Nurjanah
#Wacana — Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto telah merubah regulasi kepemimpinan BUMN, yang sebelumnya hanya WNI yang bisa memimpin BUMN, kini WNA mendapat kesempatan yang sama untuk hal tersebut. Hal ini disampaikan dengan penuh semangat oleh Presiden RI di forum forbes Global CEO Conferemce 2025 (15/10/25) hingga ia meminta agar Danantara segera mencari talenta terbaik untuk mengisi kepemimpinan BUMN tersebut. Menurutnya, negara dapat memanfaatkan otak-otak terbaik dengan mengikuti standar bisnis internasional dengan memberikan kesempatan WNA untuk memimpin.
Hal ini turut menjadi sorotan sebab kebijakan tersebut dinilai membuat peluang anak negeri untuk mendapat kesempatan kerja makin kecil. Keadaan anak negeri yang saat ini berlomba untuk mendapatkan pekerjaan berbanding terbalik dengan lowongan pekerjaan yang tersedia. Terlebih janji 19 juta lapangan pekerjaan pun belum terealisasi di lapangan. Namun, di kesempatan yang sama pula, Prabowo Subianto justru mengatakan akan memangkas beberapa perusahaan dari 1.000 perusahaan menjadi 200 perusahaan saja. Hal ini tentu membuat makin sulitnya lapangan pekerjaan dan makin banyaknya pengangguran baru dampak pemangkasan perusahaan.
Kesempatan Kerja Anak Negeri
Berkurangnya perusahaan dan dibukanya peluang WNA untuk memimpin tentu menjadi mimpi buruk untuk anak negeri yang mengupayakan kesempatan kerja. Dari jutaan anak negeri, tentu sebenarnya masih sangat banyak anak negeri yang memiliki kemampuan dan skill luar biasa seandainya mereka diberikan kesempatan untuk memimpin. Indonesia pun tak kekurangan orang pintar nan cerdas. Namun dengan kebijakan ini, presiden seolah menutup mata akan potensi yang ada pada anak negeri. Hanya memusatkan perhatian dan percaya bahwa WNA saja yang memumpuni untuk mengisi kepemimpinan BUMN.
Wewenang Negara
Memang, negara membutuhkan seseorang yang cerdas dengan kemampuan yang memumpuni. Namun, negara jugalah yang sebenarnya memiliki peran untuk menciptakan anak bangsa yang cerdas dengan kemampuan yang baik agar kesempatan kerja seluas-luasnya dapat diambil dan diserap oleh anak bangsa. Negara perlu membenahi dan melihat realita bahwa pendidikan adalah hal utama yang berperan dalam berhasil atau gagalnya seseorang itu terbentuk.
Pendidikan saat ini hanya berorientasi pada pekerjaan cepat, output hanya siap menjadi buruh atau karyawan, sehingga hal-hal yang dipelajari selama pendidikan hanya hal dasar dan skill dasar untuk menjadi karyawan. Jarang sekali anak bangsa dapat menciptakan hal baru, inovasi baru dan teknologi baru dari ilmu yang ia pelajari.
Sistem Ekonomi Islam
Islam memandang setiap ranah kehidupan baik ekonomi maupun pendidikan adalah dua hal yang saling berkesinambungan. Jika negara menginginkan sosok-sosok berkualitas yang siap terjun di dunia pekerjaan, maka harus diawali dengan pendidikan yang berkualitas pula.
Dalam Islam, pekerjaan adalah hal primer yang harus dimiliki oleh setiap laki-laki. Sebab laki-laki memiliki tanggung jawab dalam pemberian nafkah terhadap keluarganya. Atas dasar ini, konsekuensinya adalah negara harus memfasilitasi setiap rakyatnya agar mampu bekerja. Jika ada rakyatnya yang tidak memiliki pekerjaan, maka negara akan terjun memberikan pengarahan dan pendidikan skill serta kemampuan hingga seseorang itu dapat bekerja secara mandiri.
Hal dasar yang akan diupayakan negara adalah pendidikan yang sesuai dan berkualitas. Pendidikan tidak hanya formalitas, tetapi juga menjadi wadah berkembangnya otak-otak berkualitas agar dapat menghasilkan sesuatu yang brilian. Sebab kemampuan dasar setiap orang memiliki keunikan tersendiri, hanya perlu wadah berkembang saja untuk menggali potensi tersebut. Dengan pendidikan yang berkualitas, akan lahir anak-anak bangsa yang memiliki citra dan output terbaik, baik dari segi kepemimpinan, strategi, dan juga teknologi di setiap bidang kehidupan.
Islam mengkolaborasikan setiap aspek kehidupan menjadi suatu kesatuan yang utuh, tidak diselesaikan hanya secara parsial. Termasuk permasalahan ketenagakerjaan juga merupakan gabungan dari aspek ekonomi, bisnis, pendidikan, politik, dan juga sosial. Seluruh unsur tersebut saling berkesinambungan dan harus diselesaikan seluruhnya untuk mendapatkan hasil terbaik. Dalam hal ini, hanya sistem Islam yang memiliki solusi yang menyeluruh untuk setiap permasalahan aspek yang ada, tidak saling bertabrakan dan tidak saling tumpang tindih.[]

0 Komentar