rakyat makin sulit karena dipimpin dengan orang yang tidak layak mendapatkan amanah kekuasaan.
Mereka lupa atau sengaja melupakan bahwa apa yang mereka lakukan terhadap amanah yang mereka emban kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Apakah mereka mampu menahan pedihnya siksa neraka sebagai balasan setimpal terhadap kezaliman yang mereka lakukan kepada rakyatnya? Akankah sang penerima amanah ini sadar akan amanahnya yang ia pikul sangat berat dan berbahaya, yang langit dan bumi pun tak sanggup untuk memikulnya?
Seluruh umat Islam pun harus menyadari untuk pandai-pandai memilih dan memilah seseorang yang diyakini bisa mengemban amanah. Jangan terkecoh dengan bujuk rayu dan janji manis karena semua itu adalah madu berbalut racun. Sudah cukup kita berada dalam kungkungan pemimpin yang tidak amanah dan zalim, karena kitalah yang merasakan hal tersebut.
Tentu kita mendambakan seseorang yang mampu mengemban amanah langit dengan landasan iman dan takwa. Amanah kekuasaan yang diembannya membuat dirinya senantiasa berhati-hati terhadap apa yang ia lakukan. Ketakutan akan siksa dan pertanggungjawaban di hari akhir, cukuplah menjadi alarm baginya untuk senantiasa bersungguh-sungguh melaksanakan amanah yang dipercayakan kepadanya.
Oleh karena itu, seluruh umat Islam harus cerdas dan pandai dalam memilih pemimpin yang amanah. Karena kita pun akan dimintai pertanggungjawaban apabila salah dalam memilih pemimpin. Selayaknya untuk senantiasa terus mengkaji, mengamalkan, dan mendakwahkan Islam harus bagian dari aktivitas keseharian setiap muslim. Meyakini hanya dengan Islam setiap problem kehidupan bisa diatasi, termasuk menghadirkan sosok pemimpin amanah, yang mendedikasikan dirinya untuk kemaslahatan umat manusia. Wallahualam.[]
0 Komentar