Rini Sarah
#Remaja — Sebut saja dia Timoty. Lengkapnya Timoty Ronald. Seorang muda yang sukses menjadi triliuner. Kiprahnya di dunia bisnis memang tidak usah diragukan. Ia memulai karier bisnis di usia muda tepatnya di usia SMP dan SMA dengan berjualan pomade impor serta jadi joki game online. Tidak puas sampai di sana, dengan modal yang ada dia mulai merambah dunia investasi. Katanya sih karena terinspirasi oleh Warren Buffet, Sang Raja Saham.
Rupanya terjun ke dunia investasi bukanlah pilihan yang salah bagi Timoty. Di usia yang masih sangat muda yaitu 19 tahun, dia berhasil membangun portofolio saham senilai Rp1 miliar. Wow gak tuch?! Kekayaan Timoty makin berkembang setelah dia berinvestasi juga di dunia kripto hingga mendirikan platfoam riset dan edukasi bernama Akademi Crypto. Atas kiprahnya di dunia per-kripto-an, Ia pun dinobatkan menjadi Raja Kripto Indonesia. Kabarnya, dia satu-satunya orang Indonesia yang mempunyai patung Satoshi Nakamoto, pencipta Bitcoin, yang harganya miliaran itu.
Dengan track record hidup dan kekayaan yang emezing ini, sudah barang tentu Timoty Ronal jadi sosok panutan bagi netizen dan cityzen negeri Konoha. Apresiasi positif dan penghormatan mengalir kepadanya. Walaupun ia pernah berkata “asbun” tentang orang yang nge-gym hingga jadi kontroversi. Dia tetap dengan kiprahnya berbisnis dan berdonasi. Hidupnya tetap berjalan dan aman-aman saja.
Sejenak kita tinggalkan Timoty Ronald, kita alihkan arah pandang kita ke Timoty yang lain. Dia adalah Timoty Anugerah Saputra. Timoty adalah seorang mahasiswa jurusan Sosiologi di Universitas Udayana, Bali. Dalam usianya yang masih sangat muda yaitu 22 tahun, Timoty harus berpulang kepada Sang Pencipta. Kisah kepulangannya memang tidak biasa. Dia menjatuhkan diri dari lantai 4 di gedung kampusnya. Itulah keterangan dari pihak Kepolisian.
Kisah Timoty rupanya tidak selesai dengan wafatnya, kisahnya menjadi panjang karena berkaitan dengan kasus bully yang dialaminya bahkan setelah kematiannya. Beredar tangkapan layar chat aplikasi WA yang mem-bully Timoty pascakabar kematiannya beredar. Alih-alih bersimpati, mahasiswa Unud yang tergabung dalam grup WA tersebut malah mengolok-olok dia.
Dari dua kisah tentang dua Timoty ini, sepertinya kita harus belajar bagaimana seharusnya kita bersikap dalam memperlakukan orang lain. Selain itu, kita juga perlu belajar supaya sikap yang benar dalam memperlakukan orang lain itu tidak hanya dimiliki dan dipraktikkan oleh orang-orang tertentu saja, tapi harus dipraktikkan masal oleh seluruh manusia di dunia. Agar tidak ada lagi pem-bully-an di dunia ini dan kita bisa proporsional dalam memandang serta memperlakukan orang lain.
Takwa
Dalam keyakinan kita sebagai muslim, Allah menciptakan manusia memang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Sudah pasti akan timbul perbedaan dari hal tersebut. Baik itu dari tampilan fisik, sifat , karakter, maupun budaya. Allah ciptakan demikian bukan untuk saing-menyaingi, tetapi untuk saling mengenal. Sebagaimana Firman-Nya, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Surah Al-Hujurat Ayat 13)
Selain itu, dalam dunia perezekian, faktanya memang tidak diberi Allah secara seragam. Ada yang dilapangkan sangat seperti Timoty Ronald, ada yang disempitkan kaya masyarakat yang menurut survei ekonomi berada di bawah garis kemiskinan. Terus, ada juga yang ditakdirkan pintar, ada juga yang lola (loadingnya lama). Ada yang dianugerahi wajah sempurna lengkap dengan body goalnya, ada juga yang bertampang alakadarnya. Semua itu adalah ketetapan-Nya. Itu adalah gift dari Sang Maha Pencipta.
Berbagai hal yang telah disebutkan di atas, dalam Islam tidak menjadi standar dalam menilai mulia atau tidaknya seseorang. Dalam Surah Al-Hujurat Ayat 13 di atas juga disebutkan bahwa orang yang paling mulia di mata Allah adalah orang yang paling takwa. Ini menunjukkan kepada kita standar dalam menilai orang. Orang yang paling mulia adalah orang yang paling takwa. Orang yang paling taat kepada Allah dan Rasulullah. Bukan orang paling kaya, cantik, otaknya berkecepatan tinggi, atau keturunan suku tertentu. Maka, berlomba-lombalah memproses diri menjadi orang takwa. Insya Allah, kita akan jadi manusia yang mulia.
Salah satu hal yang dilakukan oleh orang yang bertakwa adalah ikut syariat Islam dalam memperlakukan orang lain. Dalam syariat Islam terdapat hukum larangan mengolok-olok orang lain. Allah Swt. dalam Surah Al-Hujurat Ayat 11 dengan tegas melarang perbuatan itu. "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, karena boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok)."
Mengolok-olok sama saja dengan bully verbal. Bully verbal itu bisa dilakukan secara lisan atau pun tulisan. Jika kita sudah tahu Allah melarangnya, sekuat tenaga kita harus tahan lisan dan jari kita. Jangan sampai keceplosan nge-bully atau ngetik asal jeplak. Mulai sekarang, biasakanlah berpikir dulu sebelum ngomong, ngetik, atau berbuat apa pun. Sesuai tidak dengan syariat Islam? Allah rida apa murka dengan perbuatan atau perkataan itu? Ada yang sakit hati atau tidak? Pastikan ya apa-apa yang keluar dari mulut dan jari kita itu kebaikan yang akan mendatangkan rida Allah. Kalau tidak bisa berkata baik, ya sudah diam saja. Tidak usah komentar. Lalu, beralihlah pada aktivitas lain yang diridai Allah.
Syariat Islam juga melarang kita menyakiti secara fisik. Umat Islam dilarang menyakiti fisik diri sendiri dan orang lain. Ada hadis Nabi yang melarang itu. Hadisnya berbunyi, "Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain." Hadis ini diriwayatkan oleh beberapa perawi seperti Ahmad, Malik, dan Ibnu Majah.
Contoh perbuatannya adalah self harm alias menyakiti diri semacam menyilet tangan atau aktivitas percobaan bunuh diri. Kalau membahayakan orang lain seperti memukul, mencakar, upaya pembunuhan, dll. Semuanya tidak boleh dilakukan. Jika ada yang melakukan maka akan mendapatkan sanksi jinayat (tindak pidana pada tubuh manusia). Duh, jauh-jauh ya dari aktivitas ini, dosa besar!
Selain tidak mengolok-olok dan menyakiti fisik, kita juga tidak harus sampai segitunya memuja manusia. Biasa saja. Letakan kekaguman dan hormat kita pada manusia sesuai dengan syariat Islam. Jangan jadi gelap mata. Jika manusia yang kita kagumi itu ternyata melakukan kemaksiatan, sebagai bentuk cinta kita kepadanya, kita perlu berani untuk mengingatkan. Bukan menormalisasi apa lagi tutup mata akan kemaksiatannya lalu membela dengan membabi buta. Bisa yuk bisa! Semangat!
Massal
Supaya orang-orang bertakwa itu bisa diproduksi secara massal agar tercipta harmoni dalam kehidupan tentu saja memerlukan peran negara. Peran negaralah yang paling cepat dan efektif dalam mewujudkannya. Kalau diserahkan hanya pada individu mah...susah...lah. Kalau diserahkan kepada negara itu jadinya gampang. Karena negara punya kuasa. Tinggal masukan program mencetak generasi bertakwa itu pada sistem pendidikan alias terapkan sistem pendidikan Islam. Jreng impact-nya menjalar ke seluruh penjuru negeri.
Sistem pendidikan Islam adalah sistem yang andal. Mulai dari tujuan hingga implementasinya dirancang gak kaleng-kaleng. Terang aja, yang buat Allah, Sang Mahatahu. Dalam sistem pendidikan Islam yang diatur oleh Allah melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., Allah mengamanahkan sebuah tujuan, yaitu mencetak manusia yang mempunyai kepribadian Islam (pola pikir dan pola sikapnya berdasarkan mabda Islam). Bukan hanya pandai dalam pelajaran agar bisa diterima di dunia kerja, tapi kelakuan gak ada akhlak, seperti yang terjadi saat ini.
Tujuan pendidikan seperti ini telah Allah jelaskan dalam Surah Al-Jumuah Ayat 2, yang terjemahannya berbunyi, “Dialah (Allah) yang mengutus di tengah-tengah kaum yang ummi seorang rasul dari kalangan mereka. Dia (bertugas) membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa/diri) mereka, serta mengajari mereka al-Quran dan hikmah; sementara mereka sebelumnya benar-benar ada dalam kesesatan yang nyata.”
Selain ayat ini, Rasulullah saw. pun menjelaskan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak, “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (Hadis Riwayat al-Bazzaar dan al-Baihaqi) Rasulullah saw. pun menjelaskan pentingnya akhlak mulia dan keutamaannya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling bagus akhlaknya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari)
Beliau pun menegaskan, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari)—Jelas ya, bahwa tujuan pendidikan dalam Islam itu memang untuk membentuk manusia yang berkepribadian Islam baik lengkap dengan akhlak yang baik juga.
Dalam pelaksanaannya, dalam Islam diwajibkan kepada negara untuk bertanggung jawab dalam pelaksanaan sistem pendidikan yang seperti ini. Sistem yang dijalankannya harus syar'i alias sesuai hukum Islam. Lalu, dari segi pembiayaan negara harus menanggungnya, hingga rakyat bisa mendapatkannya dengan gratis. Jadi tidak ada lagi rakyat yang tidak bisa sekolah karena tidak ada biaya.
Hal itu pernah dipraktikkan oleh Khalifah al-Makmun (dan khalifah-khalifah dalam negara Islam). Di masa pemerintahan al-Makmun pada abad ke-9 M, beliau mendirikan Baitul Hikmah. Dari sana lahir, ilmuan-ilmuan hebat dalam bidang kimia, matematika, astronomi, kedokteran, dll. Tidak sampai di situ, selain pintar ilmu sain dan teknologi, mereka juga sekaligus menjadi ulama (ahli agama) dengan perilaku yang keren punya. Mereka ahli ibadah, zuhud dalam berbagai disiplin ilmu. Ibnu Katsir bahkan mencatat dunia di era negara Islam ada penuh dengan ilmuan dan ulama. Keren ya!
Masya Allah, rindu sangat dengan kehidupan seperti itu. Perhatian manusia tercurahkan kepada hal-hal baik nan bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Insya Allah, rindu itu gak bakalan zonk, kalau kita mau berjuang untuk menyadarkan umat agar mau menghidupkan kembali syariat Islam di tengah-tengah umat. Semangat! Allahu Akbar!

0 Komentar