#Reportase — Para tokoh guru muslimah se-Bogor Raya menghadiri diskusi hangat dalam kegiatan Bincang Syariah Guru Muslimah Inspiratif yang diselenggarakan oleh Komunitas Guru Muslimah Inspiratif pada Ahad, 26 Oktober 2025, di Kota Bogor. Trisnani Eka, S.P, S.Pd., M.Pd., dan Noor Afeefah, S.Si. menjadi narasumber dengan tema "Krisis Adab, Siapa Bertanggung Jawab?"
Nani memaparkan bahwa disiplin di sekolah harus ditegakkan tapi caranya harus bijak. Kasus SMAN 1 Cimarga yang melibatkan insiden kekerasan antara kepala sekolah dengan siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah harus menjadi pembelajaran untuk semua pihak. Pelaksanaan aturan sekolah tidak mudah, lanjut Nani, untuk itu penting penanaman disiplin tidak hanya dari sekolah, tetapi dari keluarga dan masyarakat.
Berbagai tantangan di lapangan dihadapi oleh pendidik, yang menurutnya berasal dari masalah kedisiplinan siswa yang sudah terjadi dari jenjang sekolah sebelumnya. Oleh karena itu, seorang pendidik bertugas mengajar, mendidik, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi. Ia juga mengatakan bahwa upaya preventif dibutuhkan dengan menjalin koordinasi dengan pihak sekolah untuk melakukan pembinaan atau mentoring agama pada peserta didik. Para tokoh guru sependapat bahwa mendisiplinkan siswa menjadi tanggung jawab bersama, yaitu keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat.
Narasumber kedua, yaitu Ustazah Afeefa membenarkan bahwa krisis adab yang ada di sekolah merupakan problem sistemik, bukan semata-mata kelalaian personal murid. Problem sistemik menyangkut banyak faktor, mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat yang turut memproduksi anak-anak krisis adab.
Sekolah saat ini menggunakan kurikulum sekuler yang menjauhkan Islam dari benak anak-anak. Pembentukan karakter Islam sangat kurang, terangnya, dalam menyampaikan sains tidak integral dengan Islam. Dampaknya sikap anak dalam menyelesaikan masalah tidak sesuai standar kebenaran, misalnya mogok sekolah, sampai mengurangi hak belajar sebagai murid. Di sisi lain, orang tua pun kehilangan arah, lingkungan sosial yang liberal, tidak peduli, dan aturan negara yang kontradiktif.
Secara tegas ia mengatakan penyebab utama krisis adab karena sistem pendidikan, politik, ekonomi, dan sosial semuanya sekuler. Negara sekuler tidak menerapkan Islam dalam kehidupan kita, ia menyebut krisis adab berasal dari penerapan sekularisme dan kapitalisme. Solusinya adalah membuang sekularisme kapitalisme dari tatanan kehidupan, lalu negara menerapkan hukum-hukum Allah dalam sistem pendidikan, politik, ekonomi, sosial, dll.
Perintah berhukum kepada Allah dalam perkara apa pun termasuk aturan pendidikan disampaikan Allah Swt. dalam Surah Al-Maidah Ayat 50. Yaitu, jelasnya, solusi yang paling baik dan adil bagi orang-orang yang memiliki keyakinan adalah kembali kepada aturan Islam. Ia memaparkan panjang lebar bahwa sistem pendidikan Islam berbeda dengan sistem pendidikan sekuler. Pendidikan Islam diselenggarakan untuk mewujudkan visi misi hidup manusia secara hakiki, yaitu sebagai hamba Allah dan pengelola bumi. Kurikulum dibangun berdasarkan akidah Islam, lanjut Ustazah Afeefah, ada keterikatan antara akidah dengan kurikulum yang dipelajari di sekolah.
Ia mengutip pendapat Abu Yasin dalam kitab Usus at-Ta'lim fi Daulah al Khilafah, dalam menyusun kurikulum ada tujuan pendidikan Islam yang harus diperhatikan. Pertama, pembentukan kepribadian Islam. Kedua, penguasaan kompetensi IPTEK dan ilmu kehidupan. Ketiga, penguasaan tsaqafah Islam. Lanjut Ustazah Afeefa, kurikulum berbasis akidah Islam ini berlaku mulai jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Sehingga murid memiliki adab yang baik sejak kecil, dan melahirkan guru berkepribadian Islam.
Sistem Khilafah menjadikan akidah Islam dan hukum syariat sebagai landasan dalam berpikir dan berbuat. Orang tua maupun masyarakat pun memahami tujuan pendidikan dengan benar, sehingga bersinergi dengan sekolah. Oleh karena itu, guru sebagai agen perubahan harus memiliki agenda besar mewujudkan sistem pendidikan Islam dan segala hal yang mendukung keberhasilan pendidikan. Sebab, harus mengubah tatanan kehidupan dalam keluarga, masyarakat, bahkan negara.
Dibutuhkan gerak atau perjuangan bersama, khususnya dari insan pendidikan. Guru berjuang dengan menuntut diterapkannya sistem Islam oleh negara sebagai solusi persoalan pendidikan, termasuk krisis adab ini.[Mitri]

0 Komentar