#Reportase — Dalam Diskusi Publik yang diadakan di Jakarta pada Sabtu, 15 November 2025, yang mengangkat tema "Generasi Hilang Arah, Urgensi Penerapan Islam Kafah", dibahas tuntas bagaimana generasi muda yang sejatinya menjadi estafet perubahan tapi justru mengalami kelemahan. Terlihat dari fakta viral yang terjadi belakangan ini.
Sebelum memberikan penjelasan terkait hal tersebut, Ustazah dr. Estyningtyas memperlihatkan Surah An-Nisa Ayat 9, yang Allah Swt. berfirman, ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaknya mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Menurutnya, walaupun tidak ada penjelasan secara spesifik, lemah yang dimaksud tidak hanya lemah secara fisik, tetapi lemah secara pemikiran, lemah akidah juga termasuk lemah untuk terikat terhadap syariat.
Kemudian Ustazah Esty memberikan alternatif akar masalah dari kelemahan tersebut yaitu kondisi kehidupan di era digital dan bercokolnya sistem kehidupan kapitalisme sekuler. Pada poin pertama, ia menyatakan bahwa generasi saat ini tidak bisa lepas dari smartphone. Sehingga selalu terpapar konten yang instan dikarenakan banjirnya informasi, kemudian membentuk kebiasaan dan pola pikir. Lalu masuklah nilai tertentu dalam pemikirannya.
Generasi saat ini, lanjutnya, tidak mampunyai cara berpikir yang runut dan rasional, maka dengan mudahnya menerima banyak informasi tapi menolak informasi yang benar. “Tingkat kemampuan berpikirnya turun sangat rendah dan berpengaruh terhadap kemampuan verbal,” ujarnya.
Oleh karena itu, butuh adanya penguatan individual untuk pandai memilih teman layaknya dalam hadis yang diriwiyatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa permisalan teman yang salih adalah seperti penjual minyak wangi yang menularkan wanginya, terangnya.
Dengan demikian sesungguhnya akar masalahnya bukan pada kehidupan di era digital. Kemudian ia memberikan alternatif kedua, yaitu bahwa akar masalah adalah pada bercokolnya sistem kehidupan kapitalisme yang memisahkan agama dengan kehidupan. Darinya munculah banyak paham yang terlahir dari logika manusia seperti HAM, kebebasan, demokrasi termasuk kebenaran itu relatif, padahal kebenaran hanya satu, yaitu yang datang dari Allah Swt.—termasuk tidak yakin akan akhirat. Sayangnya, saat ini pemahaman tersebut tidak diemban oleh negara, ujarnya.
Ustazah Husna Kamilah, narasumber yang kedua, mempertegas bahwa generasi khairu ummah adalah seperti yang difirmankan oleh Allah Swt. dalam Surah Al-Araf Ayat 96, “Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa niscaya kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (para Rasul dan ayat-ayat Kami), maka Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.”
Allah Swt. akan memberikan keberkahan dari langit dan bumi, tapi syaratnya adalah beriman dan bertakwa, jelasnya. Maka untuk membentuk generasi unggul, Ustazah Husna menyatakan bahwa kriterianya adalah berkepribadian Islam, menguasai tsaqafah Islam, menguasai sain teknologi dan siap menjadi pemimpin dan mengemban amanah tertentu.
Namun, sayangnya dari lingkungan keluarga selalu larut dalam problem ekonomi, lingkungan masyarakat juga merusak fitrah kebaikan generasi, pun negara juga selalu didikte oleh negara lain yang sumber daya manusianya diperalat demi kepentingan kapitalisme global dan tidak bisa melindungi rakyat dan generasi mudanya.
Dengan demikian, Ustazah Husna menyatakan untuk menjadikan generasi yang unggul maka pertama menanamkan kepada anak bukan hanya akidah ruhiyah, melainkan juga akidah siyasiyah, yaitu akidah yang berkaitan dengan politik. Kedua, memberikan teladan yang baik. Ketiga, menanamkan akidah yang kokoh yang bukan hanya di level individu tapi juga di level masyarakat. Kemudian, menjelaskan pada anak tentang realitas kehidupan yang sedang terjadi yang jauh dari aturan Islam. Sejatinya, apabila keluarga menjaga tumbuh kembang generasi, masyarakat menerapkan syariat, dan negara pun menjadi penanggung jawab utama dalam penerapan seluruh syariat, maka generasi unggul akan terbangun.
Para tokoh muslimah yang hadir begitu antusias mendengarkan pemaparan dari kedua narasumber. Mereka sepakat dengan penjelasan dari kedua narasumber.[RRH]

0 Komentar