Ummu Fathin
#Wacana — Kabar duka datang dari Sidoarjo, Jawa Timur. Menjelang hari Santri 22 Oktober 2025, Musala Pesantren al-Khoziny di daerah Buduran, ambruk sekitar pukul 15.00 WIB, pada hari Senin, 29 September 2025. Waktu tersebut bertepatan dengan pelaksanaan salat Ashar. Pengecoran lantai 4 ditengarai menjadi penyebab ambruknya bangunan karena tak sanggup menyangga beban. Sedangkan di lantai dasar ratusan santri putra sedang melaksanakan salat Ashar berjemaah. Tak pelak ratusan santri menjadi korban dan kepanikan langsung terjadi. Proses evakuasi melibatkan BPBD, TNI, dan Tim SAR gabungan, juga belasan ambulans yang bersiaga di lokasi. (Hidayatullah.com, 30/09/2025)
Ambruknya bangunan Musala Pesantren al-Khoziny tersebut bukanlah kali pertama ambruknya bangunan sekolah. Banyak kasus terjadi, di antaranya: atap SMK Negeri 1 Cileungsi, Kabupaten Bogor, ambruk tiba-tiba melukai puluhan siswa dan guru pada Rabu, 10 September 2025 lalu (detik.com, 1/09/2025). Di Cirebon pada tanggal 10 Desember 2024, atap beberapa ruangan kelas SMPN 1 Talun, tiba-tiba ambruk dan melukai para siswa (DetikJabar, 10/12/2024). Di wilayah Jakarta sendiri, murid TK 01 Tambora, Jakarta Barat, terpaksa meminjam ruangan sekolah lain untuk kegiatan belajar mengajar, karena bangunan sekolah mereka sudah ambruk. Sementara atap sekolah sudah ambruk sejak 2019 tapi hingga Maret 2025 belum diperbaiki (MetroTV, 27/03/2025).
Kasus ambruknya atap sekolah, bangunan sekolah yang tak layak pakai sudah banyak dan seringkali terjadi. Ambruknya Ponpes al-Khoziny mencuat karena banyak memakan korban luka bahkan meninggal. Para orang tua santri menganggap kejadian tersebut adalah takdir. Tanpa menafikan masalah takdir, ada hal lain yang seharusnya menjadi perhatian: kenapa bangunan musala ambruk dan juga hal serupa banyak terjadi? Karena yang menjadi korban adalah anak negeri, generasi penerus yang kita harapkan akan membawa negeri ini kepada kehidupan yang lebih baik.
Pentingnya Pendidikan
Menuntut ilmu adalah hal yang harus dilakukan untuk menghilangkan kebodohan. Bahkan Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis, "Menuntut Ilmu adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin." (Hadis Riwayat Ibnu Majah)
Karena merupakan kewajiban bagi seluruh muslim, maka di masa Kekhilafahan Islam, negara adalah pihak yang paling bertanggung jawab untuk penyediaan dan penyelenggaraan serta pembiayaan pendidikan. Termasuk di dalamnya adalah penyediaan sarana dan prasarana, gaji pendidik, dan infrastruktur. Hal ini mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah saw. pada para tawanan perang Badar. Para tawanan menebus dirinya dengan mengajari 10 orang Anshar. Hal inilah yang menjadi pijakan bahwa negara yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Karena setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah saw. di samping sebagai utusan Allah, beliau juga seorang pemimpin di Madinah.
Di masa Khalifah Umar bin Khathab r.a., beliau memberikan gaji guru sebesar 15 dinar. 1 dinar setara dengan 4,25 gr emas. Jika harga emas Antam saat ini berkisar 1,9 juta, maka gaji guru di masa Umar setara dengan Rp121 juta. Jumlah yang fantastis jika dibandingkan dengan gaji guru saat ini. Sejak abad ke IV H, para khalifah menyediakan pendidikan gratis bagi rakyatnya. Membangun berbagai perguruan tinggi yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti asrama, perpustakaan, auditorium, dan tak lupa perumahan dosen serta ulama.
Sultan Muhammad Al Fatih di era Khilafah Utsmani juga melakukan hal yang sama, membangun sekolah-sekolah dengan segala sarana yang dibutuhkan. Negara yang bertanggung jawab menjamin setiap rakyatnya bisa dan mudah mengenyam pendidikan tanpa membedakan si kaya dan si miskin. Melihat pengurusan pendidikan di masa Khilafah, negara melakukan berbagai upaya untuk memberikan layanan terbaik bagi rakyatnya, termasuk masalah pendidikan. Hal tersebut tumbuh dari kesadaran bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban, dan mereka yang berpendidikan adalah aset yang amat berharga.
Sungguh tak bisa dimungkiri bahwa sejarah telah banyak mencatat lahirnya banyak ilmuwan Islam yang tidak hanya menguasai 1 bidang keahlian saja, tetapi berbagai keahlian sekaligus. Hal tersebut bisa terwujud karena negara hadir dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya untuk dapat memperoleh pendidikan yang mudah, murah, dan berkualitas.
Ponpes al-Khoziny adalah salah satu ponpes yang berupaya menjawab panggilan hadis Rasulullah saw. tentang menuntut ilmu. Hanya bedanya, ponpes kebanyakan membiayai operasionalnya sebagian besar dari para wali santri dan yayasan. Berupaya semampunya untuk tetap dapat berikan pendidikan dengan kemampuan yang ada. Wali santri pun akan berikan yang terbaik karena telah menitipkan anaknya untuk belajar Al-Qur’an, hadis, dan lain sebagainya kepada pihak pondok. Wali santri memiliki harapan bahwa anaknya kelak akan menjadi bagian dari keluarga Allah Swt. sebagai penghafal Al-Qur’an, ahli tafsir, ustaz yang akan mencerahkan umat dengan Islam dan banyak harapan lain yang dilangitkan.
Namun, kini kenyataan hadir dengan menyisakan kesedihan yang mendalam. Bangunan musala yang ambruk dan menimpa ratusan santri yang tengah salat Ashar berjemaah, memaksa negara pada saat itu hadir untuk melakukan evakuasi tubuh-tubuh terluka, tak lengkap bahkan meninggal dunia. Negara hadir menyaksikan hilangnya aset berharga negeri ini. Mendoakan serta memberikan kekuatan kepada wali santri yang kehilangan anaknya untuk bersabar dan ikhlas menerima musibah ini. In syaa Allah ada kebaikan di setiap ujian yang datang.
Kejadian ini semoga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa ada masalah besar yang harus dibenahi dalam musibah ambruknya Musalla Ponpes al-Khoziny dan juga sekolah-sekolah lainnya. Agar tak ada lagi anak bangsa yang menjadi korban karena sesungguhnya itu adalah kehilangan yang amat berharga bagi para orang tua, terlebih lagi bagi bangsa ini. Masalah yang tidak bisa hanya diselesaikan oleh individu per individu atau kelompok masyarakat. Masalah tersebut hanya akan bisa diselesaikan secara tuntas dengan hadirnya mereka yang punya kewenangan mengurus kebutuhan rakyatnya—hadirnya penguasa. Karena penguasalah yang memiliki banyak kemampuan untuk berikan layanan terbaik bagi seluruh rakyatnya. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para khalifah di masa kejayaan Khilafah Islamiah. Wallahualam bissawab.[]
0 Komentar